3. Antara 2 hati

7 1 5
                                    

"Semuanya jadi Rp. 27.500 mas."

Kemudian lelaki itu menyerahkan satu lembar kertas berwarna biru. Dan mengambil tas kresek miliknya.

"Duduk disini aja nih?" tanya nya.

"Iya. Gapapa kan?" kata Dara.

"Santai aja." jawab Rengga.

Percakapan mereka dimulai tanpa basa-basi, karena dulu saat Rengga menjatuhkan hati pada Dara, ia telah yakin bahwa Dara itu memang wanita yang perhatian dan enak untuk diajak bicara. Buktinya sekarang.

"Ahaha, ya ampun Dar. Perut gua sakit nih dengerin cerita konyol lu." katanya masih dengan tertawa.

"Ihh, tapi emang bener tau. Masa lu nggak percaya sih?"

"Iya iya gua percaya kok. Ahahaha, gimana gua gak percaya coba, lah lu juga bego banget. Orang kebelet pipis mah juga liat-liat kali." kata Rengga.

"Ah pokoknya tuh semua emang gara-gara pipis."

"Eh, ini kita duduk cerita begini udah setengah kam aja. Gua balik dulu ya." kata Rengga sambil melihat jam yang ada di tangannya itu.

"Iya nih gak kerasa. Yaudah ini cokelat buat lu aja." tangan Dara menyerahkan sebatang cokelat itu.

"Seriusan lu?" tanya Rengga.

"Serius. Yaudah gua pulang duluan." kata Dara sambil melambaikan tangan.

/////

"Ada apa denganmu? Kenapa kau begitu tertutup." ucap Ganisha.

Tiba-tiba saja suara motor mengagetkan lamunan pertanyaan di hati Ganisha. Rupanya itu adalah.....

"Sha! Woi!" teriaknya.

"Eh ya ampun, kaget gua jadinya. Yaudah gih masuk."

Setelah memarkirkan motornya, Rengga masuk bersamaan dengan Ganisha yang telah menutup pintu gerbang.

"Mah, mamah, Rengga dateng!"

"Assalamualaikum tante.." salam Rengga.

"Waalaikumsalam, aduh kamu nih kok udah lama banget ya gak pernah main?" tanya Mama Ganisha.

"Iya nih tante, abisnya nggak ada yang kangen sih.." ucapnya sambil menatap Ganisha.

"Ada kok, tapi nggak mau ngaku aja. Ya kan Ganisha?" tanya Mama Biba.

"Eh, apa sih mah." jawabnya sambil tersenyum tersipu malu.

"Yaudah oke ya sekarang Rengga mending makan dulu." perintah Mama Ganisha.

"Ayok, gue temenin." ajak Ganisha.

"Lah, lu ngapa kaga ikut makan juga?" tanya Rengga.

"Udah kenyang."

"Nih, buat lu." tangan Rengga mengulurkan kantong kresek yang ia bawa tadi.

"Widih... ada cokelatnya?"

"Pasti dong. Lu harus kudu wajib banget makan itu cokelat sampe abis. Gua nggak mau tau." kata Rengga.

"Iya jelas gua abisin, lu juga sonoh gih ambil nasi dulu kek."

"Ambilin dong..." ucap Rengga.

Ganisha berjalan menuju tempat dimana nasi itu ada di rumahnya. Memberikannya pada Rengga. Tak lupa mengambil segelas air bening di tangan kirinya.

"Nih. Cowo manja..." ejek Ganisha.

"Sekali doang manjanya. Eh tapi lu juga beneran abisin cokelatnya."

"Iya bawel." kata Ganisha.

"Itu gua beli cokelat dengan perjuangan semangat dan tekad yang kuat. Demi untuk lu." ucap Rengga.

Ganisha tak menjawab ucapan Rengga barusan namun ia langsung memakannya seperti anak kecil. Belepotan di ujung bibir dan beberapa di pipinya. Membuat Rengga tersenyum manis melihatnya.

/////

"Nah ini barang-barang yang gue bisa dapetin yang gue paham dari list." kata Ganisha.

"Lah kok gampang banget keliatannya? Ini udah semua?" tanya Rengga.

"Kurang bagian yang list nomer lima, itu yang lu kaga tau. Kita beli di minimarket depan aja. Oke?" ajaknya.

"Lu main oke, oke aja. Itu emang apaan yang list nomer lima? Gua browsing isinya malah ihh... jijik gua." jawab Rengga sambil memejamkan mata dan bergidik ngeri.

"Nomer lima, itu clue nya 'Minuman Penggoda' jadi kalo dalam barang sehari-hari adalah Marimas." kata Ganisha.

"Setdah, jadi minuman penggoda itu marimas? Emang susah dah. Ayo ke minimarket." ajak Rengga.

/////

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebatang Cokelat : RengganisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang