• As expected
Seperti yang sudah Ohm bayangkan saat mengantar si bungsu Vihokratana pulang setelah terjebak hujan di halte depan kampus, ia akan menemui ajalnya dengan segera. Bagaimana tidak? Tepat di teras rumah sudah berdiri keempat anggota keluarga Nanon, mereka seakan-akan tengah berencana untuk mencincang Ohm hidup-hidup.
Sebenarnya tidak semua terlihat demikian, papa New bahkan memberikan senyum maklum sementara kak Frank tak acuh dengan kedatangan sepasang sahabat itu. Matanya fokus pada ponsel di gengamannya sambil cengar-cengir tidak jelas, persis ODGJ.
Sedikit informasi masih tersisa dua orang lagi yang menatap Ohm dengan tatapan setajam silet. Bang Pluem menyilangkan tangan dengan punggung menyandar pilar, pemuda kalem nan sabar itu sepertinya benar-benar kesal. Yang terakhir dan yang paling menyeramkan, berdiri gagah tak tersentuh sambil bertolak pinggang, Tay Tawan, sang kepala keluarga.
"Kenapa baru pulang Ohm?"
Siapapun bantu si malang Ohm Pawat, yang benar saja, dia bahkan belum turun dari motornya.
Berjalan mendekati ayah Tay diikuti Nanon di belakangnya Ohm mencoba menebalkan dinding nyali yang ia punya. "Tadi hujan, Yah. Jadi kita nunggu reda dulu di halte depan kampus, ayah tenang aja Nanon masih utuh kok. Hehehe"
"Ya sudah masuk dulu gih. Ngobrol di dalem aja ya, dingin kasian Nanon." New kemudian menyeret suaminya untuk masuk ke dalam rumah.
"Tapi hinn..."
"Teee... Kubilang masuk."
"Nah gitu dong dari tadi. Kakak juga pengen rebahan tau." Frank bersorak kegirangan dengan cepat ia melesat masuk tidak peduli dengan drama yang tengah dilakoni keluarganya.
Saat Ohm melewati Pluem langkahnya dihentikan dengan sebuah tepukan di bahu.
"Jangan diulang Ohm," ujarnya sambil tersenyum(?).
Huft selamat thx to papa New, batin Ohm senang.
• Our daily job is bickering?
"Non.."
"Kenapa pa?" jawabnya.
New yang sedang duduk di sofa ruang tengah beranjak mendekati putra bungsunya. "Mau ke kampus diantar papa tidak?"
"Engga usah pa, kan biasanya adek juga berangkat sendiri. Makasih tawarannya."
"Ya sudah hati-hati."
Ketika Nanon meninggalkan ruang tengah, Tay menuruni tangga sambil memasang jam kecil di pergelangan tangan kanannya. "Sepinya rumah ini, seperti tak berpenghuni."
"Maksutmu aku makhluk astral begitu? Enak saja, sudah bangun siang bisanya mengeluh terus."
"Hinn bukan begitu, ayolah jangan mulai ini masih pagi," bujuk Tay pada pasangan hidupnya itu.
"Terserah"
Tay kemudian duduk di sebelah New yang tengah sibuk membolak-balik katalog cake dan dessert, mencari inspirasi untuk menu baru kafe miliknya.
"Abang mana? Kakak? Adek? Kau tak ke kafe? Tumben, biasanya pagi-pagi begini sudah berangkat. Hari ini tidak?"
"Teee bicaramu seperti tengah dikejar anjing. Atau kau ingin berhenti menjadi ketua yayasan sekolahmu itu dan menjadi penyanyi rap?"
Mendelik kesal New menatap Tay yang terlihat kebingungan lalu menghela napas dan mulai membuka mulutnya kembali. "Abang tidur semalam begadang shift jaga UGD, anakmu itu baru pulang satu jam yang lalu lo. Kakak lari pagi di station sama Drake tapi ga balik-balik lanjut jalan kali mereka naik mobil soalnya. Adek baru aja berangkat, aku males ke kafe jadi di rumah. Sudah ya jangan tanya lagi aku lelah menjawab."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEATHER || Ohmnon ✓
NouvellesYou gave her your sweater, it's just polyester But you like her better Wish I were • an alternating current between two persons, different story but also meeting on the same time. • written in bahasa, also contain some slang on it.