Paraponethika

Bab 4

Suasananya berubah, sudah tak sama lagi seperti dulu.

Suasana yang Ia kenal tak seperti ini.

Tidak ada lagi ketenangan dalam ruangan itu.

Tidak ada lagi kehangatan seperti dulu.

Semuanya sudah benar - benar berubah.

Entah Ia yang berubah atau orang - orang dalam ruangan itu.

Yang Ia rasakan hanyalah sebuah kesedihan semata.

Kata orang, ruangan itu adalah tempat ternyaman di dunia ini.

Tapi tak ada kenyamanan yang Ia rasakan disana.

Atau mungkin memang ruangan itu bukanlah tempat Ia seharusnya berada.

Pergi ???

Mungkin sudah saatnya Ia untuk pergi.

Lagi pula mereka juga menyuruh Ia pergi kan.

Pergi jauh sejauh mungkin dari mereka.

Tak ada tempat di dunia ini untuknya.

Tak ada makhluk satu pun yang peduli dengannya.

Kata mereka mendengarkan sebuah lagu bisa untuk menenangkan.

Tapi Ia tak merasa tenang walaupun sudah memutar puluhan lagu.

Tuhan maaf bila Ia belum bisa menggapai semua impiannya sampai saat ini.

Tuhan maaf bila Ia menyerah sampai sini,

Tuhan maaf  bila cara yang Ia pakai untuk mengakhiri  ini semua membuat mu marah,

Tuhan maaf bila selama ini Ia bukanlah seorang umat yang taat kepadamu,

Tuhan berikan Ia sebuah kedamaian dan ketenangan untuk terakhir kalinya yaa,

Tuhan jika boleh berharap, bisa kah engkau memaafkan perbuatannya kali ini?,

Tuhan maaf bila Ia membuat mu kecewa.

Kata orang setelah kematian bukanlah akhir segalanya.

Kalau memang kematian bukanlah akhir dari segalanya.

Lalu apa akhir dari segalanya ?.

Menurut Ia akhir dari segalanya adalah dengan pergi sejauh mungkin ke tempat di mana tak ada orang yang Ia kenal. 

Pergi sejauh mungkin hingga Ia tak pernah menemukan siapa pun lagi.

****

terima kasih  sudah membaca sebuah tulisan kecil saya yang tak berarti apa - apa ini. Aku dan Ia ingin mengucapkan maaf sebesarnya jika memang selama ini membuat kesalahan dan ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan kalian semua. semoga kelak kita bisa berjumpa lagi dan semoga saja aku dan ia bisa melanjutkan kisah ini.