Novel World | Bab 3

14K 1.5K 115
                                    

Bab 3. Rangga Adelard Alexander

•••

"Mama baru pulang?" Rangga melihat pakaian wanita yang kerap ia panggil dengan sebutan Mama. Baju dress hitam elegan dengan punggung yang terbuka, rambut tergerai indah dengan polesan make up tebal khas wanita karir.

"Iya, tadi Mama makan malam sama salah satu kolega kantor Mama."

Rangga mengangguk, mobil hot wheels kecil yang ia mainkan, ia genggam kuat-kuat. "Makan malem nya sama Papa?"

Sora menoleh, wajah wanita yang semula teduh tersebut tiba-tiba menjadi merah dengan bentuk bibir yang dingin. Rangga tidak ingin melanjutkan kalimat selanjutnya karena ia tau, Mama pasti marah. Setiap pertanyaan tentang Papa, selalu menyulut emosi mama tanpa Rangga tau sebabnya apa.

"Dia bajingan, Rangga. Saat kamu besar, kamu pasti paham kenapa Mama gak pernah suka kamu sebut nama lelaki brengsek itu depan Mama."

Rangga hanya mengangguk, sejurus kemudian ia tersenyum canggung dengan kalimat lain, "kapan Rangga bisa ketemu Key, ya Mam?"

Sora menoleh, menghembuskan nafasnya pelan, wanita itu memeluk anaknya hangat. "Key gak baik buat Rangga, sayang. Dia itu potensi terbesar kenapa Papa gak sayang kamu, kenapa Papa mengirim kamu ke sini. Kenapa Papa gak mau melihat kamu."

Benarkah? Batin Rangga.

Dulu, dulu sekali Mama pernah bercerita mengenai adiknya yang begitu imut, atau tentang Papa nya yang baik. Saat-saat itu, Rangga akan menangis meminta Mama cepat mengantarkannya pada sang ayah. Meminta lelaki itu memeluknya bagaimana layaknya perasaan orang tua ke anak.

Sampai pada akhirnya, Mama pulang dengan keadaan kacau. Wanita itu menangis dan selalu marah setiap kali Rangga kerap memanggil sebutan Papa di depannya. Wanita itu bilang, papa adalah pembohong. Ayahnya adalah seorang selingkuh hingga membuat Mama menjadi marah.

Lelaki kecil itu menunduk, membiarkan lima mobil hot wheel yang ia susun menumpuk ke atas, jatuh dengan kuat. Ia tidak ingin memikirkan banyak hal, mengenai apa arti selingkuh atau apa arti anak haram.

•••

Rangga Adelard Alexander, nama lelaki kecil berumur enam tahun yang saat ini tengah tertidur di balik jendela kokoh di balik hutan besar pinggiran kota.

Bibir kecil mungil, mata bulat besar serta pipi bulat khas anak kecil. Rangga terlihat tampan, wajahnya bak akyor drama yang sering Sora tonton.

Enam tahun silam, saat Sora berhasil mendapatkan hati Aldrick—pria yang ia sukai sedari remaja, ia begitu senang. Mereka menjadi pasangan kekasih meskipun hanya beberapa bulan saat akhirnya Sora mengetahui bahwa wanita masa lalu Aldrick kembali hadir dan berhasil memporak-porandakan semua kerja keras yang ia bangun.

Tidak sampai di situ, saat mereka berhubungan badan untuk yang pertama kalinya di ulang tahunnya yang berumur dua puluh tiga tahun, Aldrick justru mendambakan Martha——masa lalunya yang belum usai. Menjerit serta membayangkan bahwa ia adalah wanita tersebut.

Sora tidak keberatan, ia pergi dan membesarkan anak pertamanya ——Rangga——dengan penuh cinta. Buah hasil hubungannya menjadikan Rangga anak tanpa sosok ayah.

Jadi saat Aldrick datang dan meminangnya, Sora menerima dengan senang. Tapi, Aldrick mengulangi kesalahan yang sama untuk yang kedua kalinya. Menganggap ia adalah Martha Luciana——wanita yang kini menjadi sekretarisnya. Membuatnya terluka hingga melihat Keysa sebagai kesalahan fatal yang tidak akan ia lupa.

Satu tahun membangun nama Key dan Aldrick dengan baik di mata Rangga adalah kesulitan terbesar yang ia hadapi.

Rangga kecil, tidak tau apa-apa bahkan saat dengan tiba-tiba Sora pulang dengan wajah sembab. Menangis semalaman dan bilang bahwa Key tidak baik untuknya. Sedangkan Aldrick adalah pria terbrengsek yang Mama temui.

•••

"Mama mau kemana?" Mata bengkak itu berkedip dengan lucu. Mengusap matanya sekali, Rangga bangun dari ranjang king size yang ia tiduri. Berjalan lunglai ke arah Sora yang tengah memasang anting-anting perak ke telinganya.

"Mama mau pergi, Rangga di rumah jangan nakal ya."

"Tapi mama barusan aja pulang." Lelaki itu mengusap-usap ujung lantai dengan kakinya. "Mama kenapa gak pernah di rumah?"

"Mama ada perlu Rangga." Ujar Sora lembut, "kamu main sama Mbak Caca atau Pak Bian, ya. Nanti bentar lagi guru dateng, ajarin Rangga menulis."

"Rangga gak mau, Rangga mau Mama." Berang anak itu kesal.

Sora menghembuskan nafasnya dengan pelan, "Rangga kalo mau ketemu Papa harus pintar. Harus bisa menulis, biar nanti Papa lebih sayang Rangga dari Key."

Rangga terdiam, wajahnya memerah. Bukan karena malu, lantaran lelaki itu kian marah pada sikap orang tuanya yang terlalu dramatis. Kenapa Key harus di salahkan?

Rangga menghembuskan nafasnya pelan, wajah sembabnya berpaling dari sang ibu. Beralih menatap pantulan cermin besar yang berpasangan di ruangan. Rangga melihat tubuh kecilnya yang mungil, sedangkan di samping ada tubuh Sora yang menjulang tinggi.

"Rangga, kamu marah sama Mama?"

"Enggak." Sungutnya kesal.

Sora terkekeh kecil, "bukannya mama gak mau nemenin Rangga, tapi Mama bener-bener harus pergi. Nanti Aldrick marah."

Rangga terdiam, kepalanya menunduk ke bawah. Memperhatikan kaki-kakinya yang kecil. "Harus banget?"

Sora terkekeh lembut.

"Hmm, banget."

Rangga mengangguk polos. "Mam, nanti kalo ke sini lagi ... kapan-kapan bawain Rangga Key."

Sora terdiam, raut wajahnya berubah kesal.

"Rangga mau Key, dan selalu mau Key." Kekeuh lelaki itu.

"Kalo Rangga besar, nanti Rangga pasti tau kenapa Mama gak suka Rangga deket Key, kenapa Mama kasih Rangga tempat tinggal di hutan, kenapa Mama benci sama Aldrick dan segala sesuatu yang berkaitan soal perasaan."

"Tap--"

"Mama udah kesiangan." Sora menghembuskan nafas. Memotong kalimat anaknya. Wanita itu hanya enggan berdebat dengan si sulung. "Mama berangkat, Mama sayang Rangga."

Rangga terdiam, membiarkan Sora mengecup semua bagian dari wajahnya. "Rangga juga ..." Lelaki itu menggantungkan ucapannya melihat wanita itu lebih dulu pergi meninggalkannya.

Rangga tidak tau apa luka yang menimpa hati sang Mama hingga wanita itu kian hari kian menoreh luka dan benci untuk Papa dan Keysa.

Tapi ... haruskah Sora membuatnya juga ikut terbawa dalam ambisinya? Rangga tidak ingin membenci Key tapi sikap mama yang terus menerus membuatnya muak, makin hari makin membuat Rangga ikut jengah.

•••

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Novel WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang