06. Extra

441 34 10
                                    

Hari yang cerah untuk Sougo membolos patroli hariannya. Remaja itu berlindung dari teriknya matahari, tidur di bawah payung merah besar yang terpasang di bangku panjang milik sebuah kedai teh yang sepi pelanggan.

"Kalah lagi kalah lagi...." Sougo mendengar suara familiar seorang pria yang tak lama kemudian duduk di area kosong sisa bangku yang di monopolinya. Dia membuka masker penutup matanya dan menemukan raut wajah Gintoki yang sedang muram lantaran kalah dari main Pachinko sepertinya.

Setelah selesai mengidentifikasi makhluk di dekatnya itu, Sougo kembali mengenakan masker penutup matanya, lalu mulai mendengkur.

"BANGUN OI!!" teriak Gintoki yang merasa di abaikan. Pria itu memukul keras pinggiran kursi yang terbuat dari kayu jati, menciptakan guncangan pada seluruh bodi bangku tersebut.

Sekali lagi, remaja itu membuka masker penutup matanya. "Bukan salah polisi kalau kau kalah judi, Danna." Sougo berbicara sambil mengintip wajah lawan bicaranya dari balik penutup matanya yang setengah terbuka.

"Dasar, Setiap kali aku melihatmu, kau selalu malas-malasan!" Gintoki masih saja protes. "Dasar makan gaji buta. Cepat kembalikan uang pajak masyarakat!"

"Apa yang kau katakan Danna? Aku melakukan pekerjaanku dengan benar," ujar Sougo berargumen. "Dari sini aku bisa mengawasi keselamatan warga sekitar."

"Mana bisa kau melihat dari balik penutup matamu itu? Dari tadi kau cuma tidur kan!!!"

"Aku melihat dengan mata hatiku," jawab Sougo asal. Hanya dia seorang di sana yang bisa menjawab dengan jawaban bodoh dan wajah datar yang terkesan serius.

"Serius!? Memangnya kau ESP!?" Gintoki masih saja bisa berdebat dengan Sougo di tengah panasnya cuaca siang, kalau orang biasa pasti sudah pingsan. "Ini bukan candaan, kembalikan uang masyarakat brengsek!"

"Danna, harusnya itu hanya perkataan dari seseorang yang rajin bayar pajak. Memangnya kau pernah bayar pajak?" Lelah berdiskusi sambil tiduran, akhirnya Sougo mau untuk mengubah posisinya. Sekarang dia duduk tepat di sebelah si pemilik Yorozuya yang nganggurnya gak ketulungan.

"Yang lebih penting lagi. Bagaimana dengan itu?" Dengan randomnya, Gintoki mengalihkan pembicaraan. Sekarang kekesalannya berpindah ke tempat lain. .

"Itu?"

"Komandan gorila kalian!" jawab Gintoki dengan penekanan yang luar biasa. "Tempo hari dia menyelinap masuk ke kediaman Shimura lagi. Itu sudah salah satu tindakan kriminal oi!"

Sougo masih tidak menunjukan ekpresi lebih. "Yah, dia kan gorila. Mau bagaimana lagi," ujarnya dingin sambil bergidik bahu. Tingkah laku remaja itu sangatlah bertolak belakang dengan cuaca panas hari ini.

Gintoki mengusap keringat di dahinya. Kali ini dia kasihan kepada sang komandan, anak buahnya sendiri mengatainya gorila lho. "Ngomong-ngomong apa kalian baik-baik saja dengan gorila sebagai komandan?"

"Kalau demi Kondo-san aku bersedia pergi kemana saja untuknya."

"Heh." Gintoki tersenyum miring. "Kau sangat menghormatinya huh?" katanya yang sedikit melunak karena keterus terangan remaja di sebelahnya. "Tapi cepat atau lambat dia akan membunuh dirinya sendiri. Kau tahu sendiri seperti apa wanita yang di untitnya kan?" tambahnya.

".......Yah. Dia kan gorila, mau bagaimana--" Belum selesai Sougo mengulangi jawabannya yang sama seperti sebelumnya. "Oi Sougo!" seseorang mengintrupsinya.

Hijikata datang sambil meneriakinya. "Kerja bagus huh! Santai ngobrol di depan warung selagi atasanmu sibuk patroli sendirian. Cari mati ya!!?" Lelaki yang baru datang itu mengomel panjang sambil berkacak pinggang di depan remaja yang di marahinya.

Love or HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang