Part 4

480 43 3
                                    

"Duh, gue harus gimana nih?" Tanya Misel kepada dirinya sendiri.

Sejujurnya Misel sudah sering mendengar Raihan dan teman-temannya yang lain tawuran dengan anak sekolah sebelah, SMP Purna Bakti. Namun baru kali ini ia melihatnya secara langsung. Apalagi keadaannya sekarang Raihan sedang sendirian atau bisa dibilang kini ia sedang dikeroyok.

"Apa gue minta tolong sama orang yang jualan disana ya?" Ujar Misel yang melihat pedagang disebrang sana.




"Woii kalian ngapain di sana?" Tanya pria dewasa yang mendekat ke tempat kejadian dimana Raihan dikeroyok. "Mau saya laporin polisi?" Tanya pria itu lagi.

"Ehhh iya bang ampun!!" Jawab salah satu siswa laki-laki itu dengan panik. "Woii udah yuk balik! gue gamau berurusan sama polisi!!" Ajak siswa laki-laki itu kepada teman-temannya.

Sekumpulan siswa laki-laki tadipun kabur dan tinggal lah Raihan sendirian yang sedang terduduk lemas dengan wajah yang penuh memar.

"Lo yang manggil bapak itu ke sini?" Tanya Raihan kepada Misel yang sedang berdiri didepannya.

"Iya," Jawab misel singkat.

"Makasih!" Ucap Raihan.

"Dek saya tinggal ya! Soalnya gerobak saya gak ada yang jagain takut ada yang ngambil," Ucap pedagang tadi.

"Iya pak, terimakasih banyak," ucap Raihan.

"Iya sama-sama," Ucap pedagang tadi tersenyum. "Itu lukanya diobatin dulu, didepan ada toko obat, kamu anter temanmu kesana gih!" Suruh pedagang itu kepada Misel.

"Ohh iya pak, sekali lagi terimakasih," Jawab misel.

"Iya sip, bapak lanjut dagang ya!"

***
"Nih!" Ucap Misel sambil memberikan obat merah dan teman-temannya.

"Makasih!" Ucap Raihan mengambil obat yang diberi Misel.

Raihan membersihkan sendiri lukanya. Sedangakan Misel duduk manis disebelah Raihan. Ingin rasanya Misel pulang sekarang juga, namun hati nurani berkata untuk tetap duduk di kursi yang tersedia di toko obat tersebut.

"Itu tuh masih ada darahnya!" Ucap Misel yang sedang melihat Raihan sedang membersihkan lukanya.

"Dimana?" Tanya Raihan.

"Itu di sudut bibir sebelah kiri!"

"Oh disini?"

"Ihh bukan bawahan lagi!"

"Gini?"

"Ck sini gue aja deh yang bersihin!" Ucap Misel menyerah.

"Oh yaudah," Ucap Raihan sambil memberikan kasa kepada Misel.

Akhirnya Misel pun turun tangan untuk membersihkan sekaligus mengobati luka di wajah Raihan.

"Makasih ya Misel!" Ucap Raihan setelah lukanya diobati.

"Kok lo tau nama gue?" Tanya Misel.

"Ya taulah lo kan anak kesayangannya semua guru di permata jingga," Ucap Raihan. "Oh iya kenalin gue Rai..."

"Raihan?" Ucap Misel memotong pembicaraan Raihan.

"Lah lo juga tau nama gue?" Tanya Raihan.

"Siapa sih yang gak kenal sama murid yang rajin banget ke BK?" Tanya Misel sambil menahan tawa.

"Wah ini pasti Bu Ida nih yang suka ngejulid-in gue di kelas-kelas sampe anak kek lo aja tau! Emang tuh guru haters banget sama gue," Ucap Raihan sambil membawa-bawa nama Bu Ida, guru bk di Permata Jingga.

kereta kedewasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang