Chapter 1 : The Room

582 58 17
                                    

Winwin memasang ekspresi malas saat berjalan menyusuri lorong lantai dua sebuah bangunan yang masih satu kawasan dengan Istana Raja Vampire. Dia diundang untuk menghadiri pertemuan tentang penerus tahta selanjutnya. Winwin sesungguhnya tidak tertarik dengan hal semacam itu. Namun ia tidak punya pilihan lain selain menghadirinya. Bagaimanapun juga, ia masihlah bagian dari Bangsawan Vampire.

Ruangan itu terlihat elegan, itulah kesan pertama yang Winwin dapat setelah melihat perabotan yang tertata di sana. Ornamen-ornamen klasik nan mewah menghiasi sudut-sudut ruangan, menambah kesan luar biasa di sana. Ia melirik ke kanan dan ke kiri karena beberapa pasang mata melihat ke arahnya yang baru saja masuk. Di antara mereka ada yang berbisik-bisik tentangnya atau memilih tidak peduli. Ia melirik ke arah pemuda yang melihat ke arah luar, seperti tidak ingin terlibat dengan pertemuan ini sama sepertinya. Jadi Winwin hanya menebak beberapa Vampire yang memang sangat terkenal.

"Dong Sasung. Kau bisa memanggilku Winwin!" 

"Ryu Yangyang!"

Winwin berkenalan sekilas dengan beberapa Vampire sebelum menghampiri dua orang vampire yang dikenalnya. Keduanya asik bercanda, seolah tak terganggu dengan atmosfer tegang dalam ruangan. Mereka berdua adalah Wookhee dan Guanheng, yang lebih akrab dipanggil Lucas dan Henderry dari keluarga Hwang. Ia berteman dekat dengan mereka karena tumbuh di lingkungan yang sama. Selain itu, mereka berdua sangat ceria, sehingga ia tidak akan merasa canggung.

"Mana Renjun?" tanya Winwin kepada dua Vampire itu.

"Menyusul, mungkin sebentar lagi tiba. Masih ada waktu sebelum waktu yang ditentukan," jawab Henderry.

"Yo, what's up, men?" sapa Lucas sambil mengangkat tangannya, mengajak Winwin untuk melakukan high five.

Winwin menyambut salam gaya Lucas dengan ekspresi datar. Lalu ia kembali memperhatikan ruangan. Ia baru sadar bahwa para kandidat terkuat belumlah tiba. Meski mereka sesama bangsawan, tapi ada sesuatu yang membedakan. Winwin cukup penasaran jika mereka tiba, akan jadi seperti apa diskusi ini.

Satu hal, pasti tidak akan berjalan lancar.

Di sudut lain ruangan, seorang pemuda bersandar di bingkai jendela sambil memandang ke arah luar. Namanya Moon Taeil. Ia memang tidak berniat untuk duduk atau mengobrol dengan yang lain. Ia sedang menghindari sesuatu. Jika ia mengalihkan pandangannya, itu adalah pintu masuk. Ia seperti bisa mendengar langkah kaki yang melewati lorong sunyi menuju ruangan ini.

"Moon Taeil-ssi, apa kau tidak lelah berdiri seperti itu?" tanya seorang pemuda yang duduk tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Taeil menoleh dan menggeleng, "Tidak. Terima kasih, Jeon Gun-ssi. Jika sudah dimulai, aku akan duduk dan mengikuti diskusi ini."

"Apa ada yang kau pikirkan?" tanya Kun lagi.

Taeil melemparkan pandangannya ke luar jendela lagi. "Kegelapan," lirihnya. Saat menyadari ucapannya, ia seketika panik.

Sementara itu, Kun mengernyit. Melihat reaksinya, sepertinya ia mendengar lirihan Taeil. Vampire Moon itu tidak punya waktu untuk memberikan penjelasan karena terdengar langkah kaki yang mendekati ruangan. Taeil berusaha untuk segera mengalihkan pandangannya, tapi ia tidak bisa. Gerakan tubuhnya terhenti ketika ia melihat pemuda tinggi masuk ke sana dengan wajah dinginnya. 

Kepala Taeil langsung terasa pening setelah sesaat ia terdiam. Ia melirik sebentar ke arah pemuda tinggi yang menatapnya bingung. Kun sepertinya bereaksi cepat dan segera membawanya untuk duduk. Dia sepertinya tidak akan bisa mengatasi pertemuan ini. Namun ia tidak punya pilihan untuk menghindarinya. Lagi pula ia masih punya hak atas tahta itu meski sama sekali tak menginginkannya.

Immortal CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang