__________
I still remember the third of December, me in your sweater
You said it looked better on me
than it did you
Only if you knew
how much I liked you
__________Nanon berjalan menyusuri malam sendirian, membawa serta beban berat yang berasal dari tas ransel miliknya. Tujuannya hanya satu, sesegera mungkin menuju halte di depan kampus menunggu sang abang yang berjanji akan menjemputnya pagi tadi. Ia mengeratkan sweater hitam yang membalut erat tubuhnya, seakan berusaha menghalau udara dingin yang terasa menusuk sampai ke tulang.
Malam ini dipertengahan bulan Desember, di tempat yang sama, suasana yang sama tapi tanpa kehadiran orang yang sama. Ohm Pawat, putra tunggal keluarga Jongcheveevat, sahabat sekaligus tetangga yang sudah dikenalnya sejak balita.
.
.Saat itu minggu pertama bulan Desember tepatnya saat kalender miliknya menunjukkan angka tiga, ia dan Ohm tengah terjebak di derasnya hujan. Fakta bahwa Ohm meninggalkan jas hujan miliknya di rumah membuat mereka mau tak mau harus menunggu hujan reda di halte depan kampus padahal hari sudah mulai malam. Motornya ia parkirkan sembarangan di depan halte membiarkan kesayangannya itu terguyur oleh derasnya air hujan.
"Dingin ya mbul?" tanya Ohm pada lelaki yang tengah mendekap erat ransel di depan tubuhnya itu.
"Engga gerah banget ini, sampe rasanya pengen lari-lari di tengah hujan gledek kayak sekarang," ujarnya ketus.
Nanon tak habis pikir, sudah jelas ia tengah menahan rasa dingin. Pakaiannya tipis ditambah dengan noda basah di beberapa titik kemeja dan celana bahan miliknya membuatnya semakin menggigil.
Dasar bodoh tapi gue suka gimana dong, batinnya dalam hati.
Ohm yang melihat raut kesal Nanon seketika menyemburkan tawanya. Memang tak cukup keras tapi sanggup menambah kekesalan Nanon kepada lelaki yang sedang duduk di sampingnya itu.
"Ga lucu, jayus banget sih lo," sungut Nanon masih dengan wajah kesalnya.
Ohm perlahan meredakan tawanya kemudian mengambil sebuah sweater rajut berwarna hitam dari dalam tas miliknya, "Ya udah ga lagi deh. Nih pake aja kalo lu sakit abis gue diceramahin ayah Tay, belum lagi kalo ketambah omelan bang Purim sama kak Frank, balik nganterin elu jadi perkedel deh gue kayaknya."
"Ga usah sok perhatian deh, ga mempan."
"Halah bacot." Ohm memakaikan sweater miliknya secara paksa ke tubuh berisi Nanon. Sang objek hanya terdiam berusaha mencerna gerakan tiba-tiba Ohm yang ditujukan padanya.
Nanon mati-matian menahan degupan jantungnya yang semakin menggila. Ohm benar-benar tak terduga, perilaku impulsifnya sangat tidak sehat untuk kesehatan jantung Nanon.
Sedikit memundurkan tubuhnya, Ohm mencoba mengamati penampilan lelaki di sampingya yang kini sudah terbalut sweater hangat miliknya. "Kok bagusan kalo lu yang make sih daripada gue. Jadi keliatan lebih imut loh mbul."
"Ngaco"
"Lah beneran ga boong gue," bela Ohm. "Dingin banget ya? Muka lu sampe merah gitu, duh maafin gue coba aja kalo tadi kaga buru-buru berangkat tuh jas ujan pasti uda gue bawa."
Nanon goblok ngapain blushing segala sih kan maluu, keluhnya dalam hati.
__________
KAMU SEDANG MEMBACA
HEATHER || Ohmnon ✓
Short StoryYou gave her your sweater, it's just polyester But you like her better Wish I were • an alternating current between two persons, different story but also meeting on the same time. • written in bahasa, also contain some slang on it.