Kean hanya tersenyum sampai punggung gadis itu berlalu. Dia tak sanggup mengejarnya. Hati ingin berlari mengejar lalu meluapkan untaian cinta, tapi janji kepada seseorang yang dicintai menahan kaki untuk melangkah. Meskipun ia tak bisa memungkiri, gadis itu telah memenuhi pikiran dan hatinya. Bila boleh dia menuliskan puisi cinta, ingin sekali dia melakukannya lalu membacakan secara lantang pada Lily. Tapi tidak boleh! Walaupun setiap melihat gadis itu, kakinya melangkah sendiri menghampiri, mata menatap Lily tanpa perintah, bibir seperti punya kontrol sendiri atas dirinya. Pada akhirnya, janjilah yang menang. Kean membalikkan badan dan berlalu meninggalkan kepingan cinta yang belum sempat dirangkai. ** Senja tak mengisahkan apa pun, hanya guratan jingga yang perlahan menghilang. Tapi kisahku dan dia telah terukir pada senja. Menatap matahari terbenam dengan jemari saling berpaut. Besar harapanku untuk menikmati senja bersamamu, selamanya. ** Bidadariku ... Angin telah membawa ragaku pergi Tapi hatiku masih tertinggal di sini Cepat, aku akan mengambilnya kembali. Tunggu ... tunggulah aku menjemputmu, Bidadariku.