Bagian 4

36 4 0
                                    

"Kemarin aku menjadi pintar, aku ingin mengubah dunia. Hari ini, aku menjadi lebih bijak. Aku ingin mengubah diriku sendiri"

Malam harinya genzi dan Edison mabuk di belakang asrama, stress karena malu dengan nilainya, jean pun menghampiri dan membujuk genzi dan Edison, jean pun membuka isi tas Edison yang berisi tentang cita-citanya yang menjadi fotografer, Edison pun memberi tahu

"aku ingin menjadi fotografer dari kecil, tapi ayahnya memintaku untuk menjadi insinyur, aku tidak berani meminta kepada ayahku"

Edison menyimpan cita-citanya itu, Edison hidup dengan kepalsuan. Jean pun memberi tahu kepada Edison

"kau harus menjadi fotografer dan berani mengatakan kepada ayahmu!"

jean pun mengatakannya lagi

"bagaimana ayah Michael Jackson menyuruhnya menjadi petinju, apa nasib nya sekarang?"

kemudian genzi mengatakan kepada jean

"aku ingin menjadi insinyur tapi kenapa nilai ku selalu jelek"

jean mengatakan

"karena kau selama ini hidup dalam ketakutan"

"teman-temanku ini aneh satunya penakut satunya lagi jiwanya mati!" ucap jean

Edison pun pulang kerumah esoknya, dan mengatakan kepada ayahnya

"ayah aku tidak mau menjadi insinyur tetapi ingin menjadi fotografer"

ayahnya sangat marah dan memukul Edison, namun Edison berusaha membuat yakin kepada ayahnya, Edison mengatakan kepada ayahnya

"aku selalu menaruh foto ayah dan ibu di dompet ku, ketika aku melakukan hal bodoh aku melihat foto ini, apa yang terjadi kepada senyum mereka,aku ingin menjadi fotografer meskipun gaji ku kecil aku akan bahagia karena ini cita-citaku, aku selalu mendengarkan kata ayah, tapi kali ini tolong ayah yang mendengar kata-kataku"

ayah Edison pun luluh dan mengajaknya untuk membelikan kamera, mereka berpelukan dan ayah Edison mengatakan

"ini hidupmu! Jalanilah"

Di sisi lain genzi melakukan wawancara pekerjaan, para wawancara bertanya

"kenapa ingin datang kemari?"

genzi menceritakan semua

"semasa kecil aku adalah anak yang sangat cerdas, orang tuaku menaruh harapan besar kepada saya untuk menuntaskan kemiskinan di keluarga kami, semenjak itulah saja manjadi takut untuk melakukan pekerjaan sesuatu, karena itu sangat berdampak kepada saya"

wawancara yang mendengar cerita itu kurang setuju karena sifat tersebut tidak baik untuk pekerjaan, tapi genzi masih kokoh pada pendiriannya

"karena untuk mendapatkan sifat ini banyak hal yang sudah saya dilakukan"

genzi pun keluar. Hendak keluar genzi di panggil oleh wawancara tadi, wawancara tersebut nampak kagum kepada genzi karena mereka selama menjadi wawancara hanya mendengar kata "iya, iya, iya, dan iya" untuk mendapatkan pekerjaan tetapi genzi sangat berbeda, dan si wawancara itu menanyakan

"berapa gaji yang kamu inginkan?, nanti kita diskusikan"

genzi pun menangis di hadapan wawancara.

Bad GeniusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang