🌻
"Mau mati gue rasanyaa.." keluhan itu entah sudah yang keberapa kali dalam 10 menit terakhir. Perutnya keroncongan sejak jam ke dua tadi karena tak sempat sarapan.Penjelasan guru di depannya sama sekali tak masuk ke telinga Yeji.
Hari ini matahari seolah pamer kalau dia adalah pusat tata surya. Dan Yeji memang benci banget kalau cuaca lagi panas begini. Hari biasa saja dia bisa meledak-ledak, apalagi kalau panas. Butuh tenaga ekstra buat meredam amarah kalau matahari setinggi ini.
Sialnya, AC kelas mereka memang sedang error beberapa hari kemarin. Entah apa yang salah, benda itu cuma bisa menyala dengan mode fan. Sebelumnya mereka tak begitu masalah karena cuaca tak selembab hari ini.
Begitu bel istirahat berdering, Yeji langsung menarik kursinya ke bawah AC, berusaha mendominasi angin yang keluar dari benda itu. Tak peduli gurunya didepan yang masih membereskan barang bawaannya di depan kelaa.
"Cuacanya pas banget buat nampol orang ya ngga sih?" Tanya Yeji entah pada siapa, yang jelas, tak ada yang menanggapi.
"Neraka bocor nih kayaknya!" Gumam Han sibuk mengipasi diri seraya berjalan keluar kelas entah kemana.
Disusul lainnya yang memilih mencari angin di luar ketimbang tinggal di kelas.
"Anjirrrr panasnya ngga umum banget siiiihh!"
Di kursinya, Lino kesal "Yeji," panggilnya kemudian. Ketika gadis itu menoleh, "brisik, diem apa? Pencemaran suara tau!"
"Lo yang diem!" Balas Yeji lebih galak. Lapar dan panas benar-benar kombinasi terburuk.
Merasa keringatnya sedikit mengering, Yeji bergegas menuju minimarket untuk mengganjal perut—menghindari kantin yang pasti ramai sesak.
Konter minuman dingin langsung jadi tujuan Yeji.
Begitu berhasil mendapatkan minuman, Yeji masuk ke dalam berniat membeli beberapa roti atau kue untuk dibawa ke kelas. Tapi dirinya malah mendapati tiga gadis yang ribut dengannya di perpustakaan tempo hari berada di lorong rak makanan yang sama.
Salah satu dari mereka bertiga menyadari kehadiran Yeji dan mencibir. "Aaah.. pantes gue nyium bau-bau ngga enak guys, ternyata dari situ sumbernya."
Dua lainnya menoleh lalu terkekeh memberi Yeji look down.
Perkara cuaca dan dalam kondisi lapar, kepala Yeji langsung mendidih. Tapi dirinya masih berusaha sebisanya untuk tidak meladeni, hanya diam menatap mereka nyalang untuk memperingati agar sebaiknya mereka tidak macam-macam kali ini.
Ketiganya saling berbisik dan tertawa seraya mengambil langkah keluar dari sana.
Yeji melengos sedikit lega, tapi baru ingin kembali fokus pada tujuannya, detik itu juga pendengarannya menangkap cemoohan yang amat dia benci baru-baru ini.
Ketiganya menertawakan apa yang baru saja diucap salah satunya.
"Bisa-bisanya ini sekolah nerima tumpukan sampah jadi murid. Pencemaran lingkungan!" Geramnya bermonolog.
Hawa panas membuat pitamnya benar-benar naik. Baguslah Yeji menemukan samsak untuk menyalurkan amarah.
Dengan nafas memburu, Yeji ikut keluar. Tapi di langkah ketiga dari pintu, tangannya dicekal.