Lio adalah seorang pecinta novel, setengah usia dirinya hidup Ia curahkan untuk membaca rangkaian kalimat dalam bait-bait novel-novel favoritnya. Pemuda 24 tahun itu mencintai buku, hanya buku yang menemani dirinya beberapa tahun belakangan ini. Lio sakit, hidupnya tak lama lagi. Sebab itu dia dedikasikan jiwanya pada rangkaian frasa dan majas dalam alinea. pada satu titik di mana pemuda itu usai menamatkan cerita sebuah novel. Lio tergugu, isak tangis pecah. Rasa sesak dada yang menyayat membuat pemuda yang sedang berbaring di atas kasur rumah sakit itu, perlahan hilang kesadarannya. Pemuda itu tak hanya kehilangan kesadaran miliknya, semesta berkata lain. Pada hari itu siapa sangka biIa Ia akan tutup usia, cerita tentang pemuda itu di dunia yang fana ini telah usai. Lio pernah bermimpi, ketika dirinya sembuh. pemuda itu juga mulai belajar melukis. Pemuda itu berharap di kehidupan lain semesta mendukung nya. Putihnya kanvas, kuas dengan ukuran yang berbeda, bau cat akrilik yang khas. Lio ingin menyentuhnya. Namun bukannya menyentuh kain kanvas, pemuda itu merasa paru-paru nya penuh akan air, matanya buram untuk melihat, namun yang pasti dan dirinya yakini adalah, saat ini tubuhnya tenggelam. Makin jauh dalam kegelapan