TH 13

137 22 0
                                    

Author POV

Mark dan Napat masih menatap tanpa berkedip pada sosok didepannya ini.

Ae Intouch alias Perth versi manusia.

" Jadi sampai kapan kalian berdua menatap saya seperti itu?" Tanya Ae jengah.
Bukan tidak suka, hanya saja aneh rasanya, toh ini pertemuan mereka yang pertama kali.

"Aku cuma nggak nyangka kamu masih hidup setelah sekian lamanya disangka telah meninggal." Kata Mark.
Ia sangat mengagumi wajah cantik sosok didepannya, sudah pernah dibilang kan kalau seorang Mark Siwat begitu memuja sosok Perth. Dan karna dari sosok Robot maupun manusia, tampak Sama saja, maka bucin akut Mark akan aktif.

Sedang Napat hanya menghela nafas percuma memandang Mark yang mulai menggila.

"Kamu itu, suka banget yah sama saya?" Tanya Ae pada Mark.
Dipandang dari sudut manapun, sudah terlihat jelas manusia Mark ini menyukai Ae/Perth.

Tapi Ae tahu, yang dipuja Mark hanya tampilan fisik, kan dia versi manusianya.

"Ya, saya sangat suka sama wajah kamu, cantik, mempesona." Kata Mark.
Sedang Ae tersipu malu.

Napat bersumpah lebih baik ia tak datang menemani Mark jika disini ia hanya menjadi penonton roman picisan didepannya. Sial sekali nasibnya.
Lagian salahkan Atta yang menyuruhnya menemani adik manusianya.
Tapi omong-omong, kemana versi robotnya yah?

Napat berharap dia berhadapan sama yang robot ajah.
Polos, baik, meski lemot.

Sedangkan manusia didepannya itu seperti manusia pongah yang bersifat ambigu.

Mark pamit ke toilet, tinggallah Napat dan Perth Manusia.

" Jadi, bagaimana pendapatmu perihal sahabat kamu yang jatuh cinta sama saya?" Tanya Ae penasaran.
Ia menatap Napat dengan penuh penilaian.

"Itu hak dia, mau dia suka kamu, atau yang lain, aku gak perduli." Jawab Napat datar.
"Benarkah seperti itu? Sayangnya saya tidak tertarik dengannya." Kata Ae membuat Napat bingung menatap Ae.
Sebenarnya apa maksud pembicaraan ini.

"Kenapa kau memberitahuku?" Tanya Napat.
"Yah hanya ingin saja memberitahukan padamu, kau bisa memilikinya, tanpa khawatir aku akan merebutnya." Kata Ae sambil tetap tersenyum.
Sedang Napat masih menerka apa yang diniatkan oleh lelaki didepannya.

Napat tahu betul versi manusia didepannya tidak lebih baik dari versi robot.
Kalau Perth robot, Napat sangat menyayanginya. Tapi jika sosok didepannya, Napat rasa ia tak sedikitpun menyukai sosok ini.

"Kamu tidak penasaran kenapa saya tidak tertarik?" Tanya Ae yang seolah tahu apa yang dipikirkan Napat.

"Katakan alasannya." Jawab Napat akhirnya.
"Karna saya bukan seorang uke, saya dominan yang lebih tertarik pada uke sepertimu." Jawab Ae dengan nada dominan.

Jelas Napat terkejut.
" Wajah cantik sepertimu, malah mengaku seme? Ayolah jangan bercanda." Tawa Napat yang terasa hambar.
"Cantik? Saya ini cantik? Itu hanya visual saya, tapi dalam diri saya ada jiwa dominan. Lagipula saya ini sudah menyukai uke lain." Kata Ae lagi dengan memperjelas kegundahan Napat.

"Dan uke itu bisa saja kamu Gun Napat." Kata Ae dengan tersenyum.
Napat jelas merinding.

"Mark, lama sekali?" Tanya Ae pada Napat.
" Hehe."

Napat sungguh tidak mengerti mengapa Ae harus mengaku seme. Bagaimana kalau Mark tahu? Dia pasti terluka lagi.

Napat kadang lupa bahwa yang dia pikirkan hanyalah kebahagiaan Mark. Sedang Mark mengejar cinta yang lain.

"Maaf lama." Kata Mark yang baru sampai.
"Tak apa." Kata Ae santai.
"Kebetulan kamu sudah datang, aku mau pergi dulu." Napat mendadak pamit pergi begitu saja.
"Kemana? " Tanya Ae perhatian.
"Ada urusan." Kata Napat lalu pergi dari sana.
Sedang Mark sama sekali tak terganggu meski dia akhirnya harus makan berdua dengan Ae. Sedang Ae memandang punggung Napat yang menjauh. Dia tersenyum samar.

Mereka berdua melanjutkan obrolan untuk saling mengenal satu sama lain.

Mark tahu Ae yang ini tidak sekaku versi robot.
Dan sepertinya, Mark mulai melabuhkan harap pada orang yang salah.

Mark tidak tahu saja, Ae yang didepannya seme sepertinya.
Dan ada orang lain yang membuat Ae Terobsesi.

Meski Ae pandai bersandiwara.
Bagai Ular Berbulu Domba.
Licik dan penuh Ambisi.

Yah seperti itulah sosok Perth versi manusia.
Dan itu adalah sifatnya karna keputus asaan dirinya dahulu.
Membuat sifatnya dominan menyimpang.

Diam-diam Ae tersenyum karna menyadari ada ketertarikan dari lawan di kursi seberangnya.

...

Mean sedang bersantai di balkon sendirian, hari ini kantor libur.
Jadi ia manfaatkan untuk istirahat.
Sendirian? Kekasihnya sedang ada urusan.

Namun istirahatnya terganggu karna ada yang menendang pantatnya.

"Sial kamu Pat." Bentak Mean saat melihat pelakunya.
"Kamu sih, aku menghubungiku berpuluh-puluh kali idiot." Kata Napat yang terlihat kesal.

"Ada apa sih? Mukamu kaya habis menang lotre." Ejek Mean.
" Idiot. Aku habis ketemu hantu." Kata Napat sambil mendudukkan pantatnya di sebelah Mean.

"Hantu dimana?" Tanya Mean bingung.
"Di Mall, dan dia sekarang sedang makan dengan Mark." Kata Napat semakin kesal.
"Ohh, cemburu?" Tanya Mean mulai paham
"Bukan masalah cemburunya." Kata Napat bersilat lidah.
Bohong.
Itu juga salah satu alasan ke bad mood an Gun Napat.

"Kamu kira bisa nipu aku?" Sindir Mean.
"Yah tapi bukan itu masalahnya sekarang. Gini aku mau nanya ke kamu. Serius jawabnya yah." Kata Napat sambil menatap Mean dengan serius.

"Iya, apa?" Tanya Mean penasan.
Baru kali ini Mean lihat sahabat bobroknya serius.

Napat menghela nafas.

"Menurutmu, cowok cantik yang gay, apa semua dari mereka selalu jadi Uke?" Tanya Napat.
Mean terdiam lalu mengangguk membenarkan
"Rata-rata sifat mereka kalem, ada juga uke tsundere." jelas Mean.
"Kalau aku keliatan uke apa seme?" Tanya Napat serius.
Mean menatapnya juga dengan serius.
Mean bertanya dalam hati, kenapa Napat mempertanyakan ke dominannya.
"Kau jelas Uke bodoh. Pertanyaan tolol." Savage Mean.

"Kalau Perth mu?" Tanya Napat pada akhirnya.

"Jelas Uke kan, dia cantik dan seksi begitu bodoh." Semprot Mean.
Astaga sabar Pat.

"Terus kalau seandainya ada uke yang lebih cantik dariku tapi malah mengaku dia seme didepanku dan katanya mungkin tertarik denganku, itu tandanya apa?" Tanya Napat ragu.
Dia gila, memikirkan perkataan Perth manusia tadi.

Mean terdiam sebentar, berusaha mencerna perkataan tak jelas dari sahabatnya satu ini.

"Kalau soal wajah, siapapun bisa saja jadi seme, uke. Tapi kalau dia memang lebih dominan dan inginnya menguasai, bisa saja meski dia seperti uke tapi dia ingin jadi sememu. Memang siapa seme berwajah uke itu?" Tanya Mean penasaran

Napat memandang serius.

"Ae Intouch alias Perth versi manusia. " Jawab Napat akhirnya.
Dan Mean jelas shock.
Kalau wajahnya seperti kekasihnya kan memang lebih jelas uke yang lebih cantik dari Napat. Tapi kalau secantik itu berkata tertarik jadi seme nya Napat, Mean jelas bingung.

Memang benar tertarik dengan Napat atau hanya sekedar candaan tak berdasar.

"Kok bisa, tapi saranku, meski dia menggodamu, jangan baper dan sok terpancing. Nggak usah sok cantik juga, kalah jauh kau dibanding seme kaya dia." Kata Mean menasehati.

Brengsek yang jujur memang.

"Aku juga nggak tergoda gila." Kata Napat meyakinkan diri.
"Yakali kau menyerah pada Mark Siwat." Ingat Mean pada Napat.

Napat pun bungkam.

...

Tbc

...

Theory (Meanperth) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang