Semoga sukak!
Aku bikin ini lebih dulu daripada BMHP, tapi aku publish BMHP lebih dulu daripada ini.
Ide fikirannya mungkin hampir sama ya, cuma aku pecah aja. Yang satu lebih ke religius, yang satu ya standar lah.
Gitu aja sih, happy reading dan jangan lupa komen dan share ke teman-temannya.
***
Lana duduk dengan gugup, menunggu seseorang yang ia sukai sejak dulu. Dua jam yang lalu, lelaki 12 tahun lebih tua darinya itu mengirim pesan melalui media sosialnya. Lana tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, kesempatan yang mungkin tidak akan pernah terulang lagi.
Gadis itu cukup terkejut, juga penasaran mengapa lelaki yang ia ketahui super sibuk itu menghubunginya. Kemungkinan buruk adalah agar Lana berhenti mencintainya. Tapi, Lana rasa itu bukanlah alasan yang masuk akal mengingat lelaki tersebut yang memang memiliki popularitas.
"Lana?" mendengar namanya dipanggil, gadis 22 tahun itu mendongak. Jika saja ia tidak bisa menjaga wibawanya mungkin ia sudah berteriak karena mendapati Gama dihadapannya. Gadis itu lalu mengangguk sopan dan tersenyum kikuk, mengerjapkan matanya dengan cepat saat memperhatikan gerakan Gama menarik kursi dihadapannya.
"Sudah lama?" tanya Gama, Lana menggeleng pelan. Lidahnya kelu dan tidak bisa mengeluarkan suara sedikitpun. Padahal ingin rasanya Lana menyapa Gama dengan sama santainya seperti yang pria itu lakukan. Melihat kegugupan Lana, Gama terkekeh pelan. Senyuman itu tampak sangat jelas dihadapan Lana.
"Eum, Enggak usah terlalu gugup" ucap Gama kemudian, Lana tersenyum. "Okey" jawab Lana disertai helaan nafas. Lana kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain selain wajah Gama, karena demi apapun jantungnya sangat tidak sehat.
"M-mas mau pesan apa?" tanya Lana dengan suara pelan namun masih bisa terdengar oleh Gama. Gama berdehem dan memajukan kursinya, lalu mencondongkan tubuhnya kearah depan. "Saya sebenarnya enggak punya waktu banyak" ucap Gama sembari melirik keadaan sekitar. Pria itu kembali berdeham.
"Sebentar lagi saya sudah harus briefing." Lanjutnya, Lana mengangguk paham lalu memfokuskan diri pada Gama yang terlihat tampan dengan pakaian semi formalnya.
"Jadi, ada apa mas ajak saya ketemuan?" tanya Lana memberanikan diri, kegugupan yang awalnya sedikit hilang kembali mendera. Kali ini bukan hanya Lana, melainkan juga Gama. Pria itu tampak berpikir sejenak, menatap ragu pada Lana sebelum akhirnya berucap. "Lets get married"
Lana mengerjapkan matanya dengan cepat, ia kembali menjadi gagu, jantungnya berdebar namun ia juga bingung. Bingung dengan ucapan pria dewasa dihadapannya ini. Terlintas di fikiran Lana bahwa Gama sedang mabuk. Namun melihat mata jernih itu berharap jawaban darinya, Lana yakin Gama sadar betul dengan ucapannya.
"Maksud mas?" tanya Lana dengan kernyitan didahinya. Gama menghela nafas sebentar, ia menyandarkan tubuhnya dan menatap lurus gadis dihadapannya.
"Saya butuh kamu" ucap Gama menjawab namun tidak mengurangi kebingungan Lana. "Tapi, kita bahkan baru ketemu sekarang. Mana mungkin langsung nikah kayak gitu" Gama mengangguk paham dengan yang dimaksud oleh Lana.
"Saya tahu kamu-" Gama menggantung ucapannya, rasa percaya dirinya menghilang sejenak namun langsung kembali ketika itu juga. "Saya tahu kamu cinta saya. Saya baca e-mail kamu" ujar Gama, Lana membelalakan matanya dan menunduk. Pipinya memanas, menahan rona tersipu juga malu.
"I-itu, udah lama banget" lirih Lana, ia memang sempat menyatakan perasaannya pada pria itu. Namun sudah sangat lama, tiga tahun lalu mungkin.
Mendengar lirihan Lana, Gama menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia memejamkan matanya, merasa tidak enak juga malu setengah mati. Bisa-bisanya ia mengajak gadis dihadapannya ini menikah demi kepentingan dirinya. Tapi, ia sudah sejauh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Husband
RomanceKeylana Sagita sudah menyukai Nugama Dewara, lelaki berdarah Solo yang berprofesi sebagai pembawa acara berita disalah satu stasiun tv swasta sejak ia masih memakai pakaian putih abu-abu. Pembawaan Gama yang berwibawa dan terlihat pintar membuat Key...