Aku bangun dari tidurku yang entah kenapa sangat nyenyak, padahal seingatku tadi pagi tengah menangis dalam diam. Sudahlah tak mau larut dalam perasaan sedih aku langsung beranjak menjauhi kasur lalu melipat selimut dan merapikan sprei yang sudah terlepas dari asalnya.
"kak Dejun," panggilku saat tak mendapati batang hidung lelaki yang jika orang orang bilang sih 'dia suamiku' namun entahlah aku bisa menganggapnya begitu atau tidak.
Belum sempat aku memanggil namanya untuk kedua kalinya terdengar bunyi shower dari dalam toilet yang seketika membuatku bernafas lega. Kukira dia akan meninggalkan aku disini sendiri tadi.
Sembari menunggu kak Dejun selesai mandi aku turun ke bawah hendak memasak makanan untuk sarapan pagi ini.
Saat turun ke dapur aku langsung memasak nasi di rice cooker lalu mulai membuka kulkas. Ada beberapa sayuran dan telur disana dan berhubung aku mau membuat sarapan jadi aku mengambil 3 butir telur lalu mulai memasaknya menjadi orak arik namun belum juga terlaksana suara teriakan Kak Dejun membuat diriku langsung meletakkan telur ke dalam kulkas lagi dan langsung menuju lantai dua.
"kenapa kak?"
"sisir Saya kamu umpetin dimana?"
Aku seketika tersenyum lebar dengan tangan yang menggaruk belakang kepala pelan. "maaf kak kemarin itu sisirnya aku pake hehhe,"
Kak Dejun memutar bola matanya malas "terus sekarang ada dimana?"
Aku langsung mencari di kotak yang sengaja aku tata untuk alat rias dan teman temannya. Sebenarnya aku juga punya sisir sendiri namun sepertinya tertinggal di rumah Mamanya Kak Dejun makanya aku pinjem sisirnya kak Dejun.
"kemarin di sini kok kak,"
"ya sekarang mana Mel?" aku melihat jika kak Dejun tengah menatapku tajam. Jujur aku takut saat kak Dejun menukikkan kedua alisnya seperti sekarang ini.
"nggak tau," cicitku tak berani menoleh kearahnya.
Aku bisa mendengar kak Dejun menghela nafas kasar lalu berjalan ke arah lemari dengan jari jarinya yang tengah menyisir rambut tebalnya ke belakang.
"maaf kak,"
"hmm."
Aku diam di tempat sambil merapikan meja rias yang berantakan akibat ulahku sendiri tadi.
"bikinin sarapan cepet. Saya ada kelas pagi hari ini."
Meninggalkan meja rias aku langsung turun ke bawah guna melanjutkan kegiatan memasakku ysng sempat terjeda tadi.
"bikinin saya susu dulu Mel."teriaknya dari lantai dua.
"iya kak,"
Aku pun mengambil panci lalu menuangkan air dan memasaknya dengan api sedang. Sembari menunggu air nya matang aku mengambil kaleng susu lalu menuangkannya ke gelas.
"udah jadi?"
Aku mendongakkan kepala mendapati kak Dejun yang sudah rapi dengan kemeja kotak kotak dan celana bahan hitam yang pas di kaki jenjangnya. Aku tersenyum malu malu saat melihat kak Dejun yang ternyata lebih ganteng kalau sedang rapi begini.
"heh! Itu airnya udah mateng."
Aku terkesiap saat Kak Dejun menepuk pundakku lumayan kencang dan benar saja air nya sudah mendidih dan nyaris luber keluar namun untungnya aku langsung mematikan kompor jika tidak kakiku bisa jadi ketumpahan air panas nanti.
"sini biar saya yang bawa. Kamu lanjut masak aja."
Baru saja aku menuangkan air di gelas susu dan mengaduknya kak Dejun langsung menyerobot gelas tersebut begitu saja dan membawanya ke meja makan tak jauh dari dapur.
"cepet masak Mel. Saya laper loh."
"iya."
Apakah memang benar kalau istri dan pembantu itu hampir mirip?
Tangan kananku menyalakan kompor
Sedangkan tangan kiriku yang sudah membawa mangkuk berisi telur yang sudah aku bumbui sebelumnya."eh kok apinya makin kecil,"
Dan setelahnya aku mendengus kesal saat mendapati bahwa gas nya habis.
"kenapa?" tanya Kak Dejun dengan nada datar sembari menyeruput susu perlahan lahan.
"gas nya abis kak,"
"beli lah."
Aku mengangkat gas elpiji tersebut dan mulai membawanya keluar,
"duitnya ada nggak?"
"ada kok kak." ucapku yang memang mengantongi uang 50 ribu di saku celana.
Letak warung dari rumah memang tidak begitu jauh namun akan memakan waktu lama saat aku membawa beban gas berisi yang diangkat dengan tangan kosong.
Walaupun sebenarnya aku keberatan membawa gas elpiji namun aku sedikit berlari karena tak mau kak Dejun menunggu lama.
"maaf kak tadi di warungnya rame. Aku masakin telur bentar ya."
Kak Dejun melirikku sekilas lalu menyampirkan tas nya di pundak.
"Saya udah kesiangan. Kamu masak buat sendiri aja nanti Saya sarapan di kampus."
"tapi kak---"
Kak Dejun melambaikan tangannya lalu berangsur pergi keluar meninggalkan aku dengan gas elpiji yang belum terpasang di kompor dua tungku itu.
"sia sia dong aku lari lari bawa gas kalo kak Dejun aja sarapan di luar,"
Bersambung...
Salam
Author somplak 😴
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan | Xiao Dejun✅✅
Fanfikce[cerita kelima] Tentang cerita Dejun dengan sang istri yang dipilihkan orangtuanya dalam jalur perjodohan. "aku suka sama kakak," ENJOY! Start : 20_01_2021 End : 17_09_2021 Salam Authorsomplak 😴