7. A Pathetic Defeat

1.2K 201 33
                                    

⸙ Eridanus Marryne Glandwicjk POV

SELAMA beberapa hari berikutnya tak ada hal lain yang dibicarakan seluruh sekolah kecuali Sirius Black. Dugaan-dugaan tentang bagaimana dia memasuki kastil semakin lama semakin liar. Hannah Abbot, anak Hufflepuff, melewatkan banyak waktu dalam pelajaran Herbologi dengan memberitahu siapa saja yang mau mendengarkan bahwa Black bisa berubah menjadi semak bunga.

Kanvas lukisan si Nyonya Gemuk yang compang-camping sudah diturunkan dari dinding dan diganti-kan oleh lukisan Sir Cadogan dan kuda poninya yang gemuk abu-abu. Tak ada yang senang dengan perubahan ini. Sir Cadogan melewatkan separo waktu-nya menantang duel anak-anak, dan separonya lagi memikirkan kata-kata kunci yang konyol dan rumit. Dia mengganti kata kunci paling sedikit dua kali sehari. Terkadang, aku juga sering menyumbang-kan beberapa kata kunci yang sedikit rumit, membuat beberapa anak Gryffindor sedikit jengkel denganku. Senang rasanya melihat muka kesal mereka. Hehehe

"Dia gila," Kata Seamus Finnigan jengkel kepada Percy. "Tak bisakah diganti orang lain saja?"

"Tak ada lukisan lain yang mau," Kata Percy. "Semua ketakutan oleh kejadian yang dialami si Nyonya Gemuk. Sir Cadogan satu-satunya yang cukup berani untuk menjadi sukarelawan."

Sekarang aku, Regulus dan Harry menjadi lebih sering diawasi dengan ketat. Guru-guru mencari alasan untuk menemani kami jika sedang jalan sendirian. Aku sedikit agak risih sebenarnya. Sepertinya mereka takut jika aku atau Regulus pergi mencari Uncle Sirius setelah kejadian beberapa waktu lalu. Ah, mereka tahu saja jika aku berencana mencari Uncle Sirius.

Semakin dekat pertandingan pertama Quidditch, cuaca semakin buruk. Tanpa gentar, tim Gryffindor berlatih lebih keras dari sebelumnya di bawah pengawasan Madam Hooch. Kemudian, pada latihan terakhir kami sebelum pertandingan hari Sabtu, Oliver Wood
menyampaikan berita tidak menyenangkan kepada kami.

"Kita tidak akan bermain melawan Slytherin!" Katanya, tampak sangat berang. "Flint baru saja menemui-ku. Sebagai gantinya, kita melawan Hufflepuff."

"Kenapa?" Seru kami bersamaan.

"Alasan Flint adalah karena lengan Seeker mereka belum sembuh," Kata Wood, mengertakkan gigi dengan marah. "Tetapi jelas sekali kenapa mereka mundur. Mereka tak mau bermain dalam cuaca buruk begini. Mengira kesempatan mereka akan berkurang..."

Sepanjang hari itu angin bertiup amat kencang dan turun hujan lebat, dan saat Wood berbicara, kami mendengar gelegar guruh di kejauhan.

"Malfoy terlihat baik-baik saja!" Kata Harry berang. "Dia cuma pura-pura!"

"Lagi pula, aku yang terkena cakaran Buckbeak sudah sembuh dari beberapa minggu lalu. Dan Malfoy? Dia hanya sedikit tergores karena aku refleks mendorong-nya" Sambar-ku jengkel.

"Aku tahu, tapi kita tidak dapat membuktikannya," Kata Wood getir. "Dan selama ini kita melatih langkah-langkah itu untuk menghadapi Slytherin. Sekarang ternyata kita melawan Hufflepuff, dan gaya mereka sangat berbeda. Mereka punya kapten baru merangkap Seeker, Cedric Diggory..."

Angelina dan Katie tiba-tiba terkikik. "Apa?" Tanya Wood, mengernyit melihat mereka berdua malah senang.

"Cowok jangkung yang cakep itu, kan?" Kata Angelina.

"Gagah dan pendiam," Kata Katie, dan mereka mulai terkikik lagi.

"Dia pendiam karena merangkai dua kata saja tak bisa," Kata Fred habis sabar. "Heran, kenapa kau cemas, Oliver. Hufflepuff kan lawan yang enteng. Terakhir kali kita berhadapan dengan mereka, baru lima menit main, Harry sudah berhasil menangkap Snitch. Ingat?"

"Waktu itu kita main dalam kondisi yang lain sama sekali!" Teriak Wood, matanya agak mendelik. "Diggory membuat tim mereka kuat! Dia Seeker yang hebat! Aku sudah khawatir kalian akan menanggapi dengan enteng begini! Kita tak boleh lengah! Kita harus
berkonsentrasi ke tujuan kita! Slytherin mencoba menjegal kita! Kita harus menang!"

Is It Possible? | Remus LupinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang