Hawa dingin menusuk tulang dari salju membuatku terbangun...
Kedua tanganku terikat...
Sejauh ini yang kulihat hanyalah 3 orang lainnya yang juga terikat tangannya.Kedua kuda didepan dengan anggunnya menggerakkan kereta yang membawa kami, aku hendak bertanya kemana kami akan dibawa, tetapi ternyata aku tak dapat mengeluarkan sepatah katapun.
Mulutku ditutup dengan rapat.
Aku tak dapat mengingat apapun kenapa aku berakhir digotong oleh para badut berzirah merah ini, bahkan, siapakah aku sebenarnya?
Berulang kali aku berusaha mengingat namaku, tak ada satupun petunjuk. Sakit rasanya kepalaku ini, nampaknya inilah penyebab dari hilangnya ingatanku.
Tak lama kemudian...
Kami terhenti di depan sebuah gerbang yang menjulang tinggi dan berkilau dengan cahaya keemasan karena terpaan sinar matahari, bangunan putih dan emas yang terlihat sangat kokoh ada dihadapanku.
Pintu gerbang terbuka perlahan dan kereta kami bergerak kembali untuk masuk kedalamnya.
Didalam sana aku mendapati sebuah lapangan dengan kerumunan orang yang sepertinya sama denganku.
Tak jauh dari lapangan itu, aku melihat para badut berpakaian sama dengan yang ada di kereta dan berdiri gagah di hadapan para tahanan serta disebelah kiri mereka terdapat seorang bertampang menyeramkan dan kekar tengah mengayunkan kapak ke sebuah kotak, kemudian sebuah kepala menggelinding bersimbah darah dari kotak tersebut. Aku sangat terkejut mengetahui dibalik kotak tersebut ternyata adalah orang yang sedang sujud menunggu nyawanya dicabut.
"KEPALA ORANG ITU DIPENGGAL!?" Teriakku didalam hati.
Aku bahkan tidak mengingat siapa diriku dan apa yang telah kulakukan, atas dasar apa aku akan dipenggal.
Dengan putus asa aku berusaha memberontak sambil berusaha melepaskan ikatan tanganku, tetapi keretaku terhenti duluan. Hilang sudah kesempatan berhargaku, dan kami pun dipaksa turun lalu ikut berbaris, ikatan mulut kami dibuka.
Melihat mereka yang dipenggal seketika membuatku mual, apa salahku hingga aku harus ikut-ikutan mengantri untuk dipenggal.
"Kau yang disana, kemarilah!" Teriak dari salah satu badut, kali ini badutnya tampak sedikit berbeda, sepertinya dia adalah komandan dari para pasukan yang lainnya.
Aku tanpa sadar maju kedepan dengan sendirinya karena ditendang oleh badut lain dari belakang, ternyata yang dimaksud oleh badut tadi adalah aku. Sepertinya inilah saatnya....
Hidupku rupanya akan berakhir dengan sangat singkat, terbangun dalam keadaan terikat tanpa mengingat apapun dan kemudian dipenggal.
Aku maju kedepan kotak dan dengan perlahan meletakkan kepalaku disitu.
"Menjijikkan!"
Merah pekat yang dihasilkan oleh darah membuat kotak itu sangat menjijikkan, disertai aroma yang kuat.
Aku melihat keatas sambil merenung menunggu kapak tersebut menyayat leherku dengan lembut dan spontan.
Mataku terpercik darah, aku spontan memejamkan mataku sebentar, mengira hidupku sudahlah berakhir.
Aku tidak merasakan apapun, apakah dipenggal itu tidak berasa ya? dengan herannya kubuka kembali kedua mataku, terkejutnya aku mendapati kepalaku masih menempel seperti sediakala, dan yang lebih mencengangkan lagi, para badut semuanya sudah tergeletak di tanah dengan nyawa yang tak melekat lagi di tubuhnya.
"Kok aneh si, kan yang dipenggal kita, yang mati kok mereka?" Aku mengoceh dalam hati, seharusnya aku senang tapi masih penasaran dengan apa yang terjadi barusan.
Ku mencoba memandang sekelilingku, ternyata para tahanan masih hidup, tapi seluruh tahanan tidak terlihat senang, kenapa? kan sudah bebas?. Mereka sepertinya ketakutan dengan hal yang lain dan segera berlari ketakutan kesana kemari. Dengan penasaran kudongakkan kepalaku, langit mulai bergemuruh disertai kegelapan yang menyelimuti, lalu aku merasakan kehadiran penampakan hitam dengan mata semerah darah yang menyala-nyala, sepertinya dia jauh lebih berbahaya dari para badut.
Sekelilingku seketika membentuk sebuah portal, sepertinya aku akan dibawa ke tempat lain oleh penampakan hitam tadi.
Portal yang menyelimutiku menghilang, aku mendapati diriku berada ditempat yang jauh berbeda, suasananya terasa sangat aman bagiku. Tapi penampakan hitam tadi hilang begitu saja setelah membawaku kesini, cukup aneh tetapi aku bersyukur karenanya kepalaku masih utuh untuk saat ini.
Penasaran dengan masa laluku, aku mulai menelusuri tempat ku sekarang dan menemukan sebuah permukiman.
Didekat pintu masuk desa terdapat sebuah bangunan tua bertuliskan "BUKA" diatasnya, sudah pasti itu sebuah toko, aku langsung memasukinya dengan harapan bahwa pemilik toko tersebut akan sangat membantu.
"Paman, tahun berapakah sekarang ini?" Tanyaku sesaat setelah membuka pintu.
Pria tua tersebut memandangiku dengan tatapan yang aneh.
"Apa saja yang kau lakukan selama hidupmu nak? hingga kau tak tau tahun berapakah sekarang ini!?" Sang pemilik toko membalas. "Ini tahun E3 2567 nak"
"Aku kehilangan ingatan ku paman, bisakah kau memberitahuku dimana aku harus mencari informasi tentang asal-usul ku?" Aku bertanya kembali. "Atau setidaknya beritahukanlah seseorang yang sekiranya dapat membantuku paman"
Paman tua tersebut menatapiku dengan menurunkan kacamatanya yang retak sebelah.
"Sepertinya Septim dapat membantumu, kau cukup menyusuri jalan setapak ini sampai menemukan peternakan dari situ kau akan mengetahui dimana tempatnya anak muda, mereka adalah para Imperial." balasnya dengan nada sedikit jengkel "sebaiknya kau segera pergi, aku tidak suka melayani orang yang tidak membeli barangku"
"Baiklah paman, terima kasih" jawabku sambil berbalik meninggalkan paman tua itu sendiri.
Aku bergegas dan mengikuti jalan setapak yang dimaksud paman tua itu dengan penuh harapan akan mengetahui masa laluku disana.
Bersambung...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Maaf ya kalo awalannya sedikit, masih bingung mau bikin opening kayak gimana. Kedepannya akan ku perbanyak lagi sebisa mungkin
Jangan lupa vote dan comment untuk masukannya ya
Love u guys :)-Kaze
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Windwalker
FantasyKira yang tidak ingat siapa dirinya sebenarnya baru menyadari jati dirinya seperti apa dan dengan itu, dunianya terasa sangat berbeda dari sebelumnya, akankah dia bisa menjalani tanggung jawab besar yang menantinya. [Upload sesuai kapan ada waktu]