Prolog

5 3 0
                                    

Happy reading guys!
Hope you enjoy it!

******
"Kalian itu murid-murid sekolah menengah atas bukan murid tadika mesra! Masa perkara buang sampah saja kalian masih perlu dituntun!" Suara seorang pria yang berdiri ditengah podium menggelegar kesetiap sudut sekolah.

Barisan siswa-siswi yang berkeluh kesah sembari sesekali menyeka peluh dibawah topi tidak sama sekali beliau hiraukan.

"Gila itu Suratmo lagi kasih amanat atau mimpin rapat pleno sih" gumam siswa yang berdiri dibarisan paling belakang.

"Pembagian sembako kali. " celetuk siswi disampingnya.

"Kasihan gue liat kepala plontosnya jadi berkilauan gitu kelamaan kena panas." Lanjutnya yang seketika membuat mereka terbahak.

"Eh..eh.." pekik keduanya bersamaan kala jari lentik menarik telinga mereka. Membalikan badan. Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah bibir merah bak cabe keriting serta mata tajam dibalik cermin mata.

"Mampus" gumam mereka bersamaan.

"Ozan Perwira. Shila Natasha. Tau apa kesalahan kalian?" Tanya Bu Sri sembari melirik name tag diseragam mereka.

Merasa tidak ada alasan untuk mengelak mereka memutuskan untuk mengangguk seraya menundukan kepala.

"Pindah barisan." putus Bu Sri tegas.

"Beno. Kamu ikut pindah" lanjutnya pada siswa yang tadi berbaris disamping Shila.

"Kok saya ikut bu?"Tanya Beno heran.

"Kamu tidak memakai ikat pinggang." Jawabnya tanpa basa-basi.

"Sial"Beno mengumpat kesal saat merasa dirinya ketahuan. Dengan penuh rasa tidak terima akhirnya ia mengikuti Ozan dan Shila.

*****

"Gara gara lo nih shil. Kita jadi dihukum kan" gerutuan Ozan membuat Shila merasa jengah. Bagaimana tidak? Yang memulai pembicaraan siapa malah Shila yang ia salahkan.

"Berisik lo! cabutin aja itu yang bener biar langsung selesai."jawab Shila tidak terima.

Merasa bahwa mereka tidak hanya berdua disini, Shila lantas melirik Beno yang sedari tadi anteng menjalankan hukumannya.

"Woi Beno! Masih hidup kan lo?" tangannya melempar rumput yang baru saja dicabut bermaksud memanggil Beno.

"Gue udah selesai." Bukannya menjawab pertanyaan Mila dirinya langsung melenggang pergi karena hukumannya memang sudah selesai.

"Eh kutil badak! Bantuin kek biar gue cepet selesai!" teriak Shila yang lagi-lagi tidak Beno tanggapi. Merasa kesal karena berulang kali dicueki, Shila lantas menoleh ke arah Ozan bermaksud meminta dukungan. Namun sebelum ia mengucapkan kekesalannya pada Beno pemandangan didepannya membuat Shila naik pitam. Ozan dengan tidak berperasaannya tengah terbahak mengejek nasib buruknya.

"Sudah biar bapak yang selesaikan" ucap seorang tukang kebun yang entah sejak kapan ada disana.

"Waaah terimakasih pak!" seru Shila girang saat peluang terbebas dari hukuman menghampirinya. Ia yang beberapa menit lalu terlihat sangat naik darah seketika berseru senang.

"Zan! Ayo kekantin, laper gue." Dengan semangat Shila menarik tangan Ozan.

"Sabar kali ngab! gue cap- eh?" ucapan Ozan terhenti ketika dirinya mendengar suara gaduh dari arah gudang.

Sepertinya bukan hanya Ozan yang mendengar, terbukti Shila yang tadi menarik tangannya sekarang malah diam mengamati gudang. Shila dengan pelan melangkah mencari celah untuk mengintip kedalam gudang itu.

"Zan. Sini!" Panggilnya setengah berbisik. Perlahan ia menundukkan badanya bermaksud mengintip dari lubang kunci. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat seorang siswi yang sedang dibully habis-habisan didalam sana.

****
TBC.
Hallo guys! Kita bawa cerita nih siapa tau suka!! Jangan lupa vote komennya ya!
Colab's story by:
Ar_dreamer13
Dhera_Arunika

S'AYATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang