Part 5

492 48 7
                                    

"RADIT?" Panggil Burhan, ayah Radit cukup keras, membuat Radit sedikit tersentak.
Radit yang sedang berada dipanggilan masuk pun segera memutuskan panggilannya secara sepihak.

"Kamu ngapain jam segini masih di balkon?" Tanya Burhan, mendekat ke arah Radit. "Kamu lupa kalau ini waktunya belajar?" Ucapnya.

"Inget!" Jawab Radit malas.

"Terus kenapa kamu masih di sini? Cepat masuk dan belajar!" Ucap Burhan cukup keras.

Tanpa menjawab dan berpamitan, Radit pun segera pergi menuju meja belajarnya. Sedangkan Burhan memilih untuk keluar dari kamar Radit agar anak semata wayangnya tersebut dapat fokus belajar.

Tes. Cairan berwarna merah tiba-tiba saja mendarat tepat di buku Radit.
"Eh kok ada darah?"
Radit pun segera mendekat kearah cermin.
"Hah? Gue mimisan?"
Dengan cepat Radit mengambil tisu yang berada di nakas.
"Kok bisa tiba² gini ya?" Tanya Radit pada dirinya sambil membersihkan darah yang mengalir di hidungnya.

Sinar Mentari pagi mulai memasuki celah jendela kamar yang terlihat cukup luas, diikuti dengan harumnya udara pagi membuat si pemilik kamar bersemangat memulai harinya.

"Radit, bangun nak" Ucap Lisa, bunda Radit sambil membuka knop pintu kamar anaknya. "Ehh udah bangun ternyata" Ucap Lisa yang melihat anaknya tengah bersiap-siap untuk menuntut ilmu.

"Udah dong Bun!" Ucap Radit yang sedang memakai dasi sekolahnya.

"Yaudah kalo udah rapih semua langsung kebawah, kita sarapan" Ucap Lisa.

"Siap Bunda!"

***
Radit baru saja sampai di tempat dimana ia mendapatkan ilmu. Radit berjalan menuju kelasnya dengan melewati kolidor-kolidor kelas.

"Radit!" Panggil seorang perempuan dari dalam kelas, lalu berjalan mendekat ke arahnya. Radit hanya tersenyum sebagai balasan dari sapaan perempuan tersebut.

"Semalem kenapa lo matiin telponnya sih padahal kemaren gue lagi seru-serunya cerita" Ucap perempuan itu yang tidak lain adalah Misel.

"Sorry, semalem tiba-tiba hp gue mati" Bohong Radit.

Di sisi lain terlihat sekumpulan siswa laki-laki yang sedang duduk di kolidor kelas entah sedang apa namun mereka nampak terliat sangat asik.

"Ehh itu Raihan kan?" Ucap salah satu siswa laki-laki yang sedang berkumpul tersebut.

"Lah iya njir masih kuat sekolah dia, kalo gue jadi dia auto meliburkan diri"

"Anjay yang abis fighting, gak ngajak-ngakak" Ucap salah satu dari mereka kepada Raihan yang sekarang sudah berada ditengah-tengah mereka.

"Mereka bilangnya satu lawan satu makanya gue gak ngajak lo pada," Jawab Raihan. "Btw pada tau dari mana sih gue ribut sama anak sekolah sebelah? Pantesan gue belum cerita sama lo pada" Tanya Raihan.

"Dari siapa lagi kalo bukan dari Neng Cantik Fiola" Jawab salah satu dari mereka.

"Dasar tuh anak mulutnya ember bener" Ucap Raihan.

"Yaudahlah Yoks kita ke kelas aja!" Ajak murid itu sambil merangkul ala laki-laki.

"Lah kita beda kelas bego". Ucap Raihan.

"Oh iya gue lupa" Ucap murid itu.

Merekapun tertawa bersama dengan cukup keras membuat mereka kini menjadi pusat perhatian orang-orang disekitarnya.

"Itu Raihan yang lo ceritain semalemkan?" Tanya Radit kepada Misel.

"Iya, kok dia sekolah sih padahal lukanya lumayan banyak loh, mukanya juga memar gitu, harusnya gausah sekolah tuh." Ucap Misel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

kereta kedewasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang