saya juga bisa seperti dia. membicarakan seperti apa tipe pria saya; yang tersakiti ketika melihat saya menangis, dapat mendengarkan cerita saya dengan baik, seseorang yang dapat mendukung saya 'menulis' agar saya dapat menghabiskan waktu saya untuk bercerita seberapa sulit menjalani hari-hari berjuang dalam menulis, jangankan bercerita, mendengar awalnya saja dia sudah mengatakan bahwa dia sangat tidak menyukai sesuatu yang saya tulis, saya mencari seseorang yang bisa menahan 'ucapannya' ketika marah dalam artian dapat mengontrol emosi terhadap orang yang dia sayang.
tapi, saya diam.
diam, karena saya tahu hal itu akan menyakiti perasaanya.
saya diam dan menahan nafas ketika dia berbicara kasar, saya tahu dia lepas, namun percayalah, ketika saya diam, saat itu saya mencoba melawan ego saya. saya tidak berpikir untuk 'melepas' namun saya mencoba berpikir 'tidak apa, dia harus berubah dengan menjaga kalimatnya suatu saat'
banyak yang bisa membuat saya tertawa lebih lepas dari dia, tapi karena saya terlalu bodoh, saya hanya diam memperhatikannya, berharap dia benar-benar ingin menemani saya menuju kedewasaan. ternyata dia munafik.
cukup dia saja yang berkata bahwa saya selalu 'tidak cukup'
karena, bagi saya. jika ingin mencari seseorang yang 'lebih' saya tidak akan pernah berhenti, sampai kapanpun.