Itu adalah malam yang dingin di Kota Jam. Tanah Termina, seluruh penduduk senyap, menantikan tengah malam. Merayakan festival kuno yang selalu dilakukan setiap tahun. Tidak peduli apa yang dikatakan oleh Wali Kota, mereka tetap melakukannya.
Tapi, sebagian penduduk Termina tahu, ada yang salah dengan tanah itu. Sebagian dari mereka merasakan bahaya yang akan datang ditengah malam, dan sebagian dari mereka mengabaikan keresahan yang terjadi di kota kecil itu.
Namun, ada sedikit perbedaan. Para Cucco menjadi terlalu senyap, anjing-anjing yang biasa berlari ditengah malam menggonggong menatap langit, dan Sakon tidak lagi berada dibalik pohon untuk mencuri.
Seluruh penduduk Termina tahu apa alasannya. Alasan yang terlalu jelas untuk disangkal, ketika mereka dapat tahu hanya dengan ketika mereka melihat keatas kepala mereka. Mendapati bulan yang menjadi terlalu dekat untuk disukai.
Dan berada disana, sosok pahlawan yang dulu memegang manifestasi kemarahan Termina ditangannya. Dan kini ia memegang topeng Majora, yang penuh kebanggaan menatap bulan, menetapkan wajah maniak dengan senyuman sakit. Iris merahnya memiliki darah yang mengalir deras menjadi sungai kecil dan dipenuhi dengan kebencian dan dendam untuk ukuran tubuhnya yang kecil, serta auranya terlalu menakutkan melebihi Skullkid dimasa lalu.
Tidak ada yang tahu apa yang membuat pahlawan waktu seperti ini. Entah karena dilupakan, atau karena diabaikan? Tidak ada yang tahu.
Satu-satunya hal yang diketahui Masyarakat Termina adalah fakta bahwa mereka akan menghadapi akhir dari ranah ini. Akhir dari kehidupan yang sudah pahit.
Entah mereka harus berterimakasih kepada pahlawan atau malah mengutuknya...
-CalderyxRoger