SENIOR | 01

230 15 0
                                    


NOTE : CECIL = SESIL

CARA BIAR SUPAYA AUTHOR UP = ⭐
CARA BIAR SUPAYA PART NYA PANJANG = 💬

><><

"Kenapa?" tanya gadis ini dengan congkak. dengan pede nya ia menyamaratakan tinggi nya dengan seseorang yang kini tengah menatap nya tajam.

"Cil, udah," pinta salah seorang sahabat nya.

"Orang kaya dia ini harus dimusnahin dari sekolah, Ra! kalau dia yang ngelanggar ngga pernah masuk BK, tapi kenapa kalau gue yang ngelanggar surat sekolah langsung sampai di depan mata orang tua gue!"

"LO! -"

"APA?!"

"Cecilia Ayra, gue udah ngingetin lo lebih dari sepuluh kali tentang peraturan disekolah ini dan lo masih aja keras kepala dan terus ngelanggar peraturan disini!" tegas laki-laki yang sedari tadi sibuk mengepalkan tangan nya penuh amarah

"COBA JELASIN, KENAPA PERATURAN BUAT MURID BIASA KAYA GUE BEDA JAUH SAMA PERATURAN KETUA OSIS YANG NGGA TAHU DIRI KAYA LO!" sentak gadis itu balik.

Sudah menjadi hal biasa jika setiap hari nya siswa juga siswi SMA BASKARA ini menjadi heboh karna adu argumen yang dilakukan oleh Cecil juga Arga.

Cecil yang sebagai adik kelas, sedangkan Arga yang menjabat sebagai ketua osis disini.

"Karna lo senior disini, hah?" tanya Cecil lagi.

Arga tetap tak menjawab, meladeni Cecil adalah suatu hal yang berat bagi nya yang hanya bisa mengeluarkan sepatah dua kata saja tiap hari.

Pertengkaran ini tidak hanya terjadi saat Arga menjabat sebagai Ketua Osis saja, namun jauh sebelum Arga menjabat, juga sebelum Arga memasuki bangku SMA ini.

Karna pada dasar nya, Arga dan Cecil adalah pemeran Tom & Jerry yang bisa berdebat dimana saja dan kapan saja.

Jika disekolah mereka akan memperdebatkan tentang peraturan yang dianggap tidak adil oleh Cecil, maka diluaran sekolah mereka akan beradu argumen tentang tata krama yang dianggap aneh oleh Arga.

"Gue ngga peduli sama senioritas ataupun junioritas di sekolah ini, Cil. yang gue peduliin itu peraturan sekolah yang hampir punah karna lo yang terus ngelanggar!"

"Bodo!"

"CECIL!"

Gadis berambut pirang sepundak itu mengarahkan jari telunjuk nya pada Arga, "Sama kaya lo, gue juga ngga peduli sama mayoritas juga minoritas dilingkungan. Yang nama nya tata krama juga tetap harus di laksanain!"

lagi, Cecil gadis yang suka mengungkit ungkit kejadian diluar sekolah ketika berdebat dengan nya, menyebalkan menurut Arga.

"Lo ngga profesional, masalah luar jangan di bawa-bawa kesekolah."

Arga menurunkan jari telunjuk Cecil yang masih mengarah pada nya. "Sekali lagi gue ingetin ke lo, jangan pernah ngelanggar peraturan sekolah lagi. jangan bawa pengaruh buruk, atau lo, -"

"Atau gue apa?"

"Bakanlan di DO dari sekolah,"

Cecil berdecih pelan.

Terlihat saling melengkapi, dalam mencari masalah untuk berdebat misalnya.

Arga menghela nafas berat nya, "Satu lagi, lo ngga boleh bawa ataupun make make-up ke sekolah, karna itu ngga pantes!"

"oh ya? make make-up ngga pantes ya? terus gimana sama bu guru disini?"

"Mereka guru!"

"Gue pemilik sekolah! mau apa lo?"

Skakmat!

Kedua sahabat Cecil melebarkan mata nya.

teman-teman seangkatan bahkan kakak kelas nya yang menganga tidak percaya.

Hingga sahabat Arga yang menatap horor ke arah Arga. Bahkan Arga sendiri pun dibuat diam tak berkutip karna nya.

suka juga gue ngeliat ekspresi nih orang. kikik nya dalam hati

"Bohong lo hebat!" ucap Arga.

Sedangkan Cecil memutar bola mata nya malas, "Bodoamat kalau lo ngga percaya."

Arga melangkahkan kaki nya mendekati Cecil, hingga gadis itu tepat berjarak satu senti saja didepan nya. Ia menatap dalam mata penuh kebencian milik Cecil, begitu juga dengan gadis itu yang menatap mata penuh amarah milik Arga.

"Gue tunggu bukti dari lo, bikin gue percaya seratus persen, kalau udah ada bukti nya, lo tinggal beberin tepat disini, tepat di tempat kita berdiri sekarang," rangkaian kalimat biasa namun penuh penekanan milik Arga.

Cecil mengangkat sebelah alis nya sombong, ia memainkan kuku-kuku jari nya dengan santai, seakan tak peduli dengan tatapan tajam Arga.

"huh, gitu doang? dapet apa gue kalau bisa ngebuktiin ini semua ke, lo?"

Arga berdecih, "Apapun yang lo mau,"

"Sekalipun guee minta lo mengundurkan diri dari jabatan muna lo?"

"Ya."

"Sekalipun gue minta lo buat ngehapus semua peraturan iblis ini?"

"Hm"

"Sekalipun gue minta lo buat bunuh diri?"

Arga berdecih kesal "Gila lo!"

"Oke, Deal!"

"Ga, udah, jangan diladenin lagi. kalau emang dia anak nya pemilik sekolah gimana?" seru Dimas - sahabat Arga, dari arah belakang.

"Bacot!" jawab Arga. "KALIAN SEMUA YANG ADA DI LAPANGAN INI BAKALAN JADI SAKSI ATAS PERJANJIAN GUE - ARGA MARCELIOS JUGA CECILIA AYRA HARI INI."

Arga menatap Cecil sekilas. Ia mensejajarkan baris nya dengan Cecil, meraih tangan gadis itu lalu mengangkatnya keatas, sebagai pengikat perjanjian mereka.

"GUE BAKALAN NGIKUTIN SEMUA PERMINTAAN CECIL KALAU DIA BISA NGASIH BUKTI TENTANG KEPEMILIKAN SEKOLAH INI, SEDANGKAN CECIL -?"

Cecil menoleh pada Arga, "Gu-gue? ngapain tanya gue?"

"Kalau lo ngga bisa ngebuktiin? gue dapet apa, hm?"

Gadis itu menganggukan kepala nya, "SEBALIK NYA, GUE BAKALAN NGELAKUIN APAPUN YANG ARGA MAU!"

"Termasuk jadi istri gue?" tanya Arga sedikit berbisik di telinga Cecil.

"Gila lo!"

"Cih, Katanya 'apapun',"

"Kecuali nikah sama manusia ga ada adab kaya lo!" jawab Cecil.

Arga menyeringai, ia mendekatkan bibir nya pada daun telinga Cecil, membisikam sesuatu pada gadis itu, "Pemilik sekolah ga bakal takut kalau gue ancem segimana pun,"

Cecil merinding mendengar nya.

Arga tersenyum sinis, ia melepaskan genggaman tangan nya pada tangan Cecil. Dalam hati sebenarnya ia cemas jika Cecil benar-benar pemilik sekolah ini. Tapi disisi lain ia yakin bahwa apa yang diucapkan oleh adik kelas nya ini - Cecilia Ayra, hanyalah sebuah fatamorgana biasa.

kita liat aja. gue, atau lo yang bakalan menang, bocil!

SENIORITASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang