Realization

28K 4.7K 738
                                    

"Ngapain lo ikut turun?" Tanya Karina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngapain lo ikut turun?" Tanya Karina. Tangannya menutup pintu mobil Yoga dengan keras.

Dahi Yoga berkerut, "Mau bantuin lo" jawab Yoga, menatap Karina dengan tatapan heran.

Tidak mungkin ia membiarkan Karina membawa barang barangnya turun ke sini sendiri dari unitnya yang entah berada di lantai berapa.

Karina mendecakan lidahnya, "denger ya, gue bilang terserah tadi bukan berarti sekarang bego! Sebulan lalu you forced me to sleep with you, yesterday i found out that i'm pregnant." Karina menunjuk perutnya yang masih datar. "And today you want me to move to your house soon? Who the hell are you coming out out of nowhere and messing up with my life?!"

Kedua tangan Karina mendorong bahu Yoga kuat kuat, membuat Yoga terdorong beberapa langkah ke belakang.

"Gue cuma pengen mastiin lo selalu baik baik aja selama sembilan bulan ini, dengan lo tinggal di rumah gue beberapa bulan itu akan lebih mudah. Dan kita ga cuma berdua di rumah itu" jelas Yoga dengan suara lembut, berharap kali ini Karina mengerti.

Karina mengeluarkan tawa kecil dengan nada yang meremehkan, kemudian melipat kedua tangannya di dada.

"Lo pengen mastiin gue baik baik aja atau mastiin gue gak akan ngebunuh anak lo? Tujuan lo keep me close to you to make sure that i won't do anything to this fucking zigot right? Gue gak akan pernah ingkar sama kata kata gue. Sembilan bulan ini gue biarin dia ada di perut gue, dan setelah itu we're done. Gue gamau lagi berurusan sama lo ataupun anak ini nantinya" suara Karina pelan namun tajam.

Yoga menghembus nafas pelan, tangannya memijit pangkal hidungnya. Kalimat itu bukan sekali dua kali diucapkan Karina, namun apa yang dirasanya tak pernah berubah. Sesak dan perih itu selalu ada.

"Karina" panggil Yoga begitu perempuan itu mulai melangkah menjauhi Yoga. "Yoga, nama gue Yoga" lanjut pria yang masih berdiri di samping pintu mobilnya.

"Percuma lo ngasih tau nama lo, i'm still gonna call you bastard anyway" Karina mengucapkan kalimat tersebut masih dengan membelakangi Yoga, lalu melanjutkan langkahnya tanpa repot repot menoleh ke belakang.

***

Karina duduk mematung di sofa. Matanya melihat ke arah televisi yang menyala dengan tatapan kosong. Tangan Karina meremas perutnya, masih sedikit tidak percaya di dalam sana benar benar ada makhluk yang kelak akan menjadi kehidupan baru.

Apa sebenarnya yang terjadi pada dirinya? Pertama kali ia mendengar bahwa dirinya mengandung ia tak berfikir dua kali lagi untuk mengucapkan bahwa ia akan melakukan aborsi.

Ia tidak pernah ragu untuk itu sampai ia melihat bahwa Ayah bayi ini begitu menginginkannya. Atau sebenarnya ia memang tidak tega atau takut untuk melakukan aborsi? Namun ia malu untuk mengakui itu lalu menggunakan alasan lain untuk membiarkan anak ini tetap tumbuh, yaitu karena pria itu benar benar mengharapkan kelahirannya?

The Second You SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang