Happy Reading!
•
•
•Apa katanya tadi? Teleportasi?
Aku tertawa mendengarnya, "Lo ngajakin gue bercanda ya? Sorry, ngga lucu."
"Siapa yang bercanda? Aku serius," katanya lagi.
Aku menatapnya serius. Melihat dari ujung kaki sampai ujung kepala. Tidak ada yang aneh menurutku. Hanya saja wajahnya terkesan agak dingin. Rambut berwarna silver sangat cocok dengan wajahnya yang berkulit putih bersih.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?"
Aku melangkahkan kakiku semakin maju mendekatati Renjun. Sepertinya mengerjainya sedikit juga boleh. Langkahku semakin dekat, tapi tak ada reaksi apapun darinya.
Hingga akhirnya tubuhku sedikit menempel ditubuhnya. Renjun tetap tak bereaksi, dia hanya menaikkan satu alisnya seolah bertanya 'apa?'.
"Jadi maksud lo, lo itu hantu? Gitu? Ah.. atau lo itu..." aku menjeda ucapanku.
"Apa?"
Aku mendekatkan wajahku dan berbisik, "Vampir?"
Wajahnya mendadak terkejut. Aku segera menjauhkan tubuhku dan tertawa, "Ngapa lo kaget gitu? Gue cuma bercanda kali. Mana ada spesies macem vampir atau serigala jadi-jadian didunia ini. Cuma mitologi," jelasku.
Tak kusangka tanganku ditarik dan punggungku membentur tembok. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Huang Renjun.
"Apaan sih lo?!" sentakku.
Tangannya bertumpu disisi kanan dan kiri kepalaku. Seolah dia tidak akan membiarkanku pergi dari sini.
"Apa kau pikir makhluk mitologi itu tidak ada?" pertanyaannya membuatku mengerutkan dahi. Aku kan cuma bercanda, tapi kenapa dia menanggapinya dengan serius?
"Lo kok sensi sih? Gue kan udah bilang kalo gue cuma bercanda!"
Renjun tertawa remeh. Dia mendekatkan wajahnya kewajahku, membuatku menutup mata. Tapi suaranya membuatku membuka mata, sungguh jarak seperti ini sangat tidak baik untuk jantung.
"Tidak semuanya bisa kau buat lelucon, Kim Reyna." jelasnya.
"Biasa aja kali. Minggir!" suruhku.
"Ingat Reyna. Yang kau pikir tidak ada itu benar-benar ada," lalu dia memundurkan tubuhnya.
Aku menatap kearah lain. Jantungku masih belum berdetak dengan normal. Dasar Renjun!
"Kenapa? Wajahmu merah," katanya.
"Apaan sih! Ini lagi gerah, makanya muka gue merah."
"Oh ya?"
Aku semakin salah tingkah karnanya, "Ck, udah deh gue mau masuk dulu. Lo pulang sana! Lah iya gue lupa, lo pulang lewat mana? Masa lompat sih?" tanyaku beruntun.
Renjun tersenyum. Ini pertama kalinya aku melihat dia terseyum, "Lah? Lo kok senyum-senyum gitu? Merinding tau ngga."
"Tidak apa. Kau sana masuk duluan, aku akan pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
SHACKLES
Vampire"Apakah vampir memang ditakdirkan selalu terbunuh? Mengapa kami diciptakan kalau memang harus terbunuh? Apalagi orang yang dicintai yang menjadi pembunuhnya" • • • ©VeraNoona//Start "05-12-20"