third clue: 2 for signal

89.8K 4K 149
                                    

Untuk membaca cerita lengkapnya bisa buka Dreame.com ^^

Link ada di bio yaaa :D

^^^

"Dilara Dristi Retisralya, kenapa kamu suka banget makan pedes-pedes? Memangnya nggak takut sakit perut, ya?" suara Ilyaa yang terkesan dibuat-buat membuat Dristi mendesah pendek. Mata Ilyaa tak lepas dari ponsel, yang mengartikan bahwa gadis itu baru saja membacakan salah satu post yang baru saja ia lihat di Secret.

"Kalo dia ngepost kayak gini, artinya pelaku itu ada di dalem kantin," tambah Ilyaa dengan pandangan menyisir sekitar.

Kantin sangat penuh siang ini. Sesak. Bahkan Ilyaa dan Dristi saja harus duduk bersama dengan beberapa senior, yang artinya mereka harus menjaga sikap. Di sini tidak ada senioritas, namun yang namanya senior, tetap akan disegani para juniornya.

"Ya udah laaa," Dristi mengibaskan tangannya tak peduli, menyendokkan kuah bakso berwarna merah kental. "Biarin aja dia mau ngapain juga, gue nggak peduli," ujarnya disusul tangannya yang bergerak mengambil sepotong basreng pedas.

Ilyaa hanya geleng-geleng kepala melihat Dristi yang terus-terusan memakan makanan pedas, padahal gadis itu memiliki maag. Lihat saja, nanti di tengah pelajaran pasti akan kambuh.

"Paling nggak peduli sama diri sendiri kek," Ilyaa gemas, dia geleng-geleng sembari menyeruput minuman sodanya.

Dristi mengesampingkan pendapat Ilyaa. "Sekali-kali nggak apa kok. Asal jangan keseringan," jawabnya disusul cengiran lebar.

☀☀☀

Pluk. Sesuatu mengenai kepala Dristi, membuatnya mengernyit bingung dan melirik ke arah atas. Ada buku paket sejarah tepat di puncak kepalanya. Seseorang di belakangnya, cowok yang duduk di belakang Dristi itu tidak tersenyum ataupun datar. Biasa saja, tapi wajahnya terlihat seperti senyum. Iya, dia Nata. Cowok itu duduk di belakang Dristi, sebangku dengan Fakhir.

"Buku lo ketinggalan," jelas Nata saat dipandang bertanya.

Dristi melongo sepersekian detik, kemudian ber-oh-ria ketika sadar pagi tadi ia meninggalkan bukunya di meja makan. Iya, tadi pagi Dristi bangun telat dan lupa menyiapkan buku ketika malamnya. Alhasil saking terburu-burunya ia bolak-balik kamar dan meja makan ketika sarapan. Sebenarnya sih tidak telat banget, tapi karena Dristi naik angkot dan dia tidak mau kena macet, jadi yaaa harus berangkat jauh lebih pagi dari Nata yang naik motor.

"Oke, makasih," sahutnya singkat kemudian mengambil bukunya dan memutar tubuh.

Fakhir yang sebelumnya sedang sibuk dengan ponsel sempat terheran akan pembicaraan yang sedikit janggal diantara mereka berdua. Tapi dia tidak memikirkannya lebih lanjut dan tetap main line ranger. Berbeda dengan Fakhir yang penasaran namun dipendam, Ilyaa bergeser merapatkan diri pada Dristi.

"Ketinggalan? Di mana?" tanyanya kepo.

"Di rumah."

Nata mengangkat wajah dari kesibukan mencatat tugas sejarah, disusul wajah penasaran Fakhir yang juga tak sengaja mendengar ucapan Dristi. Pernyataan singkat tegas yang Nata yakini sekali akan menimbulkan banyak pertanyaan dari dua orang yang memandangi mereka berdua bergantian. Nata berdehem menghentikan keheningan, sekaligus berusaha mengalihkan perhatian dua pasang mata yang memandang Dristi meminta penjelasan.

Nata tersenyum geli dalam hati karena Dristi tidak sengaja mengatakan hal yang memicu pembicaraan tentang; Dristi dan Nata yang sering berkunjung ke rumah masing-masing sampai meninggalkan suatu barang di sana, atau malah menimbulkan kecurigaan tentang mereka yang tinggal bersama. Padahal setiap hari Dristi selalu mengingatkan Nata untuk bersikap tidak-kenal-dekat saat di sekolah.

SECRET [Admirer]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang