Bagian ini berjudul: Apapun

69 8 1
                                    

Enjoy!

Bagian 2/3; Kalian mirip

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 2/3; Kalian mirip

Hari minggu yang normal. Pagi ini aku ada jadwal meeting penting sekali.

"Hai, aku balik kesini lagi hehe. Pokoknya akan tetap kesini kapanpun. Biar bisa liat kamu.

Nggak adil tau, masa cuman Kak Doy aja yang bisa liat kamu"

Semeribit angin yang kurasa adalah salah satu jalan kita agar dapat tetap berkomunikasi.

Aku membersihkannya, -ehm makamnya. Belum terlalu ditumbuhi rerumputan liar. Dan bunga yang masih segar.

"Wah, masih banyak banget ya yang sayang sama kamu. Sebelum aku pasti juga ada bunga lain" Aku bermonolog sendiri.

Sudah satu bulan semenjak Bara pergi, aku selalu kemari. Melakukan aktivitas baruku sebagai penjaga makam.

Penjaga makam kekasihku tercinta.

Penjaga makam yang cantik hehe.

Aku udah bertekad untuk tidak menye menye lagi. Aku ikhlas jika Bara dipanggil Tuhan lebih cepat karena amal dan ibadahnya yang sangat banyak dari pada yang lain.

"Bara, aku sekarang jadi agak bingung. Aku bingung sama perasaan ku. Iya tau, kamu beneran pergi dari dunia ini. Tapi yang aku rasain waktu sama Esa, beda. Dia seperti memunculkan kamu yang baru.

Kalian mirip, aku nggak bohong"

Kali ini semeribit angin sedikit kencang, dedaunan saja sampai berterbangan gugur. Apa ini tandanya Bara ngambek?.

"Maka dari itu aku takut. Takut jika, terlalu lama bersamanya membuatku melupakan semua hal tentang kamu"

"Ehm, iya nggak mungkin sih. Orang Mahesa aja mirip kamu"

"Lo beneran aneh, bisa bisanya ngomong sendiri di kuburan kaya orang gila"

Suara mirip deheman itu mengacaukan perbincangan kami.

"Aigoo! Kamjagiya! Yeu kak, kamu mah ngagetin aja sukanya. Orang kalau dateng salam dulu kek" Ucapku so so an terkejut dan memukul betis sekokoh kayu jati itu.

Cowok berkulit seputih kapas itu ketawa ganteng. Dan ikutan jongkok. Mencabuti rumput liar kecil didaerah makam Bara. Tentunya dengan tisu Paseo andalannya.

"Sendiri kak? Kok tiba-tiba kesini?"

Dia melihatku sekilas. Senyumnya masih mengembang. Cacat pada rongga pipinya atau bisa disebut dekik, itu sangat manis untuk terlewatkan.

||Love me or Leave me Tonight|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang