🐝
🐝
🐝Pagi ini ruangan agak terlihat ramai oleh beberapa staff yang sedang mempersiapkan peralatannya. Billkin yang sedang membalikkan omelette nya melirik pria cantik disebelahnya yang sedang memotong sosis. Senyum aneh itu kembali mengembang diwajah kecilnya,ia mendekatkan wajahnya lalu berbisik sangat pelan,benar-benar pelan dan kecil hingga hanya mereka yang bisa mendengarnya.
"Apa kau ingin memegang sosisku?" Lalu lengannya memanjang meraih garam didepan PP.
PP "...."
Wajahnya memerah beserta telinganya,itu jelas tertampak jelas dikulit putih susu nya. Apa-apan pria tua ini?! Bagaimana bisa ia mengucapkan itu begitu terbuka?! Umpatnya dalam hati lalu menoleh kesamping. Benar saja,wajahnya terlihat normal seperti tidak pernah melakukan dosa sedikitpun.
Tapi apa yang terlihat didepan kamera jelas berbeda. Yang terlihat disana hanyalah ia yang sedang tersipu malu karena pria cabul itu sedang menggodanya. Benar-benar menjijikkan! Ingin sekali ia berteriak ke kamera tentang apa yang baru saja orang disebelahnya bicarakan.
Setelah hidangan sudah siap mereka menuju meja makan dan mulai menyantap sarapan pertama mereka di rumah ini sebagai pasangan. Benar ini adalah sarapan pertama mereka,dan juga ini pertama kalinya bagi PP melihat seseorang saat ia baru membuka matanya.
Setelah kesepakatan mereka semalam,saat malam mulai menjemput, para staff mulai pamit dan menyisakan mereka berdua. Benar hanya mereka berdua. Mereka sudah sepakat untuk bertingkah layaknya pasangan saat kamera hidup dan kembali menjadi dua orang asing saat kamera mati. Tapi sayangnya ruangan ini dipenuhi cctv. Jadi bagaimana cara PP untuk bisa menendang laki-laki ini?
"Phi Kin! Kau tidur diruang tamu!" Perintahnya saat akan memasuki kamarnya.
Billkin menarik bahunya sebelum ia bisa menginjakkan kakinya di ruangan ternyaman itu. PP mengerutkan keningnya tanda tidak setuju. Sebelum ia bertanya lebih lanjut ia lebih dulu ditarik keluar dan pintu kayu itu tertutup tepat di depan wajahnya.
"Hey Pak Tua!! Phi!!! Phi!!! BILLKINN!!!" Ia menggedor bahkan menendang pintu malang itu. Mencoba membuka dengan paksa tapi pintu itu seperti ditahan dengan kuat dari dalam.
"Apa-apaan ini?! Billkin cepat buka pintunya!"
Ia mulai menenangkan tubuhnya lalu menghirup dalam seluruh udara di ruangan itu dan menghembuskannya perlahan. Ia harus benar-benar sabar menghadapi pria tua dihadapannya."Aku bukan pesuruhmu! Perhatikan kalimatmu jika bersamaku Nong!" Teriaknya dari dalam. PP memutar matanya malas lalu menyilangkan lengannya. "Baiklah,aku minta maaf. Tapi bisakah kita bicarakan baik-baik Phi?" Bukan nada memelas tapi lebih seperti lelah.
"Kau hanya punya dua pilihan. Tidur didalam bersamaku atau di sofa itu?" Kembali PP memutar matanya malas. Berbicara dengan pria tua dihadapannya tak jauh beda seperti berbicara dengan anak kecil yang menangis merajuk meminta sebuah mainan. Sangat melatih kesabarannya.
"Baiklah aku akan tidur bersamamu, tapi dengan satu syarat!"
Billkin "......"
"Jika saat bangun nanti aku melihat wajahmu tepat didepanku,akan aku pastikan pantatmu yang akan menyentuh lantai dengan indah." Ucapnya penuh kepuasan saat membayangkan ia dengan tegas memendang bokong pria tua itu.*Ceklek*
Pintu itu terbuka dan memampakkan wajah aneh itu. Senyuman itu jelas bukan sebuah senyuman dengan arti yang bagus. PP menatap tak percaya dengan semua itu. Semudah itu? Pikirnya. Lalu tanpa basa-basi ia langsung masuk dan membuat benteng dari bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days Fiance
FanfictionSemua ini berawal dari sebuah program TV yang menyebalkan hingga membuat seorang penyanyi muda yang memiliki wajah bak malaikat polos tanpa noda harus seatap dengan pria tua bermulut besar yang memiliki kebiasaan tidak sesuai dengan usianya. Betul...