1. Prologue

7 0 0
                                    

Seoul, Korea Selatan.

Butiran salju yang awalnya turun dengan disertai jeda, sekarang benar benar mengguyur Kota sibuk ini dengan tiada henti. Hidung para pejalan kaki mulai memerah, uap mengepul ikut serta timbul saat mereka menghembuskan napas. Cuaca kali ini benar benar ekstrim, se-dingin itu.

"KENAKAN SARUNG TANGANMU!!!" teriak seseorang perempuan yang sudah berumur di ujung pintu masuk rumahnya.

Teriakan perempuan itu tak dihiraukan oleh gadis muda yang berlari keluar rumah dengan jaket tebal tanpa menggenakan sarung tangannya. Padahal, cuaca dingin kali ini benar-benar menusuk kulit.

Gadis itu tetap berlari hingga menemui sebuah bangunan kokoh yang di dalamnya menjual beberapa kebutuhan umum, minimarket. Ia memasuki toko tersebut lalu menghembuskan napas nya puas-puas saat ia telah tiba di dalam.

"Nam! spidol pesananku ma-mana? C-cat akrilik ku juga mana?" ucapnya dengan napas terengah-engah.

Pria yang berdiri di balik mesin kasir toko itu terkejut. "YA! KAU GILA?!" ia berjalan dengan tergesa kearah gadis itu. "Sudah ku bilang nanti akan ku antar ke rumahmu! kenapa harus kesini?!"

"ASTAGA SI BODOH INI!!!" Pria itu berteriak semakin kesal. "DIMANA SARUNG TANGANMU, GWEN?!" ia mencari cari sarung tangan sampai kedalam kantong coat yang sedang di pakai gadis itu. Namun nihil, ia tidak menemukan benda penghangat itu. Ia semakin kesal.

"Berikan itu kepadaku, Namtae. Aku membutuhkannya sekarang, kalau aku menunggumu mengantarnya aku bisa kehilangan mood melukisku."

"Kau tau suhu di luar sekarang berapa?"

Gwen menggeleng. "Aku tidak peduli, berikan barangku."

"MINUS SATU CELCIUS GWEN, DI LUAR!! ASTAGA BODOH!!!!!!" Namtae menjambak rambut gadis itu kesal.

"AAAAA SAKIT BODOHHHH!!!" Gwen membalasnya dengan mencubit lengan kanan pria itu.

"Rumahku dekat, Nam. Cepat berikan barangku atau kucubit lebih dalam lagi?"

Namtae mengelus lengannya dengan memberengut. "IYA! IYA! SEBENTAR!" ia berjalan meninggalkan Gwen dengan menggerutu dengan teman satu shift kerjanya. "Memang benar ya, perempuan lebih pandai kalau disuruh balas dendam. Apalagi anak itu."

Temannya mengangguk samar di sertai tawa kecil tapi tidak saat ia sadar terpantau oleh Gwen, pria itu langsung membungkam mulutnya seakan-akan tadi sedang tidak tertawa.

Dalam beberapa menit, Namtae kembali dengan satu paperbag yang lumayan besar. "Nah. Barangmu. Kembali kalau sudah agak mendingan saja saljunya."

Gwen menerimanya lalu mengecek isi di dalamnya dengan seringai-an yang puas. "Menunggu saljunya mendingan sama saja menunggumu tutup toko dan itu artinya aku akan kehilangan mood untuk melanjutkan lukisanku."

"By The Way kenapa pesananku jadi sebesar ini? bukannya aku memesan yang kecil?"

"Ku belikan yang besar, agar aku tidak bolak-balik membelikannya untukmu."

"Ide bagus, tapi ini pasti harganya dua kali lipat dari harga yang biasanya, kan?"

Namtae mengangguk.

"Aku hutang dulu, tidak ada uang."

Namtae mengangguk dengan ibu jari dan jari telunjuknya membentuk bulatan kecil. "It's okay. Tapi ada bunganya." ucapnya dengan seringaian puas.

"Ohh begitu??" Gwen menganggukkan kepalanya samar lalu berjalan mendekati Namtae dengan pelan. "BUNGA APA MAKSUDMU TADIII HMMMM???" ia mencubit paha Namtae dengan serius.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CheonsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang