Jam baru menunjukkan pukul 1 dini hari. Lelaki yang berbalut kaos putih dan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya pun membalikkan tidurnya ke arah samping guna mencari kenyamanan namun baru saja ia mulai menutup kedua matanya ia langsung terkesiap saat ia mendapati bukan hanya dirinya sendiri yang tidur di kasur ini melainkan ada orang lain juga.Lelaki tersebut bangun segera dan mengerjap ngerjapkan kedua matanya. Bukan apa apa ia hanya takut jika keinginannya untuk segera menikah agar saat tidur ada yang memeluknya erat dari belakang menjadi kenyataan begitu saja. Ini hanya khayalan, batinnya meyakinkan.
Tangan kanannya dengan ragu mulai menjulur sebuah gundukan yang ditutupi selimut halus dan telinganya langsung mendengarkan erangan lemah saat ia menggoyang goyangnya gundukan tersebut dengan pelan.
"engh,"
Suara tersebut membuat lelaki tadi bergeming dan langsung beringsut mundur sampai ke pinggir kasur. Nafasnya memburu dan bulir bulir keringat mulai keluar di pelipisnya.
"nggak mungkin kan?"
Kepalanya kini di penuhi dengan pikiran negatif. Dia masih memakai baju dengan utuh dan juga dia tidak mabok. Dia nggak ngelakuin yang enggak enggak kan?
"loh kak Dejun kebangun ya?"
Dejun menyatukan alisnya saat mendengar suara gadis di sebelahnya dan dia baru inget kalo kemarin dia baru aja melepas masa bujangnya atau dengan kata lain ia baru aja menikah.
"iya." jawabnya membuat gadis di samping Dejun bangun dari tidurnya.
"mimpi buruk?"
Dejun memutar bola matanya malas. Sok perhatian, batinnya.
"nggak."
Gadis tadi hanya mengangguk lalu tangannya terulur untuk mengambil gelas yang ada di atas nakas lalu menyodorkannya ke depan Dejun.
"minum dulu kak. Habis itu tidur lagi." tawarnya.
Dejun diam dengan pandangan fokus ke segelas air yang ada di depannya. Jujur dia haus tapi dia juga gengsi kalau harus nerima air tersebut alhasil bukannya minum dia malah ngerebahin tubuhnya membelakangi gadis tersebut dan menutupi dirinya dengan selimut.
Gadis tersebut menghela nafas, "nggak mau ya." gumamnya yang bisa di dengar Dejun dengan baik.
Dengan gerakan cepat gadis tadi meneguk air tersebut sampai tandas lalu ikut membaringkan tubuhnya menghadap Dejun.
"semoga kak Dejun nggak mimpi buruk lagi," gumamnya dengan pandangan tak lepas dari punggung lebar Dejun dan lama kelamaan ia mulai terlelap kembali.
Baru beberapa menit Dejun membalikkan tubuh kearah sebaliknya dan ia langsung terkesiap saat gadis tadi tepat berada di depan wajahnya.
Niatnya pengen nerusin tidur si Dejun malah berakhir memandang gadis di depannya yang kalau kata mamanya sih 'mantu kesayangan'
Namun baru beberapa saat Dejun langsung bangun dari tidurnya lalu beranjak keluar kearah balkon kamarnya.
Dejun menghirup oksigen banyak banyak lalu ia hembuskan perlahan. Disini yang terdengar hanya bunyi hewan malam dan semilir angin yang menusuk kulitnya begitu saja.
Cukup lama ia memandangi sekitar dengan kedua mata tajamnya. Sampai ia menyandarkan dirinya pada tembok dengan kepala yang menunduk.
"umur gue baru 22 tahun. Masih muda banget kan kalau buat punya istri."
"gue emang ada rencana nikah muda sih tapi ya nggak dengan cara di jodohin kaya gini."
"boro boro bisa nafkahin anak orang lawong kuliah aja belum kelar."
Lagi enak enaknya ngomong sendirian eh ada suara notif panjang gitu di ponselnya dan dengan segera Dejun ngambil ponselnya di nakas samping tempat tidur.
Dejun tersenyum saat 'Diana' tertera di ponselnya dan tak menunggu waktu lama panggilan tersebut langsung diangkat oleh Dejun.
"loh diangkat ternyata," Dejun tersenyum saat ia mendengar suara tawa merdu dari balik telepon.
"lagi nggak bisa tidur nih,"
Terdengar helaan nafas panjang dari seberang, " sholat tahajud aja coba. Biar lebih tenang hatinya."
Dejun tersenyum sampai membuat kedua matanya menyipit.
Diana, perempuan yang tengah ia dekati. Satu universitas dan satu fakultas dengannya. Sifatnya yang apa adanya dan nggak neko neko membuat Dejun tak henti henti untuk mengatakan kalau dia suka padanya walau sampai sekarang masih terlaksanakan lewat batin.
"iya nanti,"
"sekarang atuh. Tutup dulu ya telponnya. Bye Dejun."
Suara lemah lembut dari Diana menjadi penutup telepon mereka hari itu. Dejun meletakkan ponselnya lalu masuk ke kamar mandi hendak mengambil air wudhu.
Tak lama ia keluar dengan rambut yang basah lalu dengan sengaja ia menyugarkan rambutnya menampilkan dahi paripurna yang terpampang jelas.
Dengan balutan sarung, baju koko dan peci hitam Dejun melaksanakan sholat tahajud dengan khusuk.
Tanpa Dejun ketahui sebenarnya daritadi gadis yang tengah tertidur di kasurnya masih terjaga. Gumaman Dejun dari balkon pun dapat ia dengar dengan jelas apalagi suara pelan Dejun saat menerima telpon pun di dengar gadis itu.
"maaf udah bikin beban di hidupnya kak Dejun," gumam gadis di balik selimut dan beberapa saat ia mulai menangis tanpa adanya isakan yang keluar dari bibirnya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan | Xiao Dejun✅✅
Fanfiction[cerita kelima] Tentang cerita Dejun dengan sang istri yang dipilihkan orangtuanya dalam jalur perjodohan. "aku suka sama kakak," ENJOY! Start : 20_01_2021 End : 17_09_2021 Salam Authorsomplak 😴