- Day 8 -

114 26 0
                                    

Hari ini aku marah, sangat marah.

Dokter B tidak jadi mengajakku jalan-jalan kemarin, padahal aku sudah menunggunya sampai menangis sesenggukan. Aku sudah duduk, diam, dan menunggunya sampai  Ibu menyuruhku tidur karena hari sudah sangat malam saat itu. Tetapi aku tetap menunggunya karena siapa tahu dia akan datang untuk menempati janjinya meski aku tidak yakin.

Dokter B malah datang dikeesokan harinya, yaitu hari ini.

"GAMAU, POKOKNYA AKU MARAH!"

Berkali-kali aku berteriak kencang kepada seseorang sampai membuat anak-anak lain ikut memarahiku balik. Tetapi, aku tidak peduli. Aku kan sedang marah. Terus mengapa yang lain jadi ikut-ikutan marah juga sih?

"Areum, maaf. Aku kemarin ada kerjaan mendadak."

Aku membuang wajah, entah ke arah yang mana, semuanya terasa sama untukku. "POKOKNYA AKU MARAH!"

Aku melipat kedua tanganku di dada, lalu kembali memalingkan wajah ke arah sebaliknya.

Dokter B terus meminta maaf perihal kemarin. Katanya, ada pekerjaan yang sangat mendadak sehingga dia tidak bisa datang ke bangsal dan mengajakku jalan-jalan. Tapi kan ... dia seharusnya tidak membuat janji jika tidak bisa menempatinya.

Aku sudah duduk, diam, dan menunggunya kemarin.

Jika Dokter B itu Ayah dan dia mengingkari janjinya seperti sekarang ini. Dan Ayah juga sedang mencoba untuk membujukku dengan berbagai banyak cara supaya aku tidak marah kepadanya. Aku akan tetap marah meskipun dia itu Ayahku. Meskipun Ayah membelikanku ayam goreng atau es krim, atau memberiku uang banyak, aku tetap marah padanya.

Apalagi Dokter B yang bukan siapa-siapa dan tidak melakukan apa-apa selain meminta maaf?

"Areum, sayang, Dokter sudah sempat-sempatnya loh datang ke sini." itu suara Ibuku yang paling cantik.

Aku cemberut. Aku yakin wajahku terlihat jelek saat ini dan bukannya menggemaskan. Karena setelahnya, aku menangis sampai wajahku penuh dengan lipatan.

Dan sebenarnya juga, sekarang aku tidak terlalu suka menangis.

Menangis melelahkan, dan terasa aneh karena tidak ada air yang akan menuruni kedua pipiku. Kemarin, pipiku terasa kering dan itu rasanya aneh sekali. Tidak ada rasa asin yang masuk pada mulutku. Aku tidak merasakan apa-apa kemarin, dan rasanya benar-benar melelahkan. Dan sekarang aku mulai kelelahan.

Tetapi karena sekarang lain lagi ceritanya. Dokter B tidak menempati janjinya yang kemarin, jadi aku tidak jadi kelelahan. Aku harus menangis karenanya untuk membayar rasa kesalku itu. Aku marah dan membenci keberadaannya saat ini. Jadi aku menangis kencang-kencang berharap Ibu mengusir Dokter B dari sini.

"Areum, maaf."

Ada tangan yang mencoba merengkuhku disaat aku menangis sesenggukan, baunya seperti ba stroberi. Lalu aku digendong olehnya, kepalaku ditaruh pada pundaknya dan tangannya yang persis ayah —ternyata Dokter B orang dewasa dan bukannya anak kecil jenius, menepuk punggungku perlahan.

Aku masih menangis sesenggukan, tetapi tidak sekencang tadi. Tepukan pada punggungku benar-benar menenangkan dan itu membuatku menghentikan tangisan.

"Areum mau jalan-jalan sekarang?" tanya Dokter B dengan lembut.

Aku tidak mau bersikap baik seperti kemarin-kemarin karena sekarang kan aku sedang marah kepadanya.  Tapi suaranya terlalu putus asa sampai aku merasa tidak enak hati untuk menolak.

Jadi aku pada akhirnya menyerah.

Aku berhenti menangis dan berhenti marah untuknya.

"Aku mau jalan-jalan."

"Ah! Areum, kamu nggak marah lagi sama aku?" suaranya berubah ceria, dan kurasa aku menyesal sekarang. "Kalau begitu, ayo kita jalan-jalan!"

Dokter B membawaku pergi. Langkah kakinya begitu bersemangat membawaku ke luar dari bangsal. Aku mendengar suara pintu terbuka dan setelahnya ada banyak langkah kaki yang begitu berisik disusul dengan suara-suara yang lain. Telingaku mulai sakit. Di sini terlalu berisik dan aku jadi pusing karenanya.

Kusandarkan kepalaku pada bahu Dokter B seraya menutup kedua telinga dengan tidak nyaman.

Dokter B menyadari ketidaknyamananku disela dia membawaku pergi. Jadi dia berkata dengan suara cerianya di dekat telingaku, "Areum, kita sedang di koridor, tahan dulu ya sayang, bentar lagi kita keluar."

Aku mengangguk kecil, menyembunyikan kepalaku entah di mana, suaranya semakin berisik dan telingaku menjadi super sensitif sekarang. Aku mendengar ada nenek-nenek marah-marah pada seseorang, lalu ibu dan suara anak kecil yang sedikit berdebat karena anaknya tidak mau minum obat. Lalu ada suara wanita yang sedang mengumumkan nomor antrian. Lalu, langkah kaki, lalu roda yang bergeser dengan lantai dan kemudian ...

Ada suara detak jantung seseorang di telinga kananku.

Suaranya sangat teratur dan menenangkan, kepalaku mendadak tidak sakit lagi, seperti keajaiban karena suara disekitarku mendadak menghilang. Kudekatkan telingaku agar suara detak jantungnya semakin terdengar jelas.

"Areum, kita sudah di luar."

Hari itu, disepanjang Dokter B mengajakku jalan-jalan untuk menghirup udara, aku hanya mendengarkan suara detak jantungnya yang begitu menenangkan.

Sampai aku tertidur dipangkuannya.

Sampai aku tertidur dipangkuannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ฅ^•ﻌ•^ฅ
December 24th 2020
ニャン

⑴BEAUTIFUL STRANGER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang