12EmilyYumi

Bab extra : Surat dari Rosaline
          	I just published " Surat Dari Rosaline " of my story " Baby Grey ( Tamat ) ". https://www.wattpad.com/875389868?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=12EmilyYumi

12EmilyYumi

Bab 4
          
          
          "Hutang nyawa dibayar nyawa!" geram Sky. "Gue gak peduli gimana caranya, tapi nyawa Rendy anggota gue, yang mati disiksa Al harus terbayar!!"
          
          "Rendy bukan mati disiksa Al! Dia yang goblok, Sky! Udah kalah tapi gak terima!" Sembur Rain.
          
          Rain masih bisa mengingat peristiwa yang terjadi sebulan yang lalu, sudah lama, tapi Sky sepertinya tidak pernah bisa menerima sebelum kematian Rendy terbalaskan.
          
          "Halah, ngeles lo!" Bentak Sky tak sabar. "Udah! Guys!! Serang dia!! Kalo perlu hajar sampe mampus!!"
          
          Rain yang masih rapuh karena gangguan phobianya, hanya mampu melawan Sky dan anggota Alastor sekenanya saja. Tak kurang belasan bogem dan tendangan Alastor yang bersarang di tubuh Rain, membuat pemuda bermata coklat muda itu hampir menyerah dikeroyok.
          
          "Ini rasakan, setan! Untuk Rendy, bestie gue!!" Teriak Sky menggelegar, sambil mengangkat tangannya tinggi - tinggi hendak menghajar wajah Rain, sementara tangan satunya mencengkram leher Rain kuat - kuat membuat Rain mendelik kehabisan napas.
          
          Tapi sebelum sempat mendarat di wajah Rain, kepalan tangan Sky tiba - tiba disambut tangan lain dari samping.
          
          "Gak ada yang boleh nyakitin anggota gue!!! Brengsek!!" Teriakan Al begitu keras seolah ingin mengalahkan deru hujan yang masih saja membasahi. Al yang menahan tangan Sky.
          
          
          
          I just published " Bab 4 : Rain Ditolak Amaya " of my story " Dia Bernama Rain ". https://www.wattpad.com/1225291807?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=12EmilyYumi

12EmilyYumi

this message may be offensive
Bab 3
          
          Tapi akhirnya Rain hanya bisa kembali merintih lagi, hujan bagai tak mau tau ketakutannya, terus saja menyiram segala yang ada, begitu deras. Rain tiba - tiba teringat dengan Al. Sahabatnya itu tau betul tentang phobia - nya,  Al tidak pernah mencemooh Rain, justru biasanya dengan sigap Al akan memakaikan earphone pada telinga Rain saat phobia itu muncul, atau mengajak Rain becanda untuk mengalihkan perhatian Rain dari hujan. Al memang sudah seperti seorang Kakak buat Rain.
          
          Argh, Al bego!! Kenapa juga lo gak suka dengan Amaya? Kenapa juga kita harus bertengkar? Rain mengeluh. 
          
          Seandainya mereka tidak bertengkar, sudah jelas Rain tidak pergi meninggalkan markas, dan tentu tak kan terperangkap di tengah hujan begini. Shit, bego lo Al!! Begooo!!
          
          Deru motor, mungkin ada puluhan motor, yang muncul dan berhenti di depan halte, membuat Rain terperangah. Apalagi saat pengendaranya berlompatan turun, memenuhi halte untuk berteduh.
          
          Warna merah keemasan yang menghiasi jaket - jaket yang dikenakan puluhan pengendara motor itu, membuat Rain mengumpat. Yah gak salah lagi, Genk Alastor! Musuh  bebuyutan Genk Grim Reaper!  Bagus banget nasib gue!
          
          "Wooah! Liat siapa ini? Rain Grim Reaper!!" Teriak salah satu pemuda berjaket dengan logo merah keemasan tadi saat melihat Rain yang begitu nelangsa, meringkuk di bangku halte
          
          "Oh shit! Sky!" Rain mengangkat wajahnya, langsung beradu pandang dengan mata pemuda yang berteriak, yang juga berwarna coklat muda, sama seperti dirinya. Itu Sky Cakrawala ketua genk Alastor!
          
          I just published " Bab 3 : Persahabatan Yang Mulai Retak  " of my story " Dia Bernama Rain ". https://www.wattpad.com/1224369394?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=12EmilyYumi

12EmilyYumi

Bab 2
          
          "Dasar pembunuh!! Lo pantes nerima semua ini!!" Al mengguyur sebotol air mineral ke atas kepala Amaya. "Gara - gara lo, gue kehilangan Papa!!"
          
          Apa maksud Al? Amaya pembunuh? Al kehilangan Papanya? Rain mengerutkan kening, dia memang tau Al selama ini cuma tinggal dengan Mamanya, mengelola bisnis keluarga yang setau Rain memang sudah sukses dari dulu. Tak heran mereka bisa bergelar konglomerat.
          
          Bruuk!!
          
           Rain nyaris terlonjak saat melihat Al menubrukkan sebuah kotak bekal berwarna pink ke kepala Amaya hingga isinya tumpah, mengotori rambut, wajah dan seragam gadis itu. Kotak bekal pink yang berisi nasi goreng itu  sepertinya milik Amaya.
          
          "Halah, belagu banget lo, pake bawa bekal segala?!!" Terdengar Al berteriak.
          
          "Aah!" Amaya meringis kesakitan saat Al menjambak rambutnya.
          
          Buuk!!
          
          Detik berikutnya tiba - tiba Al yang terjengkang di lantai koridor. Big boss genk Grim Reaper itu terperangah melihat Rain sudah berdiri mengangkang dihadapannya dengan kedua tangan terkepal.
          
          "Rain? Lo...?" Al terpana.
          
          "Gue gak suka liat bestie gue kayak gini!" Kata Rain sebelum  mengambil ranselnya dan menarik tangan Amaya, mengajak gadis itu pergi meninggalkan Al. Semua anggota genk Grim Reaper yang berkerumun di situ terhenyak memandangnya.
          
          "RAIN!!" Menggema suara Al memanggil tak digubris oleh Rain. 
          
          Untuk pertama kalinya dua sahabat baik itu berselisih paham.
          
          
          
          
          I just published " Bab 2 : Rain Penasaran " of my story " Dia Bernama Rain ". https://www.wattpad.com/1224162246?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=12EmilyYumi

12EmilyYumi

Bab 1
          
          Selama pelajaran berlangsung, Rain tak dapat menahan penasarannya dengan Amaya. Bagi Rain yang orangnya random, gadis itu terlalu tertutup. Tapi justru itu yang membuat Rain tertarik.
          
          "Eh, Aya, pinjem kertas dong, hmm maksud gue, minta," colek Rain.
          
          "Aya?" Gadis itu mengangkat alis
          
          "Iya, nama lo kan Amaya, jadi panggilannya pasti Aya," sahut Rain sok tau. "Gak mungkin kan panggilan lo Ama?"
          
          Gadis itu memutar bola matanya. Tapi diberikannya juga kertas yang diminta Rain. Sejurus kemudian Amaya hanya bisa mendelik saat melihat kertas itu ternyata cuma untuk dibuat jadi pesawat mainan oleh Rain. 
          
          Pemuda itu kemudian nyengir sambil menoleh pada Amaya.
          
          "Gue mo nerbangin pesawat kertas ini, kalo ntar beloknya ke elo, berarti lo jodoh gue," katanya. 
          
          "Apa?" Amaya cuma bisa tercengang.
          
          Dengan santai, Rain menerbangkan pesawat kertas itu, padahal Bu Dewi guru Biologi jelas sedang mengajar di depan kelas, dan ajaibnya, entah Rain yang sudah mengatur, pesawat itu terbang berputar dan menabrak kepala Amaya.
          
          "Yes!! Bener kan lo jodoh gue!!" Rain terlonjak kegirangan.
          
          "RAIN!!" nyaring suara Bu Dewi dari depan kelas membuat semua menoleh pada Rain.
          
          *****
          I just published " Bab 1 : Siswi Baru " of my story " Dia Bernama Rain ". https://www.wattpad.com/1223167422?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=12EmilyYumi

12EmilyYumi

Dia Bernama Rain
          Prolog, 
          
          "Busyet dah, bayi siapa yang nangis malem - malem gini? Hiiy bukan bayi jadi - jadian kan?" Gerutu Raisa sambil membetulkan rok mininya yang tersingkap terlalu ke atas.
           
          Tangisan bayi yang begitu menyayat, membuat  hati nurani Raisa, walau dia bukan wanita baik - baik, terketuk juga untuk bergerak menjenguk ke dalam Sedan, menajamkan mata, mencari sumber suara.
          
          "Sial! Apa itu yang bergerak - gerak di lantai mobil?" Raisa hampir terpekik saat memeriksa ke bagian jok belakang Sedan. "Ya Tuhan...,"
          
          Kepala Raisa nyaris terbentur pinggiran Body Sedan saking kagetnya melihat sesosok bayi tergolek di lantai Sedan tersembunyi di bawah selimut, terpuruk di sudut lantai Sedan. Wanita muda itu buru - buru mengeluarkan bayi itu dari dalam mobil. Bayi itu masih hidup, hanya mengalami memar dan sedikit luka di tubuh dan kepalanya. 
          
          Raisa merasa tubuhnya begitu gemetar saat menggendong sang bayi, spontan berusaha melindungi karena hujan masih turun membasahi di malam yang sudah melewati dini hari itu.
          
          "Gu - gue harus gimana? Bayi ini mo gue kemanain ya? Kasihan, tapi gak mungkin kan gue yang ngerawat bayi ini? Mo dianterin ke kantor polisi? Woah itu cari mati namanya,"
          
          Raisa menatap bingung bayi yang masih menangis dalam gendongannya itu..
          I just published " Prolog " of my story " Dia Bernama Rain ". https://www.wattpad.com/1223138098?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=12EmilyYumi

12EmilyYumi

Epilog
          
          Saat pertama memasuki lobi gedung Grey Fernanda  Bipolar Care Center, Rosaline berhenti sejenak,  hatinya begitu miris memandang foto besar yang terpampang di dinding belakang meja Recepsionis. Itu foto Grey Fernanda Adinegoro. Sepertinya sengaja dipasang oleh Harry Adinegoro di sana, secara Bipolar Care Center ini juga  dinamai dengan nama Grey.
          
          Rosaline tiba - tiba merasa sesak memenuhi dadanya. Tiga tahun sudah, tapi kenangan itu tetap gak bisa gue lupakan. Rindu rasanya ingin mendengar suara tawa itu, canda itu. Melihat senyum gigi kelinci itu, mata hazel itu...
          
          Baby Grey sayang, lo baik - baik aja kan di sana? Pasti lo bahagia sekarang, bisa berkumpul lagi dengan Mama kandung lo, gak ada sakit lagi, gak ada luka.
          
          Lo tau? Begitu besarnya rasa kehilangan Papa lo pada  lo, hingga bisa membuat Papa lo berubah, Sekarang Papa lo jadi begitu dermawan dengan orang - orang susah dan anak - anak yatim piatu,  tak terhitung donasi Papamu untuk mereka. 
          
          Bahkan Papa lo merenovasi Panti Asuhan 'Sayang Bunda'  milik sepupunya Dokter Aliana, tempat teman - teman bocil lo tinggal. Panti Asuhan itu mewah sekarang. 
          
          Seandainya lo masih ada, lo pasti bangga dengan Papa lo.
          
          "Mama, mama," 
          
          Rosaline terjengah, Baby Grey Junior menarik - narik gaunnya. Bocil itu menunjuk - nunjuk foto Grey. Rosaline berjongkok, memeluk bocil 2 tahun itu. 
          
          "Oh itu?" Katanya dengan mata mulai berkaca - kaca. "Itu foto Papamu, Nak," 
          
          I just published " Epilog " of my story " Baby Grey  ". https://www.wattpad.com/1220956406?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=12EmilyYumi

12EmilyYumi

Bab 43 
          
          Dear Diary,
          2 April 2021
          
          Hari ini, untuk yang kesekian kalinya, rasanya sakit banget. Gue hanya ingin sarapan selayaknya, di meja makan bersama Kak Tristan. Tapi Mama ngebuat gue harus merangkak memunguti makanan di lantai jika ingin makan. Itupun makanan sisa. 
          
          Lapar. Udah dari tadi malam gue gak makan. Perih perut gue, gak bisa diajak kompromi. Terpaksa gue lakuin juga. Memunguti makanan.
          
          No, I am not crying. Siapa bilang gue nangis.
          
          Papa bilang, seorang Adinegoro harus kuat, gak boleh cengeng. 
          
          Gue cuma sedih. Orang tua tempat anaknya kembali, tempat dipeluk jika dia lelah. Tapi kenapa di rumah ini, gue cuma bisa bermimpi untuk ngedapetin semua itu? 
          
          Gue sadar diri kok gue bukan anak kandung Mama. But God, di setiap sujud, gue selalu berdoa agar Mama dibukain pintu hatinya, biar notice,  kalo anak Mama bukan cuma Kak Tristan, masih ada anaknya satu lagi yang ingin dipeluk juga, ingin disayang juga.
          
          *****
          
          Ma, Grey jangan disumpahin masuk Rumah Sakit Jiwa...
          
          *****
          
          Ma, Grey tidak gila, masih bisa sekolah
          
          ******
          
          Mama, Grey sayang Mama, jangan pukulin Grey lagi ya Ma. Jangan dimaki lagi. Yang kemaren aja belom sembuh, Mama 
          
          *****
          I just published " Bab 43 : Penyesalan Harry Adinegoro " of my story " Baby Grey  ". https://www.wattpad.com/1222294392?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=12EmilyYumi

12EmilyYumi

Bab 42
          
          "Anak Tuan memanggil - manggil seseorang dengan sebutan Om, mungkin Tuan tau siapa...," kata perawat itu. 
          
