The Sequel

68 10 2
                                    

.

.

.

Kata orang, yang namanya waktu itu selalu cepat dan tidak terasa. Tahu-tahu sudah jadi sarjana, raja minyak, atau kakek-kakek yang sudah renta.

Anggapan tersebut dianggap benar oleh Bang Chan. Putra sulung dari pasangan Jack dan Jessica itu kini telah beranjak dewasa menjadi seorang pemuda yang cemerlang. Profesi Chan saat ini adalah seorang advokat di firma hukum milik ayahnya, meneruskan jejak beliau yang puluhan tahun sudah berkecimpung di dunia hukum. Berbeda dengan Changbin yang berprofesi sebagai general manager salah satu hotel milik keluarganya di Bali, maupun Minho yang kini menjadi owner kafe sekaligus barista di Singapura. Sedangkan, Hyunjin sedang menjalani pendidikan spesialis kedokteran anak.

Maklum, circle orang tajir.

Jika dihitung-hitung, sudah terlewati 2190 hari atau 6 tahun sejak Chan lulus dari bangku perkuliahan dan meraih gelar sarjana hukum dengan nilai cum laude. Ditambah satu hari karena setiap 4 tahun adalah kabisat. Dalam kata lain, sudah lama sekali sejak Hannah berteriak meminta dibelikan martabak sebanyak dua kotak. Omong-omong, adik perempuannya itu sudah lulus dari program studi Hubungan Internasional 2 tahun yang lalu. Sementara, tahun ini adalah tahun kedua Lucas kuliah dengan program studi seni musik.

Mengingat ayah, ibu, dan adik-adiknya membuat Chan mengulas senyum tanpa sadar. Sore itu, dia memang tengah bertolak dari ibu kota menuju Tanah Parahyangan, tempat kelahirannya. Kedua mata pemuda itu sempat beralih ke arah deretan gedung tinggi di depan sana. Sudah termasuk daerah perkantoran, hotel, dan pusat bisnis yang menandakan bahwa sebentar lagi, dia akan tiba di pintu tol Pasteur.

Tinggal belok, nanti lurus kalau ketemu pertigaan. Semoga portal kompleksnya dibuka.

Tangan pemuda itu memberikan manuver pada setir Mercedes yang kini melaju dengan kecepatan sedang. Beruntung, jalan raya sore itu cukup lengang untuk dipakai kebut-kebutan seorang diri. Chan sudah tidak tahan ingin mandi dan rebahan di kamarnya setelah menyetir selama beberapa jam dari luar kota.

Akhirnya, harapan sederhana itu terwujud ketika Chan mendapati rumah bertingkat dengan cat serba putih. Mobilnya cepat-cepat diparkir pada lahan garasi yang kosong.

"Mama, Papa ... Chan pulang."

"Sore, anak Mama. Kok kamu pulang, sih? Enggak ada yang minta juga."

"Ngantor lagi sana, Chan," timpal sang ayah yang rupanya tengah menuang pelet ke dalam akuarium ukuran jumbo di ruang keluarga.

"Kalo enggak bawa apa-apa, Abang enggak boleh masuk!" ucap Lucas dari balik pintu, disusul oleh kekehan puas dari Hannah yang muncul tiba-tiba.

Chan melupakan sesuatu, ia lupa bahwa dirinya adalah bahan hujatan seisi rumah. Namun, setelah itu mereka memeluk Chan dan menyambut dirinya. Setelah berpelukan cukup lama, Chan menengok ke sisi kanan sofa dan melihat ada pemuda yang sedang duduk sambil memperhatikannya.

"Jonathan?!"

"Iya, Bang. Hahaha, selamat datang di Bandung lagi."

"Tapi ... sore-sore gini ada urusan apa?"

"Jonathan juga nungguin kamu pulang, Chan," sela Jessica sambil menyuruh anak sulungnya itu untuk duduk di sofa.

Entah kenapa, Chan menjadi sedikit panik setelah mengetahui bahwa seluruh keluarganya berada di rumah. Termasuk Jack, sang ayah yang kemarin baru saja pergi bersamanya ke Beer Garden SCBD sehabis menang kasus di persidangan. Belum-belum orang tua yang satu ini sudah di Bandung, mencuri start untuk pulang tanpa sepengetahuan Chan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Martabak CaliforniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang