Jika aku adalah ikan maka kau adalah jaring yang menghalangi semua gerak gerikku di lautan yang bebas...
Kau mulai menarikku ke daratan, memasuki dunia yang menghimpit dada. Terasa sesak dan sangat menyakitkan...
Tapi apakah boleh aku sekedar mengingatkanmu? Dari awal dunia kita memang berbeda. Artinya kau dan aku -mungkin- tidak akan pernah bisa bersatu.
***
"Bangun... Anda harus bangun..."Dengan tak sabaran Aruna mendekatkan wajahnya ke hidung lelaki yang tergelatak tak berdaya di bibir pantai. Tidak ada hembusan nafas yang keluar.
Otaknya bekerja keras. Mengingat kembali pelajaran pertolongan pertama yang selama ini di ajarkan di sekolah. Ah, ia ingat. Periksa denyut nadi.
"Ya Tuhan, bahkan aku tidak merasakan nadinya berdenyut..." gumam Aruna.
Ini adalah percobaannya yang terakhir. Rasa gugup mulai menyelimutinya. Perlahan ia naik keatas tubuh sang lelaki. Kedua tangannya saling bertumpah tindih lalu bergerak menekan bagian tengah dada. Tidak ada perubahan sama sekali.
"Sial." gerutu Aruna.
Tanpa meminta persetujuan siapapun, Aruna segera menekan hidung lelaki itu. Kemudian bibir mereka berdua saling menyatu. Dengan tergesa, gadis manis tersebut meniupkan udara ke arah mulut sang lelaki.
Sang lelaki nampak membuka kedua matanya lalu mengeluarkan air laut yang tersisa dalam badannya. Matanya berkunang-kunang dan kepalanya terasa kesakitan.
"Siapa namamu?" tanya Aruna.
"A..bi..." jawab sang lelaki terbata.
Tanpa menunggu lama Aruna segera membopong sang lelaki dengan susah payah untuk segera masuk kedalam mobil. Ia, harus membawa orang asing ini kerumah sakit.
***
Dan aku menyesal telah menyelamatkan nyawa lelaki brengsek sepertimu, Abimanyu Ramawijaya Putra...
KAMU SEDANG MEMBACA
Disaster Wedding
FanfictionAruna menatap kosong seorang lelaki yang tengah membidikkan pistol di depan wajahnya. Sekujur badannya mendadak lemas tak berdaya. Peluh menetes tatkala suara bariton dan mengerikan milik sang lelaki menggema di seluruh ruangan. "Menikahlah dengank...