Hai! Aku balik dengan chapter baru. Apakah ada yang masih menunggu ceritaku?
Makasih yang udah nge-vote dan memberikan komennya di ceritaku ini. Komen tersebut sangat berarti bagiku *cielah
Oke, tetap vote dan berikan komentarnya, apakah ceritaku ini menarik apa nggak.
Happy reading ^^
________________________________________________
-Hideo Nakagawa-
“Hahahaha..." terdengar suara tawa dari sisi sebelah kananku. Dengan kesal kuhadapkan badan ke arahnya. Kupasang ekspresi wajah melotot, mengisyaratkan 'Diamlah kalau masih mau melihat matahari esok'. Biasanya setiap orang yang melihat ekspresi ini akan langsung terdiam, tetapi tidak dengan lelaki yang ada di sebelahku ini. Ia sepertinya tidak peduli dan malah menghiraukan pelototanku.
Oh ya, namaku Miyamoto Kazuki. Ooo, bukan.. bukan, aku perempuan. Secara fisik aku perempuan tulen. Salahkan orangtuaku yang memberiku nama laki-laki. Ayahku bernama Miyamoto Kazuhiro dan ibuku Miyamoto Kiyoko. Namaku diambil dari nama mereka. Kazu-ki. Kazu dari Kazuhiro, ki dari Kiyoko. Aneh bukan? Begitulah, ide tersebut mereka dapatkan dari salah seorang teman mereka yang asli orang Indonesia.
Saat kecil aku selalu protes kepada orangtuaku karena nama ini. Bukankah anak kecil suka dengan hal yang berbau princess? Mana ada seorang princess dengan nama laki-laki. Tetapi sekarang aku tidak pernah protes lagi. Orangtuaku sudah meninggal karena kecelakan ketika aku berumur 11 tahun. Sekarang aku tinggal bersama adik laki-laki dan ‘seorang nenek sihir’.
Lelaki yang ada di sebelahku ini namanya Nakagawa Hideo. Anak kedua dari keluarga Tanagawa yang merupakan pemilik beberapa resort yang ada di kota tempat tinggalku ini, Kyoto. Ia adalah sahabatku. Aku dan Hide–panggilan akrabku untuknya–sudah ditakdirkan berteman sejak playgroup. Dia dikaruniai tubuh yang tinggi, hidung yang mancung dan walaupun aku sangat malas untuk mengakuinya, dia memiliki wajah yang ehm... bisa dikategorikan tampan. Dan dia selalu mengatakan wajahnya adalah aset yang berharga dan hal itu selalu membuatku ingin muntah.
Dengan wajah yang ehm... di atas rata-rata tersebut, Hide bisa memikat gadis mana pun yang dia suka. Dan ditambah dengan kekayaan yang dimiliki keluarganya, dia termasuk ke dalam jajaran pria-pria most wanted di sekolah.
Tampan dan kaya. Dua hal yang dimilikinya mampu membuat gadis-gadis terpesona dan bertekuk lutut. Kelebihan itu selalu dimanfaatkannya untuk memikat gadis-gadis, aku pengecualiannya. Ya, Hide memang playboy. Dia selalu ramah dengan siapa pun. Jika hari ini dia berkencan dengan gadis yang satu, mungkin besoknya dia akan berkencan dengan gadis yang lainnya. Tapi walaupun begitu, tidak semua gadis yang dikencani bisa menjadi kekasihnya. Dalam tahun ini saja mungkin hanya tiga orang gadis yang beruntung bisa menjadi pacarnya. Selebihnya yaa... hanya buat have fun saja. Kejam? Tidak juga. Gadis-gadis itu sendiri yang datang padanya. Selagi ada yang mau, kenapa ditolak? Itulah prinsipnya.
Saat ini Hide tidak punya kekasih, katanya baru putus kemarin. Tapi dari wajahnya tidak kelihatan seperti orang yang baru putus. Mana ada orang yang baru putus langsung bisa tertawa seperti ini.
“Diamlah!” kataku masih dengan ekspresi melotot tadi. Jika sebelumnya dengan isyarat mata dia tidak mengerti, setidaknya dengan kata-kata dia akan mengerti.
Bukannya berhenti, tawanya malah semakin kencang, mengalahkan suara bising orang-orang yang ada di ruang tunggu stasiun kereta api. Kontan suara tawanya yang keras itu mengundang beberapa calon penumpang memperhatikannya. Mungkin mereka merasa terganggu dengan suara tawa Hide.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Girl
Teen FictionDia gadis yang manis. Tapi sifatnya tak semanis wajahnya.