16, juli, 2021.
Suara jangkrik terdengar sangat jelas siang itu, dua orang di sana tengah khusuk berdoa untuk mendiang seseorang yang mereka sayangi.
Nisan yang bernamakan Lalisa Manoban itu tampak silau akibat cahaya matahari yang cukup terik siang itu. Doyoung menutup matanya cepat kala pancaran sinar dari batu nisan itu mengenai wajahnya.
"Bunda. Hari ini hari dimana aku lahir kedunia dan hari ini juga hari dimana bunda ninggalin aku dan ayah." Ucapnya kemudian mengusap batu nisan bernamakan Lalisa Manoban itu.
"Udah 18 tahun Bun. Itu beneran waktu yang cukup lama.."
Donghyuk tak ingin menyela ucapan sang anak, kadang kala ada saatnya dimana doyoung ingin berkeluh kesah pada bundanya, walau hanya melalui batu nisan yang bernama Lalisa manoban tersebut.
Dirinya sekarang tengah fokus menyiram makam sang istri. Setelah selesai ia melanjutkan memebersihkan rerumputan yang sedikit memanjang di sekitaran makam.
"Bun, maafin doyoung."
Aktivitas Donghyuk langsung terhenti mendengar tuturan dari anaknya barusan.
"Doy.."
"Ya!" Ucap doyoung menatap sang ayah.
"Ini bukan salah kamu, ga perlu minta maaf." Ujar donghyuk sembari menggeleng.
"Ya." balas doyoung dengan senyum di wajahnya.
Namun hatinya berkata lain, Doyoung tau penyebab kematian bundanya adalah karna dirinya. Jika dirinya tidak ada mungkin sang bunda masih hidup hingga sekarang.
Sudah hampir sejam lamanya Donghyuk dan Doyoung berada di pemakaman, jangkrik yang sempat ribut beberapa menit lalu telah menghilang begitu juga dengan Donghyuk dan anaknya, mereka beranjak dari tempat menuju mobil yang terparkir di luar makam.
"Doy. Mau makan di luar buat rayain ulang tahun kamu?" Tanya Donghyuk sembari mengencangkan sabuk pengaman nya.
Doyoung menggeleng "ayah kan tau, aku ga suka-"
"Iya tau." Potong Donghyuk cepat sembari menyalakan mobil dan mulai melaju dengan pelan.
"Sup rumput laut mau?"
Doyoung menatap ayahnya yang tengah fokus berkemudi tersebut, kemudian mengangguk pelan
"Iya deh. Ajak Yuna boleh?"
"Boleh, ajak temen satu kelas kamu aja boleh!"
Donghyuk hanya tersenyum hambar kala di tatap tajam oleh sang anak.
***
15, Juli, 2003
15 September 2003 dimana semua orang tengah sibuk merayakan kemenangan yang telah di raih oleh tim angkat besi negara mereka.
Suara sorakan serempak bergemuruh kala atlet angkat besi itu berhasil mengangkat sampai batas waktu yang di tentukan, seluruh orang yang berada di dalam cafe roti lapis tersebut tampak bahagia namun berbeda dengan satu orang pemuda yang tengah duduk di tempat paling sudut cafe.
Matanya memandang keluar jendela, dimana dapat ia lihat dari sini. Lisa, wanita yang telah ia nikahi beberapa bulan yang lalu.
Istrinya itu duduk di halte bus dengan kedua tangan yang ia letakkan di atas perut. Kepala nya tak henti menoleh kesana kemari, seakan menanti seseorang.
"Dia pasti nunggin gue!" Ucap donghyuk kemudian meneteskan air mata yang sempat ia tahan sedari tadi.
Ia mulai menangis, semua yang ia jalani dan ia perjuangkan selama ini tidak ada gunanya. Karna umurnya yang masih sangat muda, semua orang selalu menolak lamaran yang ia ajukan. Kemanapun ia pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dad.
RandomKetika Doyoung melakukan kesalahan yang sama dengan Kesalahan yang di lakukan Ayahnya di masa lalu. 📍On going 📍Slow up Star: 12/01/2021