°•°November°•°

1.5K 158 307
                                    

"Tenn-nii~"

"Ssst aku disini Riku, tidurlah."

Ini menyedihkan, aku terkena demam karena cuaca yang tidak menentu. Sekarang Tenn-nii yang merawatku, setelah membatalkan semua janji temu yang seharusnya ia hadiri hari ini.

Dia menemaniku seorang diri. Bukannya member lain tak peduli padaku. Justru setelah aku dikeluarkan mereka jadi semakin perhatian. Hanya saja orang ini, orang yang aku sebut kakak ini tak membiarkan siapapun masuk ke kamarku selain Sougo-san dan Mitsuki.

Oh dan tentu saja orang yang di banned di sini adalah Iori. Jangan tanyakan padaku mengapa, aku juga tak tau.

Tenn-nii tidur disampingku,  menepuk-nepuk perutku yang berbalut dengan selimut yang entah sudah berapa lapis. Selimut yang dengan bangga dia bawa ke kamarku setelah memalak keseluruhan anggota IDOLiSH7 yang tersisa.

Rasanya begitu nyaman. Entah sejak kapan aku menjadi begitu tenang ketika batinku masih belum menerima segala hal yang terjadi belakangan ini.

Hampir seharian aku tak membuka mata. Tetapi walau begitu, aku masih bisa mendengar suara-suara di sekitarku.

"Riku, ayo bangun! Waktunya minum obat. Tapi sebelum itu kau harus makan," kudengar Tenn-nii berujar lembut.

"Ngh."

"Hora Riku ayo bangun!"

Tenn-nii segera mendudukkan ku yang masih belum membuka mata sama sekali, aku merasa tubuhku sangat ringan dan dapat terbang kapan saja. Dapat kurasakan kedua tangan Tenn-nii menepuk pipiku agak keras, membuatku sedikit terganggu.

"Tenn-nii aku mengantuk," keluhku sembari mencoba berbaring kembali.

"Tidak Riku! Makan, kemudian minum obatmu!"

"Tapi Tenn-nii aku mengantuk!" Aku terus merengek namun terus dihiraukan olehnya.

"Riku buka mulutmu!"

"Uhm."

Berbagai paksaan dan rayuan Tenn-nii keluarkan sampai aku berhasil memakan 3 sendok bubur buatannya.

"Aaa."

"Tidak! Aku kenyang!" Aku mengambil alih sendok itu dan melemparkannya ke arah pintu.

"Riku! Jangan kekanakan!"

"Tenn-nii jahat!" Tanpa sengaja tanganku mengenai nampan tempat semangkuk bubur dan air diletakkan. Alhasil keduanya jatuh mengotori karpet dibawahnya.

"Ckk Riku!" Nyaliku mendadak ciut mendengar bentakan itu. Dengan segera aku mengambil tempat di sudut kasur, meringkuk dengan tubuh berbalut selimut.

Kulihat kakakku dengan sabar membersihkan kekacauan yang kubuat. Sesekali dia melirik ke arahku dan mata kami bertemu.

Tenn-nii membopong keluar karpet kesayanganku dan kembali dengan Mitsuki serta Iori yang mengintip dari balik daun pintu.

"Riku, kemari!" Mitsuki merentangkan tangannya, aku langsung menerjangnya dan menangis keras, mengadu bahwa Tenn-nii menyiksaku. Berlebihan memang, tapi nyatanya Mitsuki hanya menanggapi nya dengan kekehan gemas. Iori? Mungkin dia sedang menggigit kukunya tak terima.

Sama sekali tak kupedulikan Tenn-nii yang sudah mengumbar aura tak mengenakkan. Mitsuki juga berusaha melepaskan tanganku yang melingkar di pinggang kecilnya.

"Ri-Riku ayo sekarang waktunya minum obat."

"Tapi Mitsuki janji ya akan menemaniku?" Aku mengeluarkan tatapan memelasku. Itu membuat Mitsuki terpaksa mengiyakan walau wajahnya menampilkan raut ketakutan. Sedangkan Tenn-nii hanya bersandar sambil melipat tangannya di pojokan dekat pintu, jangan lupakan senyum yang terus menghiasi wajahnya.

Setelah meminum obat, aku tidur dengan ditemani Mitsuki bukan Tenn-nii lagi. Ketika Tenn-nii mendekat aku akan berteriak dan menangis seakan dia adalah monster yang mau memakan ku.

Paginya keadaanku sudah mulai membaik, demamku juga turun perlahan. Tapi karena suhu tubuhku terbilang masih hangat, aku tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas apapun.

Hah, Mitsuki sudah keluar daritadi, ingin menyiapkan sarapan untuk yang lain katanya. Kalau dipikir-pikir, kapan ya terakhir kali aku keluar kamar? Apakah bulan lalu? Aku tak ingat, yasudahlah. Lagipula walau hanya dikamar aku tak pernah kesepian ya kan Hana-chan?

Warna kelopaknya kini pink pucat, persis seperti rambut Tenn-nii, itu terlihat anggun dan menyeramkan disaat yang bersamaan.

Beberapa hari lagi teman-teman akan mengadakan konser gabungan bersama Trigger, dan hari ini mereka berlatih di kantor agensi Takanashi. Jadi yang akan datang untuk menemaniku adalah Touma-san!

Aku senang! Sangat! Kenapa? Karena akan sangat mudah membujuk Touma-san agar membawaku keluar. Hehe, ini kesempatan emas. Walau yah cuaca sedang sangat tidak bersahabat buatku. Terobos!

Setelah semua orang pergi, Touma-san datang dengan membawa beberapa cemilan sebagai buah tangan. Dan aku nyatakan misi ini dimulai! Hanya butuh waktu kurang dari lima menit aku berhasil membujuk Touma-san. Yey!

Dengan memakai jaket tebal serta syal aku berjalan keluar diikuti Touma-san dibelakang ku. Tujuan kami kali ini adalah! Mm coba kita lihat, cafe? Taman bermain? Ah kurasa toko buku saja!

Aku menarik tangan Touma-san menuju toko buku di seberang jalan. Saat sampai didalam toko, aku segera memilih beberapa buku yang kusukai dan membawanya menuju kasir.

"Biar aku saja yang bayar."

Touma-san kau sungguh baik!

"Terimakasih!" Bisikku, berjaga-jaga agar tak ada yang mengenali suara ataupun penampilan kami.

Aku dan Touma-san kembali ke dorm setelah tadi mampir sebentar di toko donat. Aku merasa sangat lelah dan langsung merebahkan diri di sofa begitu sampai di ruang tengah.

Tak lama dapat kurasakan tubuhku kembali terasa panas dingin. Ah, sepertinya demamku kembali. Maaf Touma-san kurasa kau akan mendapat beberapa masalah kecil.

Nafasku yang mulai terengah-engah menyadarkan Touma-san yang sedang menonton televisi. Ia langsung mendekatiku dan bertanya apakah aku butuh inhaler atau tidak, aku menggeleng lalu memejamkan mata karena mengantuk. Yang terakhir kudengar hanya teriakan Touma-san yang memanggil namaku.

Eh!

Aku membuka mataku karena tadi mendapat mimpi buruk, ada sesuatu yang basah menempel didahiku, aku melihat sekeliling, wah kamarku penuh. Seperti penginapan saja, apa perlu aku memungut biaya sewa nanti?

Aku tersenyum jahil dan meraba-raba ponselku yang berada diatas meja, membuka kamera dan menfokuskan nya pada teman-teman ku yang tengah tertidur pulas dengan berbagai macam gaya.

Tapi belum sempat menekan tombol, ponselku tergelincir lepas dari tanganku, dan buruknya itu mendarat tepat diatas jidat Yamato-san. Ah itu pasti sakit, maafkan aku Yamato-san.

Yamato-san mengaduh, kemudian bangun sambil mengusap dahinya yang sedikit memerah.

Akibat dari suara tadi, satu persatu dari mereka mulai bangun, fokus mereka segera ditujukan kepadaku. Tenn-nii memelukku erat, terlihat menggemaskan memang. Tapi aslinya dia membisikkan ancaman-ancaman padaku.

Banyak pertanyaan dilayangkan kepadaku tapi itu semua kutanggapi dengan dengkuran halus. Aku. mengacuhkan mereka dan lebih memilih untuk kembali ke alam bawah sadarku.

Tadi aku sempat bertanya dimana Touma-san pada Sougo-san, ia menjawab bahwa Touma-san sudah tinggal nama saja. RIP untukmu orang baik.

================================

Hiyaaaaaaaaaaaa gajeeeeee(≧▽≦)//plak

Tenn: Berisik! Adek gue lagi sakit! Butuh istirahat!!!

Oke... Maafkan bila ada typo atau sejenisnya terutama kegajean yg haqiqi

See you
Next Desember...
Hmmm Desember..... Iya

Gomen kemarin aku absen wkwk
Mungkin selama UAS aku update 2 hari sekali? Tau lah ya.

Mana tugas perfilman ini belum kelar ya Gusti ༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ

Tenn: Bubur!! Eh bubar!!!!!

The Last PetalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang