Ia membuka mata saat merasakan silaunya cahaya mentari menerpa wajahnya. Tidak seperti biasanya, ia bangun saat matahari telah bersinar terang. Dan tidak seperti biasanya pula, saat ini ada seorang wanita yang tengah mengikat tali tirai jendela.
Siapa?Menajamkan penglihatannya, benar saja, ia sama sekali gak mengenal wanita yang saat ini tersenyum padanya. Wanita itu memakai pakaian maid, rambut pendek sebahunya terhiasi bandana di atas kepalanya. Matanya menyipit kala menunjukkan senyuman selamat pagi untuk menyapa.
"Selamat pagi, Uchiha-sama," sapanya dengan sedikit membungkuk.
"Siapa kau?" Tanya si tuan kamar yang tak beranjak dari tempat tidurnya.
Wanita itu berjalan mendekat ke arah ranjang, kembali mengukir senyumannya seraya berkata, "Namaku Sakura, maid baru di rumah ini."
Pria, ah tidak, tepatnya pemuda itu segera turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Sejak kapan ia mempunyai maid?
Langkahnya terhenti saat Sakura mengikutinya masuk ke dalam kamar mandi. Alisnya mengernyit dengan tatapan matanya yang mulai tajam.
"Saya akan menyiapkan air hangat," balas Sakura yang seakan tahu makna tatapan tajam itu untuknya.
"Keluar," ucap si pemilik kamar.
Sakura terdiam sejenak dan menatap onyx pemuda itu. Setelahnya ia menurutinya dengan segera keluar dari kamar mandi.
Sasuke, nama pemuda itu menutup pintu hingga menguncinya dari dalam. Ia tidak suka orang asing.
***
"Sejak kapan ibu punya maid?" tanya Sasuke dengan melirik sekilas Sakura yang berdiri tak jauh darinya. Piringnya masih penuh dengan nasi dan lauk pauk, ia sama sekali belum menyentuh sarapan paginya sejak beberapa menit yang lalu.
"Ibu dan ayah tidak sengaja menemukannya pingsan di jalan. Dan sebagai terimakasih, Sakura ingin bekerja di sini," jawab Mikoto, ibu dari Uchiha Sasuke, seorang mahasiswa semester pertama di sebuah universitas nomor 1 di Jepang. Ia juga menduduki peringkat pertama mahasiswa paling cerdas sekampus.
"Bukankah sudah kukatakan, jangan mudah percaya dengan orang asing," tutur Sasuke dengan menatap Sakura datar. Bahkan datarnya tatapannya terkesan tak suka.
"Sasuke, jangan bicara seperti itu. Sakura kehilangan orangtuanya, dia juga tidak punya rumah. Dia ingin bekerja, bukan hanya meminta belas kasihan," papar Mikoto. Ia yang duduk dua kursi dari Sasuke merasa tak enak hati pada maid barunya. Menurutnya Sakura wanita yang baik, tidak meminta apapun kecuali memberinya pekerjaan bahkan menjadi seorang maid pun akan ia lakukan asalkan dari jalan yang benar.
Sasuke hanya melirik Sakura sekilas kemudian bangun dari duduknya dan meninggalkan ruang makan. Mikoto hanya mampu memanggilnya, sementara Fugaku, ayah Sasuke seakan tak peduli dan tetap menyantap sarapannya. Ia sudah hapal peringati sang anak bungsu, Sasuke tidak menyukai ada orang asing atau orang baru berasa di rumah.
"Maaf ya Sakura, Sasuke memang tidak begitu menyukai orang yang baru lihat atau kenal," ujar Mikoto. Bangun dari duduknya, ia menghampiri Sakura yang tetap mengukir senyum tipis.
"Iya Nyonya, saya mengerti. Maaf, karena menolong saya membuat tuan muda tidak nyaman," kata Sakura dengan setengah menunduk.
"Tidak apa-apa, satu dua hari nanti Sasuke juga akan terbiasa," balas Mikoto dengan mengusap lembut helaian merah mudanya. Mikoto memang sudah lama menginginkan anak perempuan, dan saat bertemu Sakura ia merasa iba dan hasrat keibuannya muncul ke udara. Ia ingin menampung sakura sebagai anak, namun Sakura hanya ingin bekerja, bukan seenaknya menikmati belas kasihan orang. Lagipula, usianya sudah 20+ meski wajah ayunya memanipulasi data, tetap saja akan aneh jika ia diangkat menjadi anak angkat di usianya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession My Slave
FanfictionWarning! Adult content! SasuSaku Dia datang dan mengganggu, mengusikku dan menarikku. Dan setelah mendapat apa yang ia mau, ia pergi tanpa mengatakan apapun. Membawa sebagian dari tubuhku yang memang hanya itu yang ia tuju.