23.

170K 7.7K 817
                                    

Adrian tengah membaca buku pelajaran di perpustakaan sendirian. Selain membaca, Adrian juga sedang menunggu Anna yang ingin meminjam beberapa buku fiksi untuk keperluan tugas Bahasa Indonesia.

Ketika sedang fokus membaca, seseorang duduk di seberangnya dengan rusuh. Adrian mendongak untuk melihatnya dan ia mendengus begitu saja. Tanpa memperdulikan gadis yang sedang tersenyum tidak jelas itu, Adrian kembali fokus pada bacaannya.

"Hai, Dri, kayaknya kita jodoh gasih? Buktinya ketemu disini." katanya centil dengan senyum menggoda.

"Lo udah makan belum? Abis ini mau ngantin bareng dulu ga?" Diandra tidak berhenti berkicau.

"Em, gue tuh tadinya pengen nyari buku buat tugas Bahasa Indonesia, eh malah ketemu jodoh hehe."

Adrian masih tidak memperdulikannya. Ia membalik-balik halaman dengan santai. Hal itu membuat Diandra mendengus pelan.

"Adrian, gue baru sadar tau, kalo nama kita punya unsur kata yang sama, A, D, R, I, N. Gila emang udah jodoh dah." sejenak Adrian terdiam kemudian kembali membaca.

Diandra menghela napas lalu memangku dagunya pada tangan kanan. "Dri, kalo lo diem terus, gue cium nih?" ancamnya sambil menyentuh tangan Adrian yang diletakkan di atas meja.

Laki-laki itu langsung mendongak dan menatap tajam Diandra. Ia menepis pelan tangan gadis itu lalu mencengkram kuat pergelangannya.

"Lo harusnya udah tau kalo gue udah punya Anna dan sesayang itu sama dia," katanya tajam dan penuh penekanan sambil menguatkan cengkramannya.

"Lo juga harusnya sadar, kalo lo ga bakal bisa gantiin posisi Anna dalem hidup gue. Jadi, stop usik gue, stop ngegoda gue, karena gue ga tertarik sama jalang kecil kayak lo." Adrian masih mencengkram pergelangan tangan Diandra.

Rasa sakit atas cengkraman Adrian teralih ketika menyadari laki-laki itu mengeluarkan lebih dari lima kata untuknya, walaupun isinya benar-benar tajam.

Diandra tersenyum dan tanpa sengaja melirik ke belakang Adrian. Gadis itu semakin melebarkan senyumnya.

"Jadi lo tertarik sama gue? Udah bosen sama Anna?"

Adrian geram sekali dengan gadis ini, dengan sekali sentakkan ia menarik tangan Diandra membuat tubuh gadis itu terpaksa berdiri dan mendekat padanya. Anehnya, Diandra malah semakin tersenyum manis.

Belum sempat Adrian memakinya dengan kalimat tajam, punggungnya tertimpuk sesuatu membuatnya terpaksa melepaskan Diandra dan hendak mengumpati orang yang membuat punggungnya sakit.

"Anj—"

"Apa?" tanya Anna tenang, tapi raut wajah gadis itu terlihat datar.

Anna sudah berdiri di sana sejak Diandra melempar senyum pada kekasihnya. Dengan sudut pandangnya sendiri ia melihat Adrian menggenggam tangan Diandra kemudian—Ah, Anna kesal sekali membahasnya.

"An—"

"Udah bosen? Oke." kata Anna datar.

Setelah mengatakan hal tersebut, gadis itu melangkah cepat meninggalkan Adrian dan Diandra yang tersenyum senang.

Dengan kesal, Adrian membanting buku yang tengah dibacanya lalu menatap Diandra benci. "Bangsat." umpatnya penuh penekanan.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Adrian menyusul Anna. Ia juga mengambil tasnya yang ia letakkan di kursi sebelahnya.

Adrian tidak menyangka kalau Anna secepat itu menghindarinya, kini ia melihat gadis itu sedang menaiki motor Zidan.

"Anterin gue pulang." pekik Anna.

Anna and AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang