"Nanti kalo gue nikah, gue bakal secantik maris ga ya do?"
"Kepo?"
"Heeh.. abisnya maris cantik bgt, liat nih--"
"Then--would you marry me?"
"Do---"
TINNNNNN!!!!! BRUAGHHHHHH!!!
"Ucaa!!"
"Ayucaa!! Bangun!! Kamu gamau sekolahh?!" Suara ibu pagi itu bersamaan dengan ketukan pintu yang cukup keras berhasil membuat yuka terhentak dari tidurnya. Nafasnya kini beradu cepat, sementara kedua matanya nampak berusaha untuk mengerjap pelan namun pasti.
"Caa!! Sekolah!!" Suara ibu kembali terdengar, dan refleks yuka menyerukan gumaman tidak jelas dnegan harap ibu mengetahui jika ia sudah bangun dan berhenti untuk menyerukan namanya pagi itu.
Sang wanita yang semula masih belum mendapatkan seluruh kesadarannya itu, kini mulai beranjak dari posisi tidurnya, salah satu tangannya sibuk menyibak rambut panjangnya yang sudah tak lagi karuan karena tergerai bebas sepanjang malam tadi, dan berikutnya benak wanita itu seakan bertanya-tanya mengenai hal yang entah kenapa terdengar cukup janggal di telinganya tadi, "--sekolah?" Yuka mengandai-andai, hingga kemudian ketika ia akhirnya beranjak dari atas tempat tidur dan kedua matanya menatap kesekeliling , sebuah rupa yang nampak asing sekaligus familiar itu berhasil membuatnya terkejut setengah mati, "Ayuka?! Lo siapa?!" Ia menatap sosoknya sendiri dari balik pantulan cermin dengan takjub, rambut panjang berwarna coklat yang entah kapan terakhir kali ia lihat, serta wajah polos layaknya seorang gadis remaja usia belasan tahun---.
Seketika kedua matanya sibuk menatap kesekeliling, perasaan takut serta takjub masih menyelimuti sosoknya pagi itu, dengan gusar wanita itu terus berusaha menemukan hal apapun yang dapat meyakinkannya jika hal yang tengah ia alami ini pastinya hanyalah mimpi belaka karena bagaimanapun hal ini sama sekali tidak masuk di akal, maksudnya--bagaimana mungkin--ayuka yang seharusnya beberapa hari lagi hendak berusia 27 tahun kini kembali menjadi ayuka yang mungkin baru saja menginja usia 17 tahun?
.
.
.CKLEK!
"LUKAA!! RALUKAAA!" yuka dengan segera menghambur dan berusaha menemukan sosok luka yang WOW bagaimana mungkin? Luka benar-benar masih tertidur di atas ranjangnnya-? Ini gila, semua yang terjadi saat ini benar-benar di luar akalnya, dan menyaksikan luka kala itu tepat dihadapannya semakin membuat yuka merasa takut.
"Raluka bangun! Raluka!!! Lo tau ga--luka---gue siapaa?!! Lo siapaa? Lukaaa?!! Woyyy!!!"--dan tangis yuka benar-benar pecah kala itu karena nyatanya ia sama sekali tak mengerti hal macam apa yang sebenarnya tengah terjadi, kedua tangannya masih berusaha membangunkan sosok muda seorang luka dengan rambut hitamnya yang berkilau dan kedua mata sipit yang masih terpejam kala itu.
"Kaa bangun kaa!! kaaa!! Ralu--"
"Anjirr, berisik banget si--woy CA! Apaansi lo ngapain pagi-pagi sih?!!!!" Luka terdengar marah, tubuhnya yang semula tak bergerak walau yuka terus berusaha mengguncangnya kini berusaha bergerak bebas dan ketika itu pada akhirnya pandangan keduanya saling bertemu satu sama lain, "Lo ngapain?!" Ia bertanya lagi, kali ini terdengar lebih serius dari sebelumnya.
Yuka seketika tak bisa berkata apa-apa, jantungnya berdetak dengan begitu cepat, yang terdengar hanya isaknya sesekali, "Ka-- lo kenal gue kan? Kaa!!"
"apaan sih?! Lo kenapa?!" Kesal luka lagi yang akhirnya ikut bangkit dari posisi tidurnya seraya mengacak rambutnya frustasi, sepasang manik mata indahnya menatap yuka tak mengerti sekaligus kesal karena adik perempuannya itu tiba-tiba saja melakukan kehebohan di pagi hari persis seperti yang seringkali ia lakukan di kala dulu ketika keduanya masih tinggal di rumah yang sa--tunggu sebentar.
Luka spontan mendorong jauh jauh sosok yuka dari pandangannya, kini fokusnya beralih pada hal lain, kedua matanya kontan menatap kesekeliling persis seperti yang yuka lakukan sebelumnya dan setelah beberapa saat keduanya kembali saling berpandangan, "Lo ngapain ca?!"
Yuka yang ikut terkejut mulai kembali terisak dan mendekatkan diri pada luka yang masih terkejut seperti ia sebelumnya, layaknya copy dan paste keduanya kini saling memandang tak mengerti, "gue juga ga ngerti ka--terakhir kali gue--gue gatau!! Lo ngapain malah tidur disini?! Kok rambut lo item kaya bocah--lo kenal gue kan? Ralukaaa?!! Jangan bengong aja dong, gue takuttt!"
"Lo jauh jauh dulu dari gue biarin gue mikir--"
"Ka?! Lo ngerasa aneh juga kan?! Jadi ga cuma gue kan?!! Lo luka yg gue kenal kann?!"
"Ca--lo.mendingan keluar dulu dari kamar gue, gue gabisa mikir kalo lo ngmong terus mendingan lo pergi se--"
CKLEK!
"Ayuca, ibu bangunin kamu dari tadi bukannya mandi malah pada ngobrol--ini sekarang udah jam berapa?! Kamu juga raluca! Mau ikut-ikutan gamau sekolah juga?" Sosok ibu tiba-tiba saja kembali muncul dari balik pintu, dan baik luka maupun yuka kini hanya bisa saling menatap bergantian sama -sama tak mengerti dengan apa yang sebenarnya tengah terjadi. Satu hal yang sedikit saja berhasil luka mengerti adalah bahwanya kini keduanya tengah kembali, kembali ke masa itu masa dimana mereka masih berusia 17 tahun.