BAB 4

12 1 3
                                    

Kamar kos yang ku tempati ini bergabung dengan rumah induk. Ibu kos nya seorang janda. Ibu Ani, sudah 10 tahun ditinggal meninggal suaminya yang mantan Jaksa. Lelah mengikuti dinas suami yang sering berpindah tempat tugas. Setelah pensiun mereka menetap di Padang. Hingga maut memisahkan mereka.

Ibu Ani tidak memiliki anak perempuan. Dua orang anak lelaki yang dimilikinya telah menjadi orang penting dan pejabat. Satu berada di Jakarta dan satunya lagi di kota Solok. Satu bekerja di Waskita dan satu lagi menjadi Kepala dinas.

Ada dua kamar kosong yang sengaja di buat. Satu kamar berjodoh denganku. Kupilih kamar di sebelah kiri. Sejajar dengan dinding pembatas dengan tetangga sebelah rumah.

Kamarnya tidak terlalu besar cuma 3x3 meter saja. Cat kamar berwarna putih. Uang sewa 200 ribu perbulan untuk satu kamarnya. Kamar yang lainnya diisi oleh orang Solok, mahasiswa Matematika.

Kami langsung akrab waktu pertama bertemu. Kami sama mahasiswa baru dan besok akan mengikuti masa orientasi.

"Lun, bangun dong. Ketiduran ya?" lembayung sore menyapa saat Riska masuk ke kamarku.

"Eh sudah sore, ya. Aku ketiduran saat baru sampai dari kampung tadi." jawabku sambil mengucek mata.

" Makan yuk, Lun. Lapar nih." ajak Riska sambil memegang perutnya yang datar. Cewek hitam manis ini memiliki bodi yang kurus tetapi hobi makan. Sampai banyak yang bertanya kemana perginya makanan yang begitu banyaknya masuk ke dalam lambungnya.

"Kita makan makanan aku aja Ris, tadi Ibu buatkan rendang. Kita makan itu aja ya." ajakku sambil menghidangkan makanan dari kampung yang ku bawa tadi.

"Rendang daging?" mata Riska membulat mendengar makanan kesukaannya.

"Iya, kita makan sama-sama ya."

Adzan subuh telah membangunkanku, segera kudirikan sholat. Bersiap untuk memulai hari pertama orientasi, OSPEK.

"Sudah bangun, Ris?" kuketuk pintu kamar Riska pelan.

"Sudah Lun, nih lagi masang pita di jilbabku." Riska membuka pintu kamarnya.

"Kita saling bantu yuk, Ris. Masang di bagian belakang agak susah."

Saling membantu memakai atribut OSPEK mempercepat persiapanku dan Riska. Kami keluar rumah jam setengah tujuh.

Jarak rumah kos dengan kampus hanya memakan waktu lima menit jalan kaki. Diperjalanan kami bertemu dengan beberapa mahasiswa yang berpakaian seperti kami.

Lucu sih, tapi bagi masyarakat disana itu hal yang biasa tiap tahunnya. Jadi kami berjalan lebih tenang karena tidak ada yang menertawakan.

Di kampus sudah banyak yang datang. Takut telat karena cemas jarum jam ditangan belum tentu sama dengan yang ada di pergelangan tangan para senior.

Jam 7 tepat kami dikumpulkan di sebuah ruangan. Disana juga ada beberapa dosen. Orientasi ini akan diadakan selama tiga hari. Untuk hari pertama adalah pembekalan tentang disiplin dan perkuliahan. Hari kedua tentang pengenalan kampus dan hari terakhir penutupan.

Semua mahasiswa baru di sesi pertama wajib mendengarkan segala bentuk tata tertib di Fakultas MIPA ini. Dilanjutkan juga bagaimana perkuliahan dan berkomunikasi dengan dosen. Bagaimana sikap sopan santun terhadap dosen. Memahami aturan perkuliahan untuk setiap dosen. Apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak diperbolehkan.

Perkuliahan biologi untuk mata kuliah tertentu akan ada kuliah lapangan. Mahasiswa wajib mengikutinya, seandainya tidak ikut otomatis gagal sudah ada di tangan. Tujuan kuliah lapangan akan ditentukan di waktu perkuliahan tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Puzzle of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang