01

34 8 4
                                    

Sepertinya rapat kali ini berlangsung lama. Dua jam pelajaran terlewati tanpa adanya guru yang masuk ke dalam kelas.

Seisi kelas tengah sibuk dengan urusan masing-masing. Bukan, bukan sibuk membaca buku atau pun kegiatan yang berbau pembelajaran. Namun mereka malah melakukan hal-hal yang semestinya sudah tidak lagi dilakukan oleh anak kelas XI, dimana sebentar lagi mereka akan segera lulus.

Naya melihat ke sekelilingnya dan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

Terdapat beberapa kubu dan setiap kubu melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Ada yang sedang tidur, nge-game, bergosip, bahkan ada yang tengah bermain monopoli.

"Gak mirip kelas," ucapnya pada Dira yang berada disampingnya.

"Emang bukan, kandang babi ini."

"Iya, kan lo babi nya."

"Bener-bener lo, Nay."

Sementara suasana di sudut belakang kelas kini sedang sendu-sendunya. Dimana sekumpulan pria tengah mendedikasikan telinganya untuk mendengar curhatan Deri, yang kini tengah dilanda galau karena sang pacar minta diputusin.

"Udah putusin aja sih Der," tutur
Tiway.

"Gampang banget lu ngomong. Gue dapetinnya aja setengah mati. Masa sekarang gue harus lepasin gitu aja. Nggak, gue gak mampu," isak Deri.

"Terus lo mau gitu, diduain? " tanya
Yuta.

"Ya nggak! "

"Ya, makanya putusin aja. Udah gak ada jalan keluar lagi. Dia sama lo udah beda perasaan," kali ini Joni ikut membuka suara.

"Lagian ada ada aja anjing cewek lo, putus tinggal putus. Ribet banget pake acara gamau ngomong putus duluan," ucap Tiway geram.

"Katanya sih gak mau kena karma."

"Anjing!" geram ketiganya.

____

Apalagi yang paling dinantikan oleh murid-murid di sekolah selain jam kosong dan suara bel pulang. Tentu saja bel tanda istirahat yang baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu.

Naya sudah di seret oleh Dira menuju kantin sejak bunyi bel baru saja terdengar.

"Buru ih nay, mie ayam nya ntar keburu abis," rengek Dira kesal karena Naya berjalan dengan santai sambil membaca komik online di handphone-nya.

"Hmmm."

"Nay, ih!"

"Duluan aja, pesenin gue sekalian."

Terserah.

Dira yang kesal akhirnya berjalan meninggalkan Naya sambil tidak berhenti mengumpatnya selama perjalanan.

Sementara Naya masih tetap fokus dengan komik-nya sampai tidak sadar seseorang tengah berjalan di belakangnya.

Oang itu tidak mengeluarkan suara sama sekali. Menunjukkan bahwa dia memang tidak ingin eksistensinya diketahui oleh Naya.

Tapi sayang.

"Oy! Van!"

Shit. Umpat orang itu di dalam hati.

Dia menoleh ke belakang dan tidak menemukan seorang pun di sana.

Brengsek.


METAMORFOSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang