__Langit tampak cerah hari ini dengan matahari yang sudah mulai menyingkir dari atas kepala. Di sore hari yang ramai, motor Jake lagi-lagi melaju tanpa tujuan. Matanya menelisik ke arah luasnya jalanan yang terpampang di hadapannya.
Pinggir jalan pun sama ramainya, diisi oleh beberapa pedagang dengan gerobak yang sudah sama rentanya seperti Sang empunya. Guratan lelah dan jenuh menunggu rezeki yang akan menghampiri ditiap detik berlalu.
Jake tiba-tiba teringat pada kasir yang memberinya plester luka tadi malam, di balik helm full face miliknya, ia tersenyum.
Maka, saat melihat tikungan yang dapat menyatukan menyatukan jalan menunu ke minimarket tersebut, ia berbelok. Dengan senang hati akan pergi ke sana lagi.
Lamanya perjalanan pun bukan suatu masalah besar, seberapa jauh rela ia tempuh meski harus menghabiskan banyak bensin. Tidak apa, menurut Jake. Lagipula memang biasanya seperti ini, berlalu tanpa arah setiap sehabis pulang sekolah.
Setelah sampai di depan bangunan minimarket dengan warna biru yang mendominasi, Jake sejenak berhenti kala melihat orang yang ditujunya tidak sedang berada di balik kasir, namun berada di depan.
Pemuda itu sedang berbincang-bincang dengan seorang tukang parkir yang sudah cukup tua, wajahnya tidak lagi menampilkan ekspresi datar, ia terlihat ramah dan santai.
Seseorang yang memakai seragam senada mendatanginya. "Jay, tungguin sana. Gue mau ke toilet."
"Hn."
Jake bisa mendengar ucapan mereka. Kalau Si kasir tadi dipanggil dengan sebutan 'Jay', bukankah berarti itu merupakan namanya?
Tidak perlu pikir panjang, Jake mengambil kesimpulan bahwa memang benar itu adalah nama dari kasir semalam. Ia bersorak senang dalam hati. Kemudian mengikuti langkah Jay yang juga baru masuk ke dalam minimarket.
;
Memang sangat sepi selain hanya diisi lagu-lagu dari layar yang tertempel di dinding. Jake beranjak ke rak-rak berisi makanan ringan. Ia memilih banyak hingga tanpa sadar saat mencapai kasir, ada beberapa yang jatuh berhamburan. Sontak dengan cekatan Jay menghampiri dan membantunya lalu langsung membawa apa yang Jake beli ke meja kasir.
Jake mengulum senyumnya selagi Jay memindai harga-harga dari makanan yang Jake beli. Mata Jake berpendar mengililingi seisi ruangan sembari mengetuk-ngetukan jarinya ke dagu.
"Pulsanya sekalian?"
"Hah?" Bukannya langsung menjawab tetapi Jake malah merespon dengan ambigu.
"Mau pulsanya sekalian gak?"
Berpikir sebentar, Jake akhirnya mengangguk. "Boleh."
"Oke." Dia kembali fokus pada monitor di sana. "Mau pulsa yang berapa?"
"Berapa aja pilihannya?"
"Gak pernah beli pulsa?" ketus Jay hingga Jake menukik alis kesal.
"Kalo gitu yang seratus ribu aja."
"Nomornya?"
Jake menyugar rambutnya ke belakang. "Apa nih? kok lo minta-minta nomor gue?"
Mendengus kasar, Jay mengangkat sebelah alisnya. "Biar pulsanya bisa masuk ke nomor hape lo. Paham?"
Setelah itu Jake menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Y-ya paham ... tapi gue gak biasa ngasih nomor ke orang asing, masukin pake nomor lo aja."
Jay mengacak rambutnya frustasi, kedua tangannya menumpu di meja kasir, sorotan mata tajamnya lurus ke depan. "Lo niat beli gak? atau lo lagi bercanda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasir | jayke
Fanfictionft. jay x jake _____ Jake itu berandal nakal, ia hanya suka mencari perhatian. Maka, di hari itu saat wajahnya babak belur kemudian mendatangi minimarket, Jake menemukan perhatian yang ia cari. "Heh, orang kaya, lo kenapa tiap hari dateng ke sini m...