No baby not.....

861 107 6
                                    

__________

Do you still remember
Third of December
You in my sweater
I said it looked better
On you, than it did me
Only if I knew that you liked me too
__________

Silau adalah satu kata yang menggambarkan apa yang tertangkap dalam kedua mata miliknya saat ini. Padahal seingatnya kemarin malam sebelum tidur tirai jendela itu sudah ia tutup, berharap sinar mentari tidak menusuk inderanya di pagi hari.

Oh mungkin papa yang buka tirainya, gumamnya.

Tak ingin berlama-lama di atas kasur Ohm segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Tentunya bukan untuk mandi hanya sikat gigi dan mencuci muka. Mungkin satu-satunya putra Jongcheevevat itu akan melewatkan kelasnya lagi setelah ia melakukan hal yang sama di dua hari sebelumnya.

Membuka ponsel hanya untuk melihat puluhan pesan dan panggilan yang memenuhi notifikasinya Ohm sama sekali tidak berminat untuk membalas, membuka lebih lanjut pun enggan ia lakukan. Pemuda itu kemudian melemparkan tubuhnya ke atas kasur dengan lengan kanan yang menutupi kedua matanya, hembusan napas kasar dan erangan terdengar di detik berikutnya. Satu hal yang pasti Ohm tengah memikirkan sesuatu bisa jadi pikirannya saat ini sedang berkelana di balutan ingatan yang telah lalu.

.
.

Sore menjelang malam di awal Desember serta terjebak di tengah hujan lebat bersama Nanon, begitulah keadaan Ohm saat ini. Bukannya segera pulang saat langit terlihat mendung ia dan Nanon malah berlama-lama duduk di kantin fakultas alhasil belum juga keluar area kampus hujan lebih dahulu turun. Parahnya lagi si tampan Ohm meninggalkan jas hujan miliknya di rumah. Double sial.

Ohm melirik lelaki di sampingnya yang tengah mendekap erat ransel di depan tubuh tak lupa dengan hidungnya yang sedikit memerah.

"Dingin ya mbul?"

"Engga gerah banget ini, sampe rasanya pengen lari-lari di tengah hujan gledek kayak sekarang."

Eyy ganas sekali mirip kucing bunting, padahal niatnya hanya untuk menggoda bestienya itu. Gumaman dan mungkin juga umpatan sedang memenuhi otak Nanon saat ini terlihat dari alisnya yang menukik serta bibirnya yang maju sesenti disertai gerakan kecil bibir atas dan bawahnya. Aduhh gemes bangett ga kuat mo melebur aja, gumam Ohm.

Tak ingin menunjukkan raut terpesona miliknya Ohm memilih untuk menyemburkan tawanya. Heyy dia tak ingin perasaan yang dengan lihai ia sembunyikan sejak lama itu muncul dipermukaan dengan mudahnya. Belum saatnya tahan dulu, mungkin begitu pikirnya.

"Ga lucu, jayus banget sih lo," sungut Nanon masih dengan wajah kesalnya.

Ohm perlahan meredakan tawanya kemudian mengambil sebuah sweater rajut berwarna hitam dari dalam tas miliknya, "Ya udah ga lagi deh. Nih pake aja kalo lu sakit abis gue diceramahin ayah Tay, belum lagi kalo ketambah omelan bang Purim sama kak Frank, balik nganterin elu jadi perkedel deh gue kayaknya."

"Ga usah sok perhatian deh, ga mempan."

"Halah bacot." Ohm memakaikan sweater miliknya secara paksa ke tubuh berisi Nanon, sudah sejak lama ia ingin melihat sweater itu dikenakan Nanon. Sedikit memundurkan tubuhnya, Ohm mencoba mengamati penampilan lelaki di sampingya yang kini sudah terbalut sweater hangat miliknya.

HEATHER || Ohmnon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang