WEDDING DAY

2.2K 79 16
                                    

"saya terima nikah dan kawinnya Yasi Latuconsina binti Irshad Latuconsina dengan mas kawinnya yang tersebut dibayar tunai.." ucap mas Raldho tanpa pengulangan dan terasa hatiku bergetar begitu hebat.

"Amin.." ucapku dalam hati.

"Sah.."

"Sah.." terdengar suara Ayah dan para saksi beserta tamu undangan yang datang menyaksikan hari pernikahanku ini.

"Yasi.. sudah saatnya keluar sayang.." panggil bunda dari balik pintu kamarku.

Jantungku terasa ingin berhenti saja, rasa tak percaya tapi nyata menghampiriku. Aku sekarang menyandang status sebagai istri dari Raldo Syarief seseorang yang belum aku kenal sepenuhnya tapi aku yakin kalau kelak dia akan menjadi imam untuk hidupku yang lebih baik.

"Alhamdulillah.. ganteng.."batinku sambil tersenyum lega begitu melihat sosok laki-laki yang kini menjadi suamiku.

"Wah.. masih malu-malu aja.. ayo sini.. cium tangan mas Raldo suami kamu.." ajak mama Rianti memintaku menghampiri mas Raldo dengan segera.

"Senyumannya.. Ya Allah.. adeeemmm.."batinku lagi membendung kebahagiaan yang tak terkira saat ini.

Mas raldo melemparkan senyum manisnya padaku, bahkan dia mengajakku berkenalan.

"Raldo Syarief.." katanya menyalami sambil menarik tanganku ke sisinya.

"Hagh..??"

Wajahku tampak bengong begitu dia mengenalkan dirinya padaku di depan semua orang. Sontak saja para tamu undangan tertawa terbahak melihat mempelai pengantin yang baru berkenalan di saat Ijab Qobulnya.

"Ihh.. Raldo.." mama Rianti tampak gemas dengan mencubit lengan mas Raldo karena melihat tingkah putranya yang ternyata humoris itu dan membuat semua tamu datang yang tadinya bengong ketika dia mengenalkan dirinya, kini langsung terdengar suara riuh tawa dari semuanya.

***

Kami tidak menyelenggarakan resepsi pernikahan, bukan karena tidak mampu atau tidak ingin, hanya saja kami menghormati mendiang istri mas Raldo yang baru meninggal 2 bulan lalu.Hanya syukuran kecil bersama keluarga besar yang kami adakan.

Sedari tadi aku dan mas Raldo belum sedikitpun berbincang karena Mas Raldo sibuk menemani para tamu laki-laki begitupun juga aku bersama para wanita dari keluargaku maupun keluarga mas Raldo.

"Selamat yah untuk pernikahan kalian.. semoga pilihan mama Rianti tepat.. dan kamu bisa menyayangi keponakanku seperti anak kamu sendiri.." ucap seorang perempuan cantik seumuranku menyalami diriku ketika aku mengambil segelas air untuk menghilangkan dahagaku.

"Iya.. makasih.." ucapku membalasnya.

Dengan rasa penasaran siapa wanita cantik ini karena dia begitu akrab memanggil tante Rianti dengan sebutan mama, apa mungkin dia adik Raldo, aku tampak malu dan canggung kalau sampai benar dia adik Raldo karena aku belum mengenal keluarga mas Raldo kecuali tante Rianti sendiri.

"Gue Sonya ( Marsha aruan ).. adik dari kak Vanya ( ghina Salsa ).. mantan istri kak Raldo ( Aliando ).." jelas gadis itu menegaskan dirinya karena sepertinya dia tau aku penasaran dengannya.

Wajahku langsung pucat, ternyata dia adik ipar Raldo dan lebih tepatnya mantan adik ipar. Awalnya dia tampak begitu ramah, tapi setelah mengenalkan dirinya tatapan sedikit sinis atau mungkin ini perasaanku saja.

"Yasi.. ternyata disini.." sahut mama Rianti menghampiri kami.

"mama cariin kemana-mana ternyata lagi sama Sonya toh.. oh ya kalian sudah kenalan belum??" Tanyanya begitu melihat kami berdua terlibat suatu perbincangan.

"Iya udah kok ma.. oh ya ma.. kapan pulang ini.. sonya pengen cepet balik ke Jakarta.. pengen nungguin Dafa neh.. kasian mama sendirian disana.." seru Sonya yang langsung terlihat tak nyaman.

"Iya ini mama mau panggil Yasi.. tamu-tamu dari Jakarta harus balik sekarang.. ayo Yasi kedepan.. masa pengantin di belakang sih.."ajak mama membawaku kedepan bersamanya dan Sonya.

***

Semua tamu undangan keluarga mas Raldo dan keluargaku berpamitan pulang, hanya tinggal mas Raldo dan mama Rianti yang tertinggal di rumah.

"Kalian istirahat gih, pasti capek seharian.. abis Sholat Maghrib kita makan bareng.." pinta bunda menyuruh kami beristirahat sampai jam makan malam tiba.

Dag.. dig.. dug.. duerr.. DAIA..

Ah, seperti Iklan saja.. itu apa yang saat ini tengah menghantuiku.

"Kamar.. oh kamar.. kenapa harus kamar.. apa aku sudah siap.. harusnya sudah.. tapi.. tapi.." pikirku dalam hati tapi langsung dibuyarkan mas Raldo yang meminta ijin untuk memakai kamar mandi lebih dulu.

"Boleh aku mandi duluan.." tanyanya sementara aku masih dengan pikiran anehku.

"Ah.. iya.. iya mas.. kamu aja dulu.."jawabku cengingisan.

40 menit berlalu sampai adzan maghrib berkumandang, cukup lama juga untuk seorang cowok menghabiskan waktu untuk mandi akhirnya mas Raldo keluar dari kamar mandi.

Semerbak harum sabun begitu segar melekat ditubuhnya, sampai begitu aku masuk kedalam untuk mandi wangi itu masih ada.

"Hemm.. suamiku wangi juga.." seruku mengendus keharuman sabun yang segar.

Berbeda dengan mas Raldo, aku hanya memerlukan waktu tak lebih dari 15 menit untuk mandi. Sebelum keluat dari kamar mandi, tak lupa aku berwudhu untuk segera melaksanakan Sholat Magrib yang begitu memiliki waktu paling sedikit.

"Sudah siap..?" Tanya mas Raldo dengan memakai baju koko dan Sarung serta Peci hitam yang semakin membuat wajahnya bersinar terang menjeyukkan hati mengajakku Sholat bersama.

"Iya.. sebentar aku pakai mukena aku dulu.." jawabku sedikit gugup.

Sholat Maghrib usai kami jalankan, untuk kedua kalinya aku mencium tangannya sebagai suamiku. Iya, dia benar-benar Suamiku sekaligus Imamku.

"Yasi.. Raldo.. ayo makan malam dulu.." panggil Bunda mengetuk2 pintu kamar kita.

***

Keluarga kecil kami sedikit lebih ramai hari ini dengan adanya mama Rianti dan Mas Raldo. Ayah terlihat begitu senang berbincang dengan menantunya begitu juga bunda yang sedari tadi terus menanyainya. Aku sendiri hanya diam sambil mendengarkan obrolan mereka dan sesekali tersenyum tersipu malu karena sesekali juga mama Rianti terus mennggodaku dan mas Raldo.

Selesai makan malam, aku memilih untuk memberesi semua piring kotor dan mencucinya sedangkan bunda dan mama Rianti bercanda gurau berdua begitu juga Ayah terus saja lengket dengan mas Raldo dan entah apa yang beliau bicarakan.

Hari menjelang malam, aku memilih berada dikamar untuk merebahkan tubuhku yang terasa pegal semua setelah acara kecil ini. Tapi dalam pikiranku sudah berjalan kemana-mana, karena sebentar lagi mas Raldo akan segera memasuki kamar.

Terdengar suara pintu kamarku terbuka  dan langkah kaki yang mulai terdengar jelas berjalan ke arah tempat tidur. Kugenggam erat-erat ujung selimutku karena jantungku serasa ingin berhenti saja. Apa.. apa yang harus aku lakukan sekarang, membuka mataku lalu berbincang dengan mas Raldo atau tetap pura-pura tidur sampai besok pagi lalu bilang padanya kalau semalam ketiduran.

10 menit mungkin berlalu, mas Raldo memang sudah menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur ini. Tapi kenapa dia tak membangunkanku atau mungkin mengintipku apa aku benar-benar sudah tidur.

Ingin sekali aku melihat kesisinya, benarkah dia sudah tidur atau sama seperti denganku yang masih canggung satu sama lain walau kami sudah menikah.

"Ahh.. sudahalah.. lebih baik kalau begitu, mas Raldo tidur dan aku juga tidur.. jadi hari ini aku masih bisa bernafas untuk mempersiapkan diriku agar bisa mengenalnya dan tak nampak seperti orang asing begini.." gumamku dalam hati.

***

Malam pertama yang terlewatkan oleh kami pasangan pengantin baru yang juga baru saling mengenal untuk pertama kalinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang