“Naomii.. Laura.. Kamu dimanaa” Teriak Rheza memecah kesunyian hutan di pagi hari.
“Kita harus cepet cari nih, kalo ada bahaya gimana?” kata Sekarningrum gelisah
“Yaudah, kita beresin dulu aja tendanya. Kita rapiin ke tasnya Raffi terus kita cari mereka secepatnya.” Jawab Rheza
“Oke, ayo.” Kata Ghozali bersemangat.
Sekitar jam setengah sembilan mereka memulai petualangan mereka dengan mencari Naomi, Laura serta sang pilot. Beruntung, Ghozali membawa kompas. Jadi mereka mendapat satu pedoman penting yang dapat menunjukkan arah mereka. Rheza melihat ke atas, terlihat sekumpulan awan hitam pertanda akan datangnya hujan. Suasana sudah terlihat gelap meski jam masih menunjukkan pukul sembilan. Mereka tanpa lelah terus berteriak nama Naomi dan Laura dalam perjalanan. Sekarningrum juga selalu dijaga oleh Rheza, Raffi, dan Ghozali di tiap-tiap langkahnya.
Tak berasa rintik air hujan pun turun membasahi mereka yang masih terus mencari Naomi dan Laura yang misterius. Mereka terus melangkahkan kaki ke dalam hutan yang lebat. Lambat laun, hujan bertambah deras. Suasana pun menjadi tidak seperti siang hari lagi. Raffi mengambil dua senter dari tasnya, karena gelapnya hari itu.
“Hujannya deras, nih pake daun pisang yang aku temuin tadi.. Meski cuman daun pisang, lumayan kamu nggak kuyup” Kata Rheza sambal menyodorkan daun pisang ke Sekarningrum.
“Makasih ya Rhez. Tapi kalian nggak apa basah kuyup?” Jawab Sekarningrum
“Nggak apa kok, kita kan udah biasa.. Ya kan Raf, Ghoz?” Rheza berkata
“Iya kok” Ghozali dan Raffi serentak menjawab.
Meski jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, hujan belum reda dan suasana masih gelap. Mereka terus melakukan pencarian kedua teman mereka serta sang pilot. Mereka terus berjalan sambil berteriak nama kedua teman mereka tersebut.
“Kita udah nyari berjam-jam kok mereka belum ketemu ya” Ghozali berkata
“Sabar, Naomi sama Laura pasti ketemu kok” Jawab Rheza
Setelah berjalan berjam-jam di tengah guyuran hujan di hutan belantara, mereka menemukan sebuah gazebo kecil. Dan mereka memutuskan untuk beristirahat di sana sejenak.
“Eh Rhez, kalo misal ada gazebo pasti ada orang kan di sekitar sini” Tanya Sekarningrum
“Iya ya, gimana kalo nanti pas hujannya reda kita cari tau lagi” Jawab Rheza
“Iya, bener banget tuh” Balas Raffi
Mereka pun memasuki gazebo kecil tersebut, dan beristirahat sambal menunggu hujan reda.
“Di Surabaya nggak pernah ada kan hujan sampe segelap ini” Ghozali berkata
“Iya, ini parah banget.. gelap, langit warnanya abu-abu lagi. Padahal ini jam dua belas siang kan” Raffi membalas
“Kalo hujannya nggak reda-reda gimana?” Tanya Sekarningrum sambal mengarahkan matanya ke Raffi
Lalu Rheza menjawab “Berdoa aja lah, kita harus sabar. Nggak ada namanya hujan nggak reda reda. Pasti bakalan reda kok”
Tak lama setelah itu mereka tertidur di gazebo itu. Mereka tertidur cukup lama di situ. Setelah lama beristirahat Rheza pun terbangun duluan.
“Wah sudah terang” Teriak Rheza
“Ghoz, Raf, Kar ayo bangun udah terang nih” Kata Rheza sedikit berteriak sambal menggoyang-goyangkan tubuh ketiga sahabat mereka tersebut.
“Wah iya” Jawab sekar
“Silau nih..” Ghozali menambahkan
“Wah ternyata masih jam satu. Jadi kita tidur sejam ya tadi, tapi kok kayak lama banget ya. Yaudah ah, yuk kita lanjut cari” Kata Rheza bersemangat
“Eh Rhez, perasaan gazebonya kok tambah bagus ya?” Tanya Raffi
“Kalo diliat-liat sih iya ya.” Jawab Sekarningrum
“Mungkin aslinya bagus, cuman tadi pas hujan kan gelap banget jadi kita ga keliatan jelas” Ghozali berkata
“Iya mungkin, ah udahlah yuk kita lanjut cari Naomi sama Laura sambil cari makanan” Sahut Raffi
“Kita ke arah mana nih?” Ghozali bertanya
“Utara aja, kita kan dari selatan” Jawab Rheza
“Loh, gila nih. Kenapa nih kompas kok bias muter terus” Ghozali berteriak kecil sambil kebingungan
“Ah masa?” Sekarningrum penasaran
“Iya nih coba liat” Ghozali menyodorkan kompas tersebut pada sahabat-sahabatnya
“Wah, gimana nih. Kok bisa aneh banget gitu?” Raffi kebingungan
“Iya ya, yaudah deh kita tenang ya. Kalian masih hafal kan kita tadi dari arah sana, berarti kita nanti ke sana” Rheza berkata sambil menunjuk.
Lalu mereka berempat melanjutkan pencarian di tengah cerahnya matahari. Rheza dan Raffi terus memanggil nama Naomi dan Laura. Sedangkan Ghozali menemani Sekarningrum sambil mengobrol bersama. Di perjalanan mereka menemukan suatu rumah penduduk, tetapi seperti bukan rumah biasa. Rumah tersebut berstyle Belanda. Mereka berempat bersembunyi, melihat apakah ada kehiduoan di sana.
“Tunggu.. Aku ngelihat sesuatu. Itu orang kan” Kata Ghozali berbisik-bisik
“Iya, itu ada orang. Kita harus cari pertolongan” Balas Raffi
“Tunggu. Itu bukan orang Indonesia, itu orang belanda kan.” Rheza berkata
“Wah iya, banyak banget ya orangnya. Mereka ngapain di sini sambil bawa barang-barang itu?” Sekarningrum bertanya sambil menggarukkan rambutnya.
“Aneh ya, kayak jaman kolonial aja. Bawa bawa pistol segala lagi” Kata Ghozali sambil penasaran
“Iya nih, aneh banget. Dari mulai kompas, sekarang beginian” Rheza membalas
Mereka tetap sembunyi dan terus mengamati sekumpulan orang berpakaian tentara belanda tersebut. Tiba-tiba dibelakang mereka ada orang tua berpakaian lusuh yang bertanya-tanya pada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost
AdventurePada awalnya Sekolah Menengah Atas (SMA) terkenal yang bernama Global International School di Surabaya akan mengadakan studi tour ke Pulau Papua yang ditujukan untuk kelas 10 saja. Hal ini disambut gembira oleh sang enam sekawan. Awalnya berasa suas...