Chapter 10 : The Throne

218 39 2
                                    

Setelah sarapan, kedua puluh tiga calon pewaris tahta berkumpul di sekitar ruang singgasana. Benar, hari ini akhirnya mereka akan melihat simbol dari Kerajaan Vampir. Tentu saja sebagian besar dari mereka sangat antusias karena ini adalah kesempatan yang sangat langka. Mereka sudah tinggal di istana selama beberapa minggu tapi baru hari ini diundang untuk melihat singgasana Raja.

Namun ternyata, tidak semua orang ingin melihat mahkota Raja. Seo Dejun tentu menyadari bahwa sepupunya merasa tidak nyaman. Kendati Johnny terlihat tenang, tapi tatapannya tidak pernah tertuju pada pintu ruang singgasana. Dia terus saja membuang muka, seolah ada hantu atau monster menyeramkan di depan pintu tersebut.

Meski begitu, Dejun tidak bisa mengatakan sepatah pun kata penghiburan. Ada berpasang-pasang telinga di sini dan ia tidak ingin orang-orang semakin mencurigai Johnny. Dampak dari rumor kemarin terasa sangat jelas meski Johnny terlihat tidak ambil pusing. 

Hwang famili sempat menyapa Johnny meski dengan senyum terpaksa. Bahkan Renjun terlihat jelas-jelas ketakutan. Padahal di pertemuan kedua beberapa malam lalu, mereka mengucapkan terima kasih pada Johnny sebelum meninggalkan ruangan. Dan lagi, para pewaris muda seperti Yangyang dan Jisung berusaha menghindari Johnny. Berkebalikan dengan mereka, Lee famili justru terlihat menyeringai seram. Dejun sungguh tidak tahu apa yang mereka pikiran hingga terlihat sesenang itu.

Tak lama kemudian, para Dewan pun datang. "Semua sudah datang?" tanya Dewan Lee dengan pandangan ke segala arah, seolah tengah menghitung seluruh pewaris.

"Kalau begitu, apa kalian siap?" tanya Dewan Choi disertai senyuman. Sebagian besar bersorak girang dan sisanya hanya diam. Dengan anggukan kepala dari Dewan Lee, penjaga pun membuka pintu ganda ruang singgasana. "Silakan masuk, para pemimpin masa depan!"

Dipimpin oleh Dewan Lee, para pewaris pun memasuki ruang singgasana. Ruangan tersebut sangat luas dan mewah. Hal pertama yang terlihat tentu saja adalah singgasana yang berada di atas undakan. Gumaman kagum keluar dari mulut mereka.

Kendati sinar matahari masuk melewati jendela-jendela yang terbuka, Dejun justru merasa bahwa ruangan ini layaknya kuburan. Terasa gelap mencekik hingga membuatnya sulit bernapas. Jika ada seorang vampir cahaya di antara para pewaris, dia pasti sudah memintanya untuk membuat ruangan ini lebih cerah lagi. Sayangnya tidak ada seorang di antara mereka yang berkekuatan seperti itu, dan ia pun menyadari bahwa bukan cahaya matahari masalahnya.

Aura hitam ini berasal dari singgasana Raja. Dejun ingat dengan benar ucapan Johnny beberapa hari lalu. Tahta tengah dikutuk oleh seseorang dan tengah menggerogoti daya hidup sepupunya. Jika dia sendiri merasakan tekanan menyesakkan ini, bagaimana dengan Johnny?

Dejun melirik ke sebelah kanannya tapi tak mendapati sosok Johnny. Kepalanya pun menoleh ke sana-kemari untuk mencari tubuh besar sepupunya. Namun kakaknya itu memang tidak ada dalam ruangan tersebut. Dia tidak menyadari kapan Johnny pergi dari sisinya. Namun ia bisa mengerti, kenapa dia pergi. Sebagai orang yang terkena kutukan, dia pasti tidak tahan berada di dekat singgasana. Begitu juga dengan dirinya. Rasanya ia benar-benar ingin pergi sejauh mungkin.

Tepat saat Dejun berniat pergi diam-diam seperti yang dilakukan Johnny, Kun bertanya dengan khawatir, "Kau terlihat pucat, Dejun. Apa kau sakit?"

"Aku baik-baik saja, Hyung," jawab Dejun disertai senyum meyakinkan.

Jeon Kun tentu tidak bisa percaya begitu saja melihat wajah Dejun yang pucat pasi. Dia pun segera meraih tangan Dejun dan berusaha menyembuhkannya. "Oh ya, di mana Johnny Hyung?" tanyanya sambil celingukan.

"Ah, sepertinya dia tidak tahan melihat singgasana. Itu pasti akan mengingatkannya pada mendiang Raja Oh Sehun, bukan?" jawab Dejun dengan kikuk. Dia sudah berjanji untuk tidak mengatakan tentang kondisi Johnny pada siapa pun, bahkan pada Kun sekalipun.

Immortal CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang