Let Me [Bab 12] Cahaya Masa Lalu

486 88 12
                                    

Mungkin ini hanya jeda, bukan titik yang mengakhiri segalanya.
-Let Me-
Thu December 17, 2020.

-Let Me-Thu December 17, 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Setelah performanya selesai sekitar 15 menit yang lalu, Hanan terperangah ketika merasakan suatu cairan yang mengalir dalam ceruk hidungnya. Cewek itu mulai menyapu cairan tersebut dengan punggung tangannya, dan sangkaannya benar apabila itu merupakan darah. Hanan tengah epistaksis.

Cepat-cepat Hanan mengambil beberapa lembar tisu yang berada di sampinganya secara asal, lalu menempelkannya pada hidung agar tak ada orang lain yang melihatnya. Ia melihat ke semua penjuru ruangan, setelah itu dia mengembuskan napas lega. Saat ini, ruangan yang Hanan duduki sedang sepi, semua orang disibukkan dengan menonton penampilan peserta lainnya di tengah lapangan. Hanan merasa bersyukur, sebab kini tak ada orang yang melihatnya.

Ia bangkit dari duduknya, kemudian berjalan ke luar menuju toilet yang berada sekitar sepuluh meter dari ruangan ini. Selepas masuk ke dalam, Hanan mengunci pintu supaya tak ada seorang pun yang dapat menggangunya.

Tangannya bertumpu pada wastafel, serta manik cokelat memperhatikan dalam tisu yang mulai berganti menjadi merah. Sebelumnya, Hanan membiarkan air mengalir melalui keran yang secara tak langsung membaginya sebuah afeksi.

Ingatannya kembali melayang pada waktu di mana setelah Rara memutuskan sambungannya pagi tadi. Pada saat itu, Hanan baru saja selesai mengeringkan rambutnya, kemudian mulai mencari benda kecil yang ada dalam laci. Selepas menemukan foundation, Hanan mulai menyamarkan lebam yang berada dibeberapa bagian tubuhnya dengan telaten.

Beberapa saat kemudian, untuk kedua kalinya ponsel Hanan kembali berdering, membuatnya perlu menunda kegiatan sesaat. Setelah mengambil benda pipih yang berada di sampingnya, Hanan membuka aplikasi pesan, lalu membaca isi pesan tersebut.

Dr. Rendi
|Selamat pagi. Saya harap, kamu bisa
|datang siang ini. Saya tunggu di
|ruangan nanti.

Hanan meletakkan lagi ponselnya, tanpa berpikir untuk merespon pesan dari Dr. Rendi. Ia mulai membuka laci, mencari botol kecil yang ia simpan di dalam sana. Setelahnya, Hanan mengulum bibir, ketika maniknya menangkap satu butir obat yang tersisa. Wajar saja pria itu memberitahunya, lantaran obat pereda nyeri sudah hampir habis, mungkin dirinya akan dirawat inap apalabila telat meminum obat. Bodohnya, Hanan melupakan persoalan yang tak bisa disepelekan begitu saja.

Lamunannya mendadak sirna saat mendengar suara ketukan pintu dari luar. Sesegera mungkin, Hanan mencuci tisu yang berlumuran darah hingga bersih, kemudian mencuci hidungnya. Setelah selesai, akhirnya Hanan mulai membuka pintu yang sempat ia kunci.

"Pantes aja gue cariin nggak ketemu-ketemu, taunya ada di sini," oceh Tessa yang sedang menyandarkan tubuhnya pada tembok, dan menyilangkan tangannya.

Let Me - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang