03. Teleportasi

12 2 0
                                    

Happy Reading!


"Napa lo? Surem amat," sindir kak Seungwoo.

"Lo tau... aaakkh! Sial sial sial!" umpatku.

"Apanya?"

"Ternyata yang katanya murid baru itu masuk dikelas gue!" kataku, "terlebih lagi..."

"Terlebih lagi apa?"

"Dia itu tetangga baru gue!"

"Lah terus masalahnya?" aku berbalik menatap laki-laki didepanku dengan menggebu-gebu, "gue malu tau," jelasku.

"Lah emang lo kan malu-maluin," ejeknya.

Aku menatapnya sengit, "dengerin dulu!" sentakku.

"Ya santai dong... gimana-gimana?"

Aku menghela nafas kasar, "Gue kan tadi malem turun buat minum. Lah gue ada denger suara orang cekcok. Ya gue datengin lah."

"Oke-oke, gue tau kelanjutannya. Pasti lo nguping kan kek ibu-ibu komplek yang tukang kepo," tebaknya.

"Ih! Gue masih gadis ya... belum jadi ibu-ibu. Ya bener sih gue nguping. Yang gue denger sih--". "Apaan? Denger apaan lo?" selanya.

"Buset dah. Dengerin dulu napa kak," kak Seungwoo cuma nyengir-nyengir ngga jelas.

"Gue denger ada orang yang nyuruh si Renjun itu pulang. Katanya si Renjun ngga aman disini. Dunia dia berbeda ama dunia kita. Tapi Renjun ngga mau dan ngusir itu orang. Loh kak?" aku mencari laki-laki yang daritadi berjalan disampingku. Ternyata dia berada dibelakangku dan juga dia tiba-tiba diam.

Aku mengernyit bingung. Dia kenapa?

"Heh! Ngapa lo kak?" tanyaku.

"Jadi benar dugaanku," ucapnya pelan.

"Apanya yang benar?"

"Ngga, keknya lo harus hati-hati sama dia," katanya serius.

Aku semakin tidak mengerti, "Hati-hati? Kenapa?" tanyaku. Dia terlihat gusar, "udah nurut aja."

Aku memutar bola mata malas. Tak memusingkan hal itu, "Iya-iya."

"Kalo gitu pulang gih."

Aku menganggukkan kepala, "Bye... hati-hati dijalan ya kak."

"Lo juga."

.
.
.

"Hahh, akhirnya sampe juga," gumamku.

Saat aku melihat kearah pintu balkon. Tirainya bergerak terkena angin. Sepertinya menikmati secangkir kopi sambil menikmati angin dibalkon enak juga. Segera aku turun untuk membuat kopi.

Setelah jadi, aku bergegas menuju kamar dan akhirnya sampailah dibalkon. Meminum kopi sambil melihat kearah jalanan yang banyak orang berlalu lalang disana.

Aku melihat arloji yang menunjukkan pukul 4 sore. Yang artinya banyak pegawai kantor mulai pulang.

Aku jadi merindukan ayahku jika seperti ini. Ayahku selalu berusaha pulang lebih awal agar bisa cepat-cepat bertemu denganku.

SHACKLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang