Bab 42
"Anak Tuan memanggil - manggil seseorang dengan sebutan Om, mungkin Tuan tau siapa...," kata perawat itu.
Miris memang, Grey kehilangan ingatannya, tapi kontak batin itu - hubungan Papa dengan anak kandung, tetap tidak hilang, dalam sakitnya Grey tetap mencari Harry Adinegoro. Yang membuat hati laki - laki itu hancur, Grey mencarinya tapi bukan dalam sosok seorang Papa, melainkan dalam sosok seorang 'Om'.
Harry Adinegoro memeluk Grey.
"Ini Papa, Grey. Kamu mencari Papa?" Rintih laki - laki itu pilu.
"Om, ke - kenapa bilang Papa?" Grey bertanya lemah.
"Please, listen Nak, ini Papamu, bukan Om. Ini Papa kandungmu," Harry Adinegoro frustasi, berusaha membuat Grey ingat kembali bahwa dia adalah Papa bukan Om. "Please panggil Papa, ya?"
"Pa - pa?" Grey mengerutkan kening, mungkin sembari menahan sakit. "Papa?"
Dengan susah payah Grey mengangkat tangan kanannya, karena tangan kirinya, bahkan masih di gibs.
"Peluk?" Pinta anak itu, membuat Harry Adinegoro terjengah. Tapi cepat dia tersadar, dan memberikan pelukannya pada Grey.
Laki - laki itu tidak tau, bahwa moment itu yang dirindukan Grey jika dia normal. Dirindukan bertahun - tahun lamanya, bahkan selama ini Grey selalu halu membayangkan mendapat pelukan hangat Papanya saat jiwa sedang rapuh dan kesepian, tapi hanya sia - sia, justru sakit dan luka yang selalu dia dapatkan.
Mungkin Harry Adinegoro juga tidak melihat sudut mata anaknya kini mulai mengalir air mata. Sambil menahan sakit yang menyesakkan dadanya, tempat peluru pistol yang ditembakkan Alicia bersarang, senyum bahagia Grey mengembang lemah.
"Te - terima kasih, Pa - pa...," gumam si imut itu lirih. "Su - sudah mau peluk Baby Grey...,"
I just published " Bab 42 : Saat Terakhir " of my story " Baby Grey ". https://www.wattpad.com/1220574922?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=12EmilyYumi