          
          Miris memang, Grey kehilangan ingatannya, tapi kontak batin itu -  hubungan Papa dengan anak kandung,  tetap tidak hilang, dalam sakitnya Grey tetap mencari Harry Adinegoro. Yang membuat hati laki - laki itu hancur, Grey mencarinya tapi bukan dalam sosok seorang Papa, melainkan dalam sosok seorang 'Om'.
          
          Harry Adinegoro memeluk Grey. 
          
          "Ini Papa, Grey. Kamu mencari Papa?" Rintih laki - laki itu pilu. 
          
          "Om, ke - kenapa bilang Papa?" Grey bertanya lemah. 
          
          "Please, listen Nak, ini Papamu, bukan Om. Ini Papa kandungmu," Harry Adinegoro frustasi,  berusaha membuat Grey ingat kembali bahwa dia adalah Papa bukan Om. "Please panggil Papa, ya?"
          
          "Pa - pa?" Grey mengerutkan kening, mungkin sembari menahan sakit. "Papa?"
          
          Dengan susah payah Grey mengangkat tangan kanannya, karena tangan kirinya, bahkan masih di gibs. 
          
          "Peluk?" Pinta anak itu, membuat Harry Adinegoro terjengah. Tapi cepat dia tersadar, dan memberikan pelukannya pada Grey.
          
           Laki - laki itu tidak tau, bahwa moment itu yang dirindukan Grey jika dia normal. Dirindukan bertahun - tahun lamanya, bahkan selama ini Grey selalu halu membayangkan mendapat pelukan hangat Papanya saat jiwa sedang rapuh dan kesepian, tapi hanya sia - sia, justru sakit dan luka yang selalu dia dapatkan. 
          
          Mungkin Harry Adinegoro juga tidak melihat sudut mata anaknya kini mulai mengalir air mata. Sambil menahan sakit yang menyesakkan dadanya, tempat peluru pistol yang ditembakkan Alicia bersarang, senyum bahagia Grey  mengembang lemah.
          
           "Te - terima kasih, Pa - pa...," gumam si imut itu lirih. "Su - sudah mau peluk Baby Grey...,"
          
          I just published " Bab 42 : Saat Terakhir " of my story " Baby Grey  ". https://www.wattpad.com/1220574922?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=12EmilyYumi

12EmilyYumi

Bab 41
          
          "Aku tidak terima!! Keinginan Ayahmu tidak masuk akal!! Memaksakan anak sakit jiwa menjadi pewaris utama, bukankah itu tolol?!!" Terdengar Alicia menjerit sambil menangis. Emosi yang memuncak membuat air mata kemarahan bercucuran di mata perempuan bule itu. Apalagi Harry Adinegoro juga sudah mulai gelap mata, memakai kekerasan fisik padanya. 
          
          "Apa katamu?!" Balas Harry Adinegoro menggelegar.
          
          "This is what I say!!" Jerit Alicia histeris,  diluar dugaan perempuan bule itu menyambar pistol milik salah satu Bodyguard yang berdiri paling dekat dengannya, dan mengacungkan pistol itu pada Harry Adinegoro. Laki - laki Konglomerat itu terhenyak melihat istrinya.
          
          "Lebih baik kamu mati sekalian! Jadi semua menjadi lebih mudah!"  perempuan bule itu menjerit kalap. "Semua kata - kata Ayahmu tak berlaku lagi jika kamu mati!"
          
          "Gila kamu!!" Wajah Harry Adinegoro begitu pucat pasi. Alicia tertawa bagai kesurupan. 
          
          "Ya aku memang gila. Asal kamu tau, honey? Aku buka rahasiaku, dari awal tujuanku mau menikah denganmu karena aku lebih tertarik pada perusahaanmu daripada kamu!" Tandas Alicia getir. "Cinta??! Hah, it's only a big lie!"
          
          "Kurang ajar!!"  Harry Adinegoro menyumpah. Air mata Alicia bercucuran, saat memandang suaminya, tapi perempuan bule itu lagi - lagi menutupinya dengan  tertawa seperti setan.
          
          "Goodbye, my dear husband!" 
          
          "Alicia!! For God's Sake! No!!" Harry Adinegoro berteriak frustasi. Tapi sia - sia.
          
          Door!!! 
          
          Pelatuk pistol itu dilepas Alicia tanpa ba - bi - bu. Darah muncrat begitu mengerikan membasahi lantai ruang  keluarga. Sesosok tubuh laki - laki rubuh, tersungkur.
          
          Semua yang ada di ruangan bagai membeku menyaksikannya. Tapi bukan Harry Adinegoro yang rubuh bersimbah darah.
          
          "GREEY?!!!"
          
          
          
          https://www.wattpad.com/story/178640646