00. Prolog

19 3 0
                                    

🌨
🌨
🌨

🌨🌨🌨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌨
🌨
🌨

"Ini udah selesai semua, 'kan? Nggak ada yang harus diisi lagi? Ih aku takut tau."

Senja terus saja mengulang pertanyaan tersebut sambil membolak-balikkan buku jurnalnya. Entah apa tujuannya, padahal mau dibolak-balik seribu kali pun tidak akan ada yang berubah.

Daisy yang sudah lelah menjawab pun hanya bisa menggeleng tanpa suara sambil sesekali membelalakkan matanya.

"Nggak usah panik gitu, Ja. Udah sini duduk dulu, belajar untuk responsi." katanya sambil menepuk kursi yang ada di sebelah kirinya.

Senja menurut. Ia duduk di samping Daisy yang sejak tadi tampak lebih tenang darinya. Senja yakin bahwa hampir seisi kelasnya sedang kepanikan. Pasalnya, siapa yang tidak panik jika harus dihadapkan pada guru menyebalkan sekaligus mengerikan tanpa persiapan? Itu pikirnya.

Mereka mencoba membaca resep bersama. Mengartikan satu-persatu istilah dan singkatan yang ada di dalam jurnal tersebut. Kelas senyap tanpa suara. Semua terlihat sibuk dengan suara hati masing-masing.

"Pokonya gue nggak mau sama dia karena dia nggak bisa nyanyi lagu india. Titik!"

Suara laki-laki itu membuat seisi kelas menatap ke arahnya.

"Diem deh ah, kita di sini cuma berdua anjir! Liat noh tatapan cewe-cewe ke elo udah kayak ikan piranha lapar." protes seseorang yang berjalan di sebelahnya.

"Bisa-bisanya jam segini baru nyampe lo berdua. Ke mana aja?!" tanya Daisy pada dua laki-laki tersebut.

"Biasa, ke ...."

Obrolan mereka terputus karena teman-teman sekelasnya terlihat tergesa-gesa menuju mejanya masing-masing. Itu jelas menandakan bahwa guru akan menapakkan kakinya.

Tak sampai dua menit, seorang guru sudah berada di hadapan kelas 11 Farmasi 1; Smk Farmasi Tunas Bangsa tersebut.

"Woi, ja! Kenapa Bu Adin yang masuk? Kan hari ini mapelnya  farmakognosi bukan pelayanan farmasi," celetuk Kale yang ada duduk di belakang Senja dan Daisy.

"Emangnya lo nggak buka grup kelas semalem? Bu Adin tukeran sama Bu Ina"

"Kaga, Ja. Elo Mil? Buka grup kelas nggak?" tanyanya lagi. Kali ini pada Emil; teman sebangkunya.

"Gue nggak baca, Le. Gue kan lagi nabung chat grup buat gue screenshoot terus gue upload di story wa gue."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

On Rainy DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang