(Alvino Resaya Atmojo)
Sama seperti yang Nadin Azmiah bilang dalam sepenggal lirik lagunya; 'Bund, hidup berjalan seperti bajingan.' Dan, ya gue diam-diam juga mengamini hal tersebut.
Bukan, gue ngata-ngatain hidup dan gak bersyukur. Bukan juga gue pesimis memandang hidup ini. Tapi, relita tunjukan sisi lain dari kehidupan. Di hidup ini, semua pasti di hadapkan pada pilihan, dan gue nggak bisa memungkiri pasti ada dua hal berbeda yang di hadapkan kepada kita. Dan tiap-tiap dari kita punya hak masing-masing untuk memilih. Di kehidupan ini juga gak muluk-muluk soal senangnya aja, ada waktu-waktu dimana loe dihadapkan pada sisi lain dari hidup, sisi lain yang menentukan loe jadi juara atas diri loe sendiri atau justru kalah atas diri loe sendiri.Selama 20 tahun hidup gue. Maka selama itu pula gue memutuskan untuk jadi bajingan di hidup gue yang bajingan. Alvin yang kerjaannya waktu SMA cuma keluar masuk BK, Alvin yang gak pernah dapet ranking waktu sekolah, Alvin yang jadi beban orang disekitarnya, Alvin yang berandalan dan Alvin yang kabur dari rumah karena berselisih pendapat dengan Ayah. Itu gue. Si bajingan.
Gue lahir di surabaya sebagai anak kedua dari Bapak Surya Atmojo dan Ibu sulastri Wihdiana. Gue punya satu kakak laki-laki, Mas gian. Gue juga punya satu adik perempuan, Sarah namanya.
Gian Ravinda Atmojo, gue biasa panggil dia dengan sebuatan 'mas'. Kita punya selisih umur yang cukup jauh. Selisih usia kita 5 tahun. Mas Gian kini bekerja di perusahaan keluarga menggantikan posisi ayah sebagai seorang CEO. Mas Gian itu anak nya pintar, berkali-kali menang olimpiade. Dia juga tipikal anak pendiam dan cenderung penurut. Gak kayak gue yang berontak, amburadul dan bodoh. Maka dari itu Mas Gian jadi role-mode dikeluarga kami. 'Kamu harusnya bisa kayak mas-mu!'
'Lihat itu mas-mu! Seharusnya begitu!'
'Mas aja bisa masa kamu enggak!'
'Mas Gian begitu'
'Mas Gian begini'
'Kamu harus bisa jadi kaya Gian!'Gian,Gian dan Gian!
Terkadang gue muak! Terus-terusan dibandingin sama Mas Gian. Mas Gian gak salah. Dia gak salah apa-apa. Yang salah itu Ayah sama Mama yang beranggapan anaknya harus bagus nilai akademiknya. Gue cape! Jujur aja. Yang selalu gue lakuin gak pernah diapresiasi, selayaknya Mas Gian. Gue cemburu! Dan karena itu juga, gue menghindari bicara dengan Mas Gian. Bukan gue benci sama dia karena selalu saja jadi bahan perbandingan.Bukan!
Gue gak se kanak-kanakan itu buat benci Mas Gian, akan sesuatu yang gak pernah benar-benar dia perbuat. Gue cuma mengurangi indikasi rasa sakit, kalau-kalau gue bicara banyak kepadanya. Gue cuma mau menjaga luka gue yang belum sembuh, agar lekas pulih.
Gue yang selalu disetir Ayah untuk jadi duplikatnya Gian. Padahal gue Alvin. Bukan Giandra. Kita dua orang yang lahir dari rahim yang sama, ayah yang sama, tapi kita dua orang yang punya kepribadian dan pola pikir yang berbeda. Mau seberapa keras pun, pada akhirnya tetep sia-sia.
Gue selalu berontak tiap kali ayah berusaha menyetir hidup gue seenaknya. Gue jadi berandal waktu SMA semata-mata hanya demi dapat atensi keluarga. Menyedihkan, karena alih-alih mendapat atensi, gue justru di cap bajingan. Dan label itu terus melekat di diri gue sampe sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Talk
FanfictionKepala di bantal. Hati membual. Pikiran di awang-awang. Mata menatap nyalang. Ketika tengah malam Di temani lampu temaram Dengan gelora hati tak kunjung padam Ingin rasanya segera terpejam Tapi, aku masih terjaga. Kepadanya ku baca. Sajak singkat te